Ternyata wanita berpenampilan casual yang duduk disebelah ku ini adalah pengguna Sony Xperia dan tertarik terhadap acara yang ku ikuti tersebut. Setelah itu percakapan lebih rileks pun berlanjut sekitar tiga puluh menit menyangkut gadget dan android, kemudian hawa dingin AC bus pariwisata membuat mata ku mengantuk dan berlanjut dengan keheningan.
********
Menjelang pukul setengah enam pagi, kami meninggalkan parkiran gunung Galunggung menuju puncaknya untuk mengejar matahari terbit. Anak-anak tangga yang mendaki akan mengarahkan kami ke puncak –menuju puncak tangga yang langsung berhadapan dengan kaldera Galunggung. Kaldera Galunggung terbentuk karena letusan massif sekitar 4.200 tahun silam, Galunggung purba meletus hebat. Letusan itu mengakibatkan terbentuknya kaldera tapal kuda dan mengeluarkan material vulkanik hingga 20 kilometer kubik. Kaldera menyebabkan sebagian dasar kawah tergenang air, karena terbentuk cekungan.
Anak-anak tangga yang kami pijak berjumlah 620 step, otot-otot paha dan betis mengencang dan berulang nafas kami tersengal-sengal. Sebuah perjuangan yang harus diterima demi mencapai puncak untuk melihat terbitnya sinar emas mentari dan keindahan kaldera Galunggung.
[caption caption="Deskripsi : Anak Tangga Galunggung / Sumber Foto : Andri M"]
[caption caption="Deskripsi : Lelahnya traveller menaiki anak tangga / Sumber Foto : Andri M"]
Suhu yang dingin dan suasana berkabut dipuncak galunggung membuat nafas ku berat, , ditambah kaki yang nyut-nyutan sehabis menanjak 640 langkah. Aku menyebutnya 640 langkah karena aku sempat turun 10 anak tangga dari tempat diriku menjejakkan kaki karena melihat momen salah satu backpacker berlari untuk naik tangga. Total 640 langkah ku jejakkan karena 620 anak tangga ditambah 10 langkah turun anak tangga dan tambahan 10 langkah naik anak tangga.
Aku hanya bisa berkata dalam hati “dahsyat nih dengkul, bisa jadi tumpuan tubuh gue dan nemenin langkah kaki menanjak menaiki anak tangga sejumlah 640 step ke puncak galunggung”.
Sebetulnya menanjak melewati tangga seperti ini pernah aku alami di Gunung Bromo, Jawa Timur tetapi jumlahnya tidak sebanyak ini. Ketika diriku melihat kebawah, barulah ku menyadari terdapat anak-anak tangga curam yang terbuat dari campuran bebatuan dan semen dengan pegangan dari besi bolong yang sebagian sudah patah karena tidak terawat.
Dibibir tebing aku berdiri melamun memandangi kaldera yang masih tertutup kabut, menarik nafas untuk mengisi paru-paru yang membutuhkan oksigen ketika secara perlahan kabut mulai turun dan gambaran tebing mulai tampak. Puncak Galunggung perlahan dengan terbitnya sang surya dibasuh oleh kilaunya cahaya emas, pendaran cahayanya menampilkan eksotiknya tebing-tebing kaldera yang lambat laun menampilkan dasar kaldera dimana sebagian tergenang air berwarna hijau. Beberapa kali diriku menjepretkan kamera smartphone sebelum akhirnya tersadar untuk sebaiknya menikmati keindahan ciptaan ALLOH SWT yang terpampang dihadapan ku.