Didalam bangunan museum terdapat barang-barang pribadi yang masih original bukan replika dari kediaman Jendral A H Nasution. Pada ruang kerja terdapat patung Jendral A H Nasution yang sedang duduk sambil menulis buku di meja kerja. Selain seorang jendral, beliau adalah seorang yang  melahirkan banyak ide dan buah pikiran, baik di bidang militer maupun non militer dimana ditunjukkan dengan banyak buku yang ditulis oleh beliau sejumlah 70 judul buku. Selain menggambarkan peristiwa G30SPKI ada value yang bisa dipetik dari Museum Jendral Besar A H Nasution yaitu bakti kasih sayang istri kepada suami dan anak yang diperlihatkan oleh Ibu A H Nasution.
Â
Â
Destinasi ke 3 (tiga) kami menuju Masjid Cut Meutia dimana kami menunaikan ibadah sholat zuhur dan beristirahat. Sama seperti ketika ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi dan Museum Jendral Besar A H Nasution, kami pun berjalan kaki menuju Masjid Cut Meutia. Masjid ini memiliki keunikan, mighrab dari masjid ini diletakkan di samping kiri dari saf salat. Selain itu posisi safnya juga terletak miring terhadap bangunan masjidnya sendiri karena bangunan masjid tidak tepat mengarah kiblat., berdasarkan catatan sejarah awalnya bangunan ini tidak didesign untuk masjid tetapi didesign sebagai kantor pemasaran perumahan di Gondangdia Menteng pada tahun 1879.  Setelah selesai istirahat dan makan siang, kami melanjutkan perjalanan ke Gedung Djoang 45 dengan berjalan kaki  yang berjarak sekitar 300 meter.Â
Â
Deskripsi : Patung Bung Karno di Gedung Djoang 45/ Foto :Â Andri M
Â