Dengan tiket yang menunjukkan Studio 4 dengan nomor kursi D.9 aku pun menonton film Ketika Mas Gagah Pergi. Aku menikmati film ini sambil menikmati jatah snack dari tempat kerja ku. Sewaktu akan menonton film ini, aku memang sengaja untuk tidak membaca Novelnya yang dibilang best seller dan synopsis filmnya. Setelah menonton film ini aku mengharapkan mendapatkan sebuah gambaran film ini dari sudut pandang diriku terhadap hasil sineas pembuatnya.
Pemain utama dalam film Ketika Mas gagah Pergi di audisi oleh penulis novelnya Helvy Tiana Rosa sendiri sesuai dengan karakter tokoh dalam novelnya. Terpilih empat orang anak muda yang beruntung mereka adalah Hamas berperan sebagai Gagah, Masaji berperan sebagai Yudi, Aquino berperan sebagai Gita dan Izza berperan sebagai Nadia. Sosok-sosok baru dalam dunia perfilman Indonesia.
[caption caption="Deskripsi : Sosok Gagah sebelum pergi ke Ternate "]
Begini cerita film ini dari apa yang aku lihat, dimulai dari perjalanan Gagah ( Hamas ) ke Ternate membawa kamera disebuah tebing yang berbatasan dengan laut. Gagah mengambil gambar menggunakan kamera DSLRnya memotret keindahan alam ternate. Tanpa disadari batu yang dia pijak goyah yang mengakibatkan Gagah terjatuh ke laut. Kejadian ini menjadi inti dari film yaitu nantinya akan merubah kharakter Gagah. Ternyata scene ini dibuat maju menjadi pembuka awal dari Film.
Salah satu tokoh utama dalam film ini adalah Gita ( Aquino ), ia gadis yang tomboy dengan potongan rambutnya yang pendek dan gaya berbicaranya yang manja ceria. Dalam berbusana Gita lebih senang menggunakan celana panjang slimfit dibandingkan menggunakan rok, kecuali saat bersekolah. Gita di film ini sudah sampai level pendidikan Sekolah Menengah Atas. Gita memiliki seorang kakak yang tampan bernama Gagah.
Gita selalu bangga pada Mas Gagah, abang yang menurutnya keren dan bisa dipamerkan kepada teman-temannya. Gagah santun, tampan, cerdas dan bergaya kekinian. Gagah seorang calon arsitek, sebagai mahasiswa dia ternyata pribadi yang mandiri. Kemandiriannya ia tunjukkan dengan mampu mencari nafkah untuk memenuhi gaya hidupnya sendiri yaitu menjadi model. Patner modelnya pun dari kalangan model papan atas. Hal tersebut yang membuat Gita begitu bangga kepada Gagah.
[caption caption="Deskripsi : Gagah merawat Gita I Sumber Foto : Andri M - Plaza Cibubur XXI"]
Sebuah peristiwa yang mengubah jalan hidup keluarga mereka terjadi, Ayah dari Gita dan Gagah meninggal dunia. Sejak Ayahnya meninggal, Gagah sembari kuliah, membantu Ibunya jadi tulang punggung keluarga. Mobil Ayahnyanya pun dijual dan digantikan dengan mobil jenis lain. Tidak hanya menjadi model, ia pun menggunakan keahliannya sebagai mahasiswa arsitektur untuk menambah penghasilan.
Pada masa perkuliahan pasti ada akhirnya yang berujung skripsi, untuk memenuhi skripsinya ia memilih melakukan penelitian di Ternate. Awalnya Gita pingin ikut bersama kakak tersayang yang dibanggakan ini ke Ternate tetapi gagah menolaknya. Gita menagih janji kakaknya yang ingin backpacker bersama. Rengekan manja Gita tidak mengugah Gagah untuk mengajak adik tomboynya ini.
Gagah pun pergi ke Ternate diantar oleh ibu dan adiknya ke bandara. Setelah Gagah pulang dari Ternate, Gita terkejut karena abangnya itu memiliki penampilan yang berbeda. Terdapat jenggot didagunya dengan menggunakan baju koko dan kharakter yang lebih terlihat tenang.
Gagah istiqomah menjalankan ajaran Islam, dan kerap menasihati Gita untuk menjalankan perintah-perintah agama. Gita sebal. Menurutnya Gagah terlalu fanatik dan norak. Ia mulai memprotes perubahan Gagah, juga Kyai Ghufron, yang menurut Gagah telah menginspirasinya saat di Ternate. Meski diprotes oleh Gita, Gagah terus berusaha mendekati Gita dan Ibunya, mengajak dua orang yang ia cintai itu untuk lebih mengenal Islam. “Islam itu indah. Islam itu cinta,”. Gita yang dulu selalu di antar ke sekolah oleh Mas Gagah akhirnya memutuskan untuk pergi sekolah naik kendaraan umum sebagai wujud protes.