Beberapa bulan lalu kami mengunjungi makam dan rumah (Bumi Ageung) kediaman putri Bupati Cianjur ke -11. Nama lengkap beliau almh. R.A.Cicih Wiarsih. Putri dari R.A.A.Prawiradiredja II (bupati Cianjur ke-10) yang lahir di Cianjur pada 21 April 1901.
Pada akhir abad ke-19, Pemerintah Hindia Belanda memperkenalkan sistem pendidikan Barat untuk masyarakat pribumi dengan tujuan memperoleh tenaga guru bergaji murah. Saat itu hanya kaum pria yang bisa menikmati pendidikan. Kaum perempuan dianggap cukup mengurus wilayah domestik; sumur, dapur, kasur.
Sebagai putri Bupati, Juag Cicih sangat peduli terhadap pendidikan kaum perempuan. Ketika seorang aktivis perempuan Cianjur bernama Siti Jenab ingin mendirikan sekolah bagi kaum perempuan, Juag Cicih mendukungnya dengan menjadi sponsor Siti Jenab untuk bersekolah di Sakola istri di Bandung. Siti Jenab mendapat bimbingan langsung dari Dewi Sartika, pendiri Sakola istri.Â
Siti Jenab sendiri merupakan perempuan keturunan bangsawan. Ayahnya bernama Raden Martadilaga, keturunan langsung Dalem Cikondang melalui garis keturunan Dalem Aria Martayuda, R Krijawadana, R Krijajuda, R Dipajuda, R Raden Dipamanggala (Patih Purwakarta) dan R Martadilaga. Sedangkan ibunya Nyi Raden Siti Mariah mempunyai kekerabatan dengan priyayi Brebes.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Bandung, Siti Jenab kembali ke Cianjur dan merasa prihatin melihat kaum perempuan yang tidak dianggap penting peranannya dalam bermasyarakat. Timbul tekad dalam diri Siti Jenab untuk meningkatkan status kaumnya melalui jalur pendidikan. Awalnya Siti Jenab mengajar dengan cara berkeliling, door to door, dari satu tempat ke tempat lain. Mendatangi rumah-rumah, antarkampung dan antardesa.
Perjuangan Siti Jenab membuat Juag Cicih terharu dan iba. Juag Cicih yang mendapat beberapa bidang tanah warisan dari ayahnya, RAA Prawiradireja II, memberikan tanah dan dibangun sekolah dengan bahan kayu dan bilik pada tahun 1906. Mata pelajaran yang diberikan sama seperti Sekolah Keutamaan Istri lainnya yaitu: membaca, menulis, berhitung, Bahasa Belanda, Bahasa Melayu, Bahasa Sunda, budi pekerti, agama dan ketrampilan perempuan seperti membatik dan merenda. Â Sekolah yang didirikan Siti Jenab ini masih ada sampai sekarang, dikelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cianjur dengan mengubah namanya menjadi SDN Siti Jenab.
Aktifitas sosial Juag Cicih juga tidak hanya sekitar dunia pendidikan. Beliau pernah menjadi anggota volksraad (parlemen di era pemerintah Hindia Belanda), Ketua Pasundan Istri dan penggerak Palang Merah Indonesia (PMI) di Cianjur. Bersama Gatot Mangkoepradja, H.Taifur Yusuf, Hasyim Ning dan tokoh-tokoh pergerakan Cianjur lainnya, Cicih pernah terlibat dalam pendirian PETA (Pembela Tanah Air) pada 5 September 1943 dan mendirikan koran pribumi pertama di Indonesia, Sunda Berita.Â
Tidak terbayangkan bagaimana pada zaman itu seorang wanita Cianjur ikut mempelopori berdirinya cikal bakal Tentara Nasional Indonesia dan press nasional. Sang cucu yang menemani kami tur di rumah sejarah peninggalan kakek Buyutnya, menceritakan bagaimana keluarga mereka sampai saat ini mencari dokumen sejarah Perusahan koran yang didirikan Juag Cicih sampai ke perpustakaan negeri Belanda dan harapannya agar Pemerintah dapat mengangkat perjuangan neneknya di skala nasional.
Bukan hanya cerdas, peka, kritis dan berani berbeda sikap dengan kebanyakan perempuan, dalam hal kehidupan pribadi juag cicih juga memperlihatkan kepribadiannya. Saat memilih calon suami, Juag Cicih dengan berani menolak lamaran walikota Bandung untuk dijadikan sebagai madu. Juag Cicih memilih lelaki yang lebih sederhana, seorang perjaka yang bekerja sebagai karyawan SS dengan jabatan Kepala Stasiun Cianjur yang bernama alm.Tirto Adisuryo.
Hingga masa senjanya, Juag Cicih tetap terlibat aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan pendidikan. Pada 13 Oktober 1964, beliau wafat di Cianjur dan dikebumikan di pemakaman Pasarean.
Juag Cicih dan Siti Jenab, adalah contoh dari begitu banyak pahlawan wanita Indonesia yang berjuang dengan keterbatasan dan dalam susah untuk menjalani tugasnya dari YMK, memberi manfaat bagi masyarakat dan bangsanya.
Sebagai wanita Indonesia yang hidup satu abad setelah perjuangan Juag Cicih, apa yang dapat kita lakukan untuk dapat meneruskan semangat dan cita - cita mereka. Bagi kita kaum perempuan, bersekolah setinggi - tingginya saat ini tidak lagi susah. Bahkan baru - baru ini rektor termuda di Indonesia seorang perempuan berusia 21 tahun. Dan rektor ITB terpilih seorang guru perempuan bergelar Profesor Doktor. Sangat membanggakan.Â
Ilmu yang kita dapat dengan bersekolah tinggi untuk dimanfaatkan dalam mendidik anak - anak kita agar mereka siap menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas dan mandiri, agar kita dapat menjadi partner diskusi sekufu bagi suami dalam menjalani kehidupan, untuk menolong keluarga, tetangga, masyarakat yang membutuhkan bantuan, untuk ikut berpartisipasi dalam memperbaiki dan membangun bangsa, di bidang pekerjaan masing - masing, agar anak - anak Indonesia dapat menikmati keadaan yang lebih baik saat kita memberikan estafet kepemimpinan kepada mereka melanjutkan kehidupan dan pembangunan, agar seluruh rakyat sejahtera dan bahagia, bersama - sama.
Begitu banyak pahlawan daerah di seluruh wilayah Indonesia seperti mereka. Namanya mungkin sudah tidak dikenali anak - anak kita, apalagi jasanya. Jika dapat berjumpa dengan Pak Nadiem Makarim, kami ingin mengusulkan agar Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan bersinergi dengan Kementrian BUMN dan Lembaga Heritage, berkolaborasi untuk mempromosikan para pahlawan daerah, dan menceritakan sejarah bangsa apa adanya, tidak berlebihan dan tidak disembunyikan. Kalaupun memang ada tokoh pahlawan pernah melakukan kesalahan ya diceritakan saja untuk pelajaran anak - anak tanpa mengurangi rasa hormat kita kepada jasa mereka. Toh pahlawan juga manusia yang banyak salah.
Kami juga ingin mengusulkan agar Pak Nadiem buatkan story board di semua situs bersejarah peninggalan pahlawan daerah, bagaimana cerita yang pernah terjadi disana, agar dapat dipahami dan bermanfaat sebagai pelajaran hidup untuk kita dan anak - anak kita. Membuat story board di rumah mereka, di makam, di kantor mereka bekerja berpikir, dimana saja pernah terjadi sejarah pengorbanan dan perjuangan pahlawan daerah untuk masyarakat dan bangsanya.Â
Selain itu kami usul agar Pemerintah menyediakan transportasi masal dari dan ke situs peninggalan sejarah. Agar anak - anak Indonesia tidak hanya memuja artis dan boyband Korea, tapi mengambil ibroh dan mengagumi nenek moyangnya yang gagah berani. Karena atas perjuangan merekalah maka kita dapat menikmati kehidupan yang mudah dan nyaman.
Selamat Hari Pahlawan.
Bumi ageung adalah sebuah bangunan tua bersejarah yang beralamat di Jl. Moch. Ali No.64, Solokpandan, Kec. Cianjur, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat 43214.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H