***
Setiap keilmuan memiliki prinsip-prinsip tersendiri, pak Candrian terlihat begitu mencintai profesinya sebagai ahli konservasi dan purbakala. Menurut pandangan saya pemikiran beliau cukup bagus dapat dipakai apabila kondisi keuangan negara cukup mampu membiayai perawatan dan konservasi benda -benda purbakala. Beliau orang yang terbuka, bahkan beliau mempersilahkan bagi para blogger memberikan kritik membangun bagi kelestrarian benda dan lokasi bersejarah.
Keberadaan Pulau Bidadari, Pulau Onrust, Pulau Cipir dan Pulau Kelor untuk saat ini sudah tidak asing lagi dikalangan para traveller. Apabila kita mengekspoler dunia maya menyangkut lokasi travelling di DKI Jakarta maka akan banyak kita temui open trip menuju ke tiga pulau bersejarah (Pulau Onrust-Pulau Cipir-Pulau Kelor) dengan biaya yang tidak menguras kocek, hanya dikisaran Rp.89.000 s/d Rp.99.000. Pulau-pulau ini saat ini cukup populer, tetapi jika tanpa pengelolaan yang baik ini akan menjadi bencana wisata.
Aku menangkap sesuatu yang baik ketika pengelolaan cagar budaya disinergikan dengan pengelolaan bisnis pariwisata apakah itu pihak pemerintah atau swasta, seperti yang terlihat di Pulau Bidadari dan Pulau Kelor. Pengeloloaan bisnis pariwisata di situs sejarah akan membuat pemerintah diuntungkan dengan bangunan dan benda-benda bersejarah tidak terbengkalai dan terbiarkan rusak. Memang pada akhirnya akan ada pemugaran dan perapihan bangunan / benda bersejarah, tetapi apakah kita membiarkan seperti apa yang terjadi di Keraton Surosowan dan Keraton Kaibon dimana situs-situs tersebut akhirnya tidak terawat, terbengkalai, menjadi lokasi bermain dan terjadi pencurian / pengambilan pada struktur bangunan situs. Memang ada prinsip-prinsip keilmuan yang dilanggar tetapi apakah kita sebagai bangsa yang saat ini dengan anggaran negara tidak cukup kuat menyokong pemeliharaan situs, bangunan dan benda bersejarah untuk rela membiarkannya terbengkalai dan rusak !!!!! ……
Contohlah Borobudor dan Prambanan bagaimana ketika ada sisi bisnis pariwisata masuk disana, bangunan cagar budaya tersebut secara tidak langsung terpelihara. Apabila ada yang pernah nonton Youtube tentang awal mula bangunan kedua candi itu ditemukan begitu parahnya kerusakannya, tetapi apakah Belanda membiarkan situs tersebut seperti pertama kali ditemukan karena alasan sebuah situs sejarah !!!...yang mereka lakukan yaitu dengan pemugaran bahkan membuat batu baru yang mirip batu asli untuk menyusun ulang terbentuk Borobudur dan Prambanan seperti sekarang kita lihat. Menurut ku semakin banyak pengunjung maka akan semakin banyak peduli, sedikit yang berkunjung maka sedikit pula yang peduli. Kehadiran pengunjung akan memiliki sisi negatif pula yang menyertai tetapi itu bisa dapat dicegah dengan pengelolaan yang baik.
Â
Â
Â
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H