Mohon tunggu...
Andri Mastiyanto
Andri Mastiyanto Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Penyuluh Kesehatan

Kompasianer Of the Year 2022, 104 x Prestasi Digital Competition (69 writing competition, 25 Instagram Competition, 9 Twitter Competition, 1 Short Video Competition), Blogger terpilih Writingthon 2020, Best Story Telling Danone Blogger Academy 2, Best Member Backpacker Jakarta 2014, ASN, Email : mastiyan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menembus Kenangan di Gunung Bromo

17 Oktober 2015   07:06 Diperbarui: 17 Oktober 2015   15:31 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Deskripsi : Penampakan Gunung Bromo / Sumber Foto : Andri M"][/caption]

Terik matahari di siang itu bulan September 2013, Aku duduk terdiam di emperan depan Stasiun Senen menunggu teman ku tiba "Dyah" namanya. Dyah bukanlah cewek tomboy tetapi dia juga tidak feminim, aku kenal dia di sebuah trip ke Goa Buniayu, salah satu trip yang kukenang. Kenapa aku menunggu dirinya  !!!!! .....bukan karena dia teman seperjalanan ku, tetapi karena sebuah kesalahan temannya yang menjual tiket secara online dimana diri ku diberikan tanggal pemberangkatan yang salah dan juga dibeli hanya tiket berangkat tetapi tidak untuk tiket pulang.

Pada tengah malam sehari sebelumnya pihak Bandar Wisata penyelenggara trip Bromo dimana aku menjadi pesertanya menghubungi ku via handphone, mengkonfermasi bahwa aku akan berangkat dengan kereta yang berbeda dengan peserta lainnya, termasuk pada saat pulang dari Malang ke Jakarta. Aku tidak mendapatkan tiket Matarmaja pulang-pergi, tetapi dibelikan tiket Majapahit sehingga aku harus mengeluarkan uang tambahan. Gara-gara kejadian ini ku akan mengingat selalu perjalanan ke BROMO pertama kali ini, karena akan ada ada peristiwa unik dan berkesan yang terjadi.

Aku melihat Dyah berlari dengan muka penuh debu dan nafas tersengal-sengal, dia terlihat menoleh ke kanan-kiri mencari diriku diantara berjubelnya calon penumpang pengguna kereta di Stasiun Senen. Diri ku mendekatinya sambil menepuk bahunya " Hai Dyah, nih gue Andri...." dia menoleh dengan muka pucatnya

Muka penyesalan terlihat dari dirinya " Mas Andri, sorry yaks temen ku emang reseh nih, gue harus refund tiket lu.....boleh pinjem KTP'nya"

aku menganggukan kepala dan berucap "Boleh", aku pun mengambil dompet yang berada dibelakang saku celana dan menyerahkan KTP kepada dirinya.

Dia pun berjalan cepat menuju loket refund di Stasiun Senen dan meminta ku menunggu "Mas, tunggu disini yaks...biar aku refund tiket dulu".

Sambil menunggu Dyah, aku pun menghubungi Erwin Contact Person (CP) Bandar Wisata yang bertugas menjaga kelancaraan pemberangkatan peserta trip di Stasiun Senen Jakarta. Nada tunggu ku dengar di telinga berulang-ulang, tidak ada yang menjawab. Aku pun mengulanginya kembali sampai tiga kali. Pada telpon ke empat barulah dia mengangkat telpon " Yaks Hallo" ucapnya

Aku pun langsung ke titik pembicaraan "Mas Erwin ada dimana ?, saya sudah di Stasiun Senen. tadi saya juga sudah ke Indomart tetapi terlihat tidak ada orang Bandar Wisata"

"Saya yang bersender di tiang bangunan dekat Indomart, sudah banyak orang disini" jawabnya.

Aku melihat Dyah masih menghadapi antrian panjang di loket refund, ku ambil smartphone dan sms dirinya "Dyah, gue nemuin Erwin dulu di Indomart, gue tadi belum konfirm udah ada di senen dan sama niatnya nongolin muka juga. Ntar lu ke Indomart yaks" lalu diriku melangkah menuju Indomart tanpa menunggu balasan sms dari dirinya.

Ku lihat Erwin bersandar di sebuah tiang bersama dua orang disampingnya yang terlihat sangat mengantuk. Aku pun menyapa Erwin dan temannya, kami saling berjabat tangan. Dua teman erwin terlihat menatap wajah ku tajam, terlihat kekurangsukaan terhadap diriku. Ternyata setelah kami mengobral, mereka begadang tengah sampai pagi untuk mencari tiket yang tersedia untuk diriku berangkat. Ini sebuah perjalanan yang ku rencanakan jauh hari dan ku telah mengambil cuti karenanya, berdasarkan hal tersebut aku memaksakan mereka harus bertanggung jawab pada tengah malam itu.

Terlihat berkerumun didepan kami tiga puluhan orang peserta trip Bromo yang diselenggarakan oleh Bandar Wisata, kami pun sesama peserta mengobrol ringan tanpa sadar aku lupa bahwa Dyah sedang mengantri di loket refund. Erwin bertanya kepada ku "Mas Andri...Dyah mana ????"

Aku pun tersadar "OOOhhhhh iyaks, dia ngantri refund...." sambil ku menepuk jidad, salah seorang kru Bandar Wisata berbadan tinggi dan kurus mengajak ku mencari Dyah di loket refund, ketika bertemu kami akhirnya meminta Dyah untuk bergantian mengantri. Badannya terlihat lelah dan matanya sayu. Dia meminta izin kembali ke kantor kepada ku, akupun mempersilahkannya. Sebuah bentuk tanggung jawab yang ku lihat pada dirinya dan pihak Bandar Wisata ketika ada situasi yang ditimbulkan secara tidak langsung yang berdampak kepada ku.

***********************

Panggilan Kereta Matarmaja pada pukul 15.15 WIB membuat para peserta rombongan trip Bromo yang diselenggarakan oleh Bandar Wisata bergegas berdiri dan masuk melewati penjagaan petugas sambil memperlihatkan KTP, sebuah standar keamanan baru pada saat itu. Aku dan Erwin menatap para peserta trip melewati peron dan kemudian mereka menaiki kereta Matarmaja. Kereta yang ku naiki bukan Matarmaja tetapi Majapahit, kereta kelas bisnis yang berangkat lebih sore, seingat ku waktu pemberangkatan dari Stasiun Senen dikisaran jam lima sore. Erwin menemani ku, dua jam kami duduk berdua sambil menceritakan kisah hidup masing-masing.

Kereta Majapahit jurusan Jakarta -Malang pun tiba sekitar pukul lima sore, diriku pun pamitan kepada Erwin, ternyata dia tidak ikut dalam trip Bromo kali ini. Dia berada di Stasiun Senen karena menemani ku, tanda tanggung jawab atas error yang terjadi, kejadian ini membuat ku respect terhadap Dyah dan Erwin 

Aku menaiki kereta Majapahit, saat itu memory ku kembali ke masa lalu. Seingat ku, menaiki kereta terakhir kali pada saat Sekolah Menengah Pertama (SMP), mudik ke tanah kelahiran Bapak di Jogjakarta. Sebelumnya ketika berpergian diriku menggunakan moda transportasi bus atau pesawat terbang. Ini sebuah sensasi nostalgia berada di dalam gerbong kereta api, bayangan-bayangan masa lalu seperti diputar kembali ketika ku duduk sambil melihat ke luar jendela dimana terlihat cahaya lampu rumah-rumah diwaktu malam. Suasana memory itu makin dalam diakibatkan didalam gerbong tersebut hanya terdapat segelintir orang sehingga cukup hening, bahkan aku bagaikan pangeran karena bangku disamping dan depan ku kosong tidak ada penumpang yang lain.

Tanpa sadar, waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Screen shoot masa lalu masih tergambar dipikiran ku, tetapi kantuk membuat diriku harus menghentikan film hitam-putih di otakku. Hawa dingin menyerebak, panas tubuh manusia yang segelintir tidak mampu menghangatkan gerbong kereta Majapahit ini. Dingin itu menghantarkan ku ke mimpi - mimpi berdurasi enam jam.

************************

Dingin menyerebak disaat tengah malam di Desa Gubugklakah, Kab Malang. Desa tersebut adalah homestay dimana kami menginap. Disebuah kamar kecil berukuran empat kali tiga meter dengan tempat tidur berukuran size no.2 aku merebahkan badanku bersebelahan dengan seorang mahasiswa  IPB. Dalam paket perjalanan Bromo ini untuk satu kamar diisi oleh dua orang dan sama kelamin, tidak boleh beda kelamin kecuali sudah menikah atau dengan orang tuanya. Di trip kali ini di rumah yang kami tinggali selama dua hari terdapat seorang lulusan S2 bersama Ibunya.

Ketukan pintu kamar pada pukul setengah satu malam membangunkan ku, aku membuka mata dengan kantuk yang masih dirasakan. Aku tidak berani cuci muka karena suhu dingin yang begitu menusuk tulang-tulang dan menyerang sendi-sendi ku. Citirizin pun aku minum untuk menghilangkan alergi dingin yang kumiliki pada DNA tubuh ini. Sebelum menaiki jeep, ku balut tubuh dengan tiga lapisan agar badan ku tetap hangat, diriku mengikuti tips dari ibu pemilik rumah. Tidak lupa masker dan kaos tangan ku gunakan sebagai pelengkap menahan terjangan suhu dingin di puncak gunung Bromo nantinya.

Setengah jam kemudian kami menaiki Jeep yang telah disediakan, ini merupakan sensasi pertama  offroad dengan kendaraan ini. Jeep ini pun berangkat dengan kegagahannya membawa sekitar sepuluh orang didalamnya. Aku dan enam orang peserta lainnya berada di belakang Jeep yang terbuka. Jeep bergerak cepat dengan goyongannya yang dahsyat seperti terjangan bus pantura, mungkin sama-sama satu guru-satu ilmu. Teriakkan para gadis memekakkan telinga ku, tanpa sadar ada seorang gadis memeluk ku dari belakang. Dia menggap ku seorang wanita karena jaket outdoor ku berwarna kuning cerah dengan kupluk dan bermasker serta bersarung tangan. Ketika kami tiba di pasir berbisik untuk berhenti sejenak, gadis itu baru sadar bahwa aku pria. Mukanya pun memerah dan meminta maaf, aku hanya bilang "its oke, nggak apa-apa kok" sambil ku tersenyum.

Mata ku menatap langit dan ribuan kerlap-kerlip bintang dengan hiasan milky way, pada saat itu yang ku ucap dalam hati "Masya ALLOH.....Kereeeennnnnn Banget" decak kagum ku pada ciptaan ALLOH SWT.

Hanya sekitar 10 menit kami diberi kesempatan memandang langit, kemudian kami melanjutkan ke penanjakan dua di deket gunung Bromo. dari penanjakan kami bisa melihat terbitnya sang fajar dengan sinar keemasannya. Saat tiba disana sudah terlihat banyak wisatawan berkerumun dan kumpulan para pedagang minuman dan mie instan. Suhu dingin yang menyerebak membuat badan ku  memerlukan kehangatan, kubeli segelas kopi panas dari pedagang berusia lanjut. Kopi terasa nikmat di waktu menjelang subuh ini, belum ada 2 menit suhu panas seduhan kopi mulai lenyap.

[caption caption="Deskripsi : Pasangan Ibu dan Anak di Penanjakan Dua / Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

Terbitnya sang fajar menunjukkan keindahannya, warna orange tergambar digaris horizon. Berbagai kamera dari para wisatawan mengabadikan moment ini, sayangnya kamera smartphone ku tidak sensitif terhadap kondisi cahaya yang minim. Setelah matahari mulai naik dan memberi cahaya yang lebih terang, kami menuruni penanjakan menuju lokasi jeep kami parkir, di saat tersebut aku melihat bagaimana bakti anak kepada orang tua. Seorang pria S2 mengajak ibunya berlibur menikmati keindahan Bromo sungguh ku mendapat pelajaran hari itu, membahagiakan orang tua itu mudah yaitu buat dia merasa dekat dengan anaknya, dan dihargai.

[caption caption="Deskripsi : Penanjakan Dua Bromo I sumber foto : Andri M"]

[/caption]

Dari penanjakan dua, kami diantarkan menuju penanjakan satu. pada saat menuju ke penanjakan satu kami diperlihatkan dengan hamparan perkebunan sayur mayur dan aktivitas warga. AKu duduk diatas jeep menikmati sensasi goyangannya, tanpa sadar kurasakan sakit di pantat ku karena duduk di besi penyangga barang. Penanjakan satu merupakan lokasi dimana kita dapat memandang Gunung Bromo berformasi indah dengan Gunung Batok dan Mahameru.

[caption caption="Deskripsi : Penanjakan Bromo / Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

Saat tiba di lereng Bromo pukul delapan pagi menggunakan jeep yang kami tumpangi, terlihat hamparan pasir terpampang disekeliling kami sejauh mata memandang dengan dua puncak gunung yang menonjol yaitu Gunung Bromo dan Gunung Batok. Aku berjalan kaki sekitar satu kilometer menuju tangga untuk menuju puncak Bromo. Ku naiki 250 anak tangga secara perlahan, antrian wisatawan yang mengakibatkannya, saat itu puncak kedatangan wisatawan ke Bromo. Pada saat dipuncak Bromo, ku pandangi sekeliling kawah dan pemandangan disekitarnya. Terasa bagaikan koboi yang berada di gurun pasir yang gersang penuh pasir dan debu, beberapa moment ku abadikan dilokasi ini.

[caption caption="Deskripsi : Gunung Batok / Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

 

[caption caption="Deskripsi : Puncak Bromo / Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

[caption caption="Deskripsi : Debu yang Exotic / Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

 

Moment memacu keberanian, kami ber dua belas orang menuruni lereng gunung Bromo berselancar sambil berpegangan tangan. Ini moment yang menarik karena kami turun perlahan sambil menjaga keseimbangan dipasir yang bergerak ketika kami injak dengan sudut kemiringan 45 derajat. Sepertinya memang jalur ini dipersiapkan oleh pihak Bandar Wisata agar kami mendapatkan sebuah meomen kenangan di Bromo, dan mereka berhasil. 

[caption caption="Deskripsi : Penembus Debu / Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

Belum sempat ku menyelonjarkan kaki, waktu menunjukkan pukul sebelas siang Indra koordinator Bandar Wisata untuk trip Bromo  berteriak " Ayo yang pulang, jam dua siang jadwal pemberangkatan kereta majapahit".

Teriakkan menghentakku, aku pun lari menghampirinya. Indra  pun mengumpulkan kami yang pulang lebih dahulu daripada peserta lainnya. Mobil jeep berwarna orange pun disiapkan untuk kami yang berjumlah empat orang, dan hanya aku sendiri yang pria. Setelah semua yang pulang lebih awal menaiki jeep, kendaraan ini melesat secepat kilat membelah lautan pasir yang membentang. Debu pun berterbangan dibelakang kendaraan  seperti memberi jejak akhir perjalanan kami meninggalkan keelokan Bromo. Penumpang perempuan berteriak dan sang pengendara sengaja membuat sebuah aksi dimana jeep ini bergoyang hebat.

[caption caption="Deskripsi : Bersama si Orange / Sumber Foto " Andri M"]

[/caption]

[caption caption="Deskripsi : Gagahnya Sang Orange / Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

Ketika melewati bukit teletubies, jeep ini berhenti. kami dipersilahkan berfoto narsis diarea padang rumput yang dikelilingi oleh lereng-lereng terjal. Pemandangan begitu cantik, kami seperti berada dinegara skandinavia dan film lord of the ring. Angin yang semilir berhembus melewati daun telinga ku seperti membunyikan musik-musik yoga. Saat ku pejamkan mata sejenak terasa kedamaian, otakku yang sudah full capasity terasa di defrag sehingga tersusun ulang dan mudah mengolah data.

Pengemudi jeep mengingatkan kami " Ayoooo naik, kita harus mengejar kereta" sautnya dengan suara lantang.

Setelah kami menaiki Jeep, pengendara memacu kendaraannya menuju Desa Gubugklakah dan pengalaman offroad pun berulang. Deru jeep berhenti tapat didepan homestay, aku pun berlari cepat menuju kamar. Kubereskan segala perlengkapan untuk ku masukkan kedalam tas. Ibu pemilik homestay melihat ku kekamar menawarkan makanan untuk ku makan sebelum berangkat. Untuk menghormati tuan rumah, aku pun makan terlebih dahulu walupun dengan porsi yang sedikit. 

[caption caption="Deskripsi : Numplek Blek / Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

[caption caption="Deskripsi : Coban Pelangi / Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

Pukul 12.30 kami dijemput angkot menuju stasiun, sebetulnya aku merasa belum puas karena dari beberapa destinasi seperti : Candi jago Tumpang, Kebun Apel, Coban Pelangi, Penanjakan, Bromo ada satu destinasi yang tidak ku singgahi di trip Bromo kali ini yaitu : Pusat jajanan atau oleh-oleh karena aku harus mengejar kereta. Perjalanan ku berakhir menikmati Bromo dengan pulang mengawal tiga orang gadis didalam gerbong kereta Majapahit jurusan Malang-jakarta, dimana salah-satu gadis berasal dari pulau tidung. 

[caption caption="Deskripsi : Menjaga 3 Dara / Sumber Foto : Andri M"]

[/caption]

Bromo - Malang merupakan kawasan wisata yang lengkap dimana tersedia gunung, padang pasir, air terjun, perkebunan, wisata sejarah, dan budaya. Kenangan di bromo di bulan september 2013 ternyata mimiliki warna tersendiri dengan beberapa cerita unik. Apabila sebuah cerita perjalanan itu flat, maka tidak akan menjadi kenangan,  yang akan menjadi album di otak kita pada saat tua nanti. Mungkin kenangan ini yang akan membuat diriku kembali kesana "BROMO".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun