Mohon tunggu...
Myrna Fitria
Myrna Fitria Mohon Tunggu... Human Resources - Aku Berfikir dan Aku Berasa

12 Tahun Profesional Banker. 6 Tahun Profesional SOE. Author Buku Hunian Nawacita Rakyat Bahagia dan I Am A Leader; Memimpin di Era 4.0

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Manajemen Transportasi Massal Sejak Doeloe hingga Kini

7 Januari 2020   23:40 Diperbarui: 8 Januari 2020   12:54 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biaya angkutan kereta cargo untuk distribusi barang produk UMKM dan ultra, juga barang hasil pertanian rakyat, secara umum menjadi lebih tinggi dan tidak lazim dimanfaatkan.

Ini membuat fokus sasaran bisnis angkutan cargo kereta, yang menjadi tumpuan cash cow perusahaan operator kereta, masih terfokus mengangkut logam dan mineral hasil bumi untuk kebutuhan industri dan pabrik, seperti batu bara atau semen.

Padahal konsep awal Belanda mengadakan jalur kereta di nusantara untuk mengangkut hasil perkebunan rakyat direct masuk ke dalam Pelabuhan Kapal sampai ke dekat dock untuk mempermudah dan mempercepat proses bongkar muat dan efisiensi waktu delivery hasil bumi nusantara untuk kepentingan ekspor Belanda.

Selain itu konsep "Yang Mencemari Lingkungan Membayar Lebih Besar" seyogyanya diberlakukan.

Hal yang serupa juga menjadi dasar pemikiran perlunya rasionalisasi biaya sewa penggunaan jalur kereta (TAC) dengan memberikan keringanan sewa penggunaan jalur kereta (khususnya yang berasal dari nasionalisasi aset Perusahaan Belanda) kepada operator Kereta sebagai otoritas penyedia jasa angkutan masal.

Pada dasarnya TAC adalah harga yang harus dibayar saat kereta melewati rel karena memakai barang milik negara berupa rel kereta api. Konsep pembayaran TAC serupa dengan pungutan jalan tol.

Perbedaannya, jalan tol adalah investasi baru, bukan berasal dari nasionalisasi aset Perusahaan milik Belanda. Selain itu perlunya pengamanan (bukan hanya perawatan) aset negara, yang dilakukan oleh operator transportasi massal.

Selanjutnya Pemerintah mungkin perlu mencermati lagi pembagian alokasi pembebanan pajak antara KRL/ LRT/ MRT/ Bus/ taxi/ Online transport dan lainnya dengan mobil /motor.

10. Layanan outsourcing untuk Pemeliharaan dan Pelayanan

Penggunaan jasa outsourcing di beberapa bidang operasi dan pemeliharaan pada sub-sistem transportasi umum dapat menghemat biaya yang cukup besar, misalnya dilihat dalam kasus layanan Bus oleh banyak perusahaan transportasi perkotaan di berbagai negara yang dijalankan pada kontrak outsourcing atas pekerjaan, bukan kontrak satuan.

KRL/ MRT/ LRT / Bus/ Ferry dapat mempertimbangkan melakukan outsourcing untuk pekerjaan pemeliharaan sejumlah subsistem seperti perawatan kendaraan, dipo dan gedung, jasa maintanance IT, jasa penyediaan dan pelatihan SDM untuk pelayanan Customer Service dan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun