Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 104 x Prestasi Digital Competition (69 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berimajinasi Pesona Bahari Bersejarah di Kepulauan Seribu

27 Oktober 2015   14:37 Diperbarui: 28 Oktober 2015   20:13 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

***

Setiap keilmuan memiliki prinsip-prinsip tersendiri, pak Candrian terlihat begitu mencintai profesinya sebagai ahli konservasi dan purbakala. Menurut pandangan saya pemikiran beliau cukup bagus dapat dipakai apabila kondisi keuangan negara cukup mampu membiayai perawatan dan konservasi benda -benda purbakala. Beliau orang yang terbuka, bahkan beliau mempersilahkan bagi para blogger memberikan kritik membangun bagi kelestrarian benda dan lokasi bersejarah.

Keberadaan Pulau Bidadari, Pulau Onrust, Pulau Cipir dan Pulau Kelor untuk saat ini sudah tidak asing lagi dikalangan para traveller. Apabila kita mengekspoler dunia maya menyangkut lokasi travelling di DKI Jakarta maka akan banyak kita temui open trip menuju ke tiga pulau bersejarah (Pulau Onrust-Pulau Cipir-Pulau Kelor) dengan biaya yang tidak menguras kocek, hanya dikisaran Rp.89.000 s/d Rp.99.000. Pulau-pulau ini saat ini cukup populer, tetapi jika tanpa pengelolaan yang baik ini akan menjadi bencana wisata.

Aku menangkap sesuatu yang baik ketika pengelolaan cagar budaya disinergikan dengan pengelolaan bisnis pariwisata apakah itu pihak pemerintah atau swasta, seperti yang terlihat di Pulau Bidadari dan Pulau Kelor. Pengeloloaan bisnis pariwisata di situs sejarah akan membuat pemerintah diuntungkan dengan bangunan dan benda-benda bersejarah tidak terbengkalai dan terbiarkan rusak. Memang pada akhirnya akan ada pemugaran dan perapihan bangunan / benda bersejarah, tetapi apakah kita membiarkan seperti apa yang terjadi di Keraton Surosowan dan Keraton Kaibon dimana situs-situs tersebut akhirnya tidak terawat, terbengkalai, menjadi lokasi bermain dan terjadi pencurian / pengambilan pada struktur bangunan situs. Memang ada prinsip-prinsip keilmuan yang dilanggar tetapi apakah kita sebagai bangsa yang saat ini dengan anggaran negara tidak cukup kuat menyokong pemeliharaan situs, bangunan dan benda bersejarah untuk rela membiarkannya terbengkalai dan rusak !!!!! ……

Contohlah Borobudor dan Prambanan bagaimana ketika ada sisi bisnis pariwisata masuk disana, bangunan cagar budaya tersebut secara tidak langsung terpelihara. Apabila ada yang pernah nonton Youtube tentang awal mula bangunan kedua candi itu ditemukan begitu parahnya kerusakannya, tetapi apakah Belanda membiarkan situs tersebut  seperti pertama kali ditemukan karena alasan sebuah situs sejarah !!!...yang mereka lakukan yaitu dengan pemugaran bahkan membuat batu baru yang mirip batu asli untuk menyusun ulang terbentuk Borobudur dan Prambanan seperti sekarang kita lihat. Menurut ku semakin banyak pengunjung maka akan semakin banyak peduli, sedikit yang berkunjung maka sedikit pula yang peduli. Kehadiran pengunjung  akan memiliki sisi negatif pula yang menyertai tetapi itu bisa dapat dicegah dengan pengelolaan yang baik.

 

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun