Mohon tunggu...
Rakhmat Koes
Rakhmat Koes Mohon Tunggu... Aktor - Performance Art, Photography & Vintage Motorcycle Enthusiast (IG & Twitter: @rakoes)

follow me: @rakoes @gengtriltua_indonesia Editorial Officer, CHIP FOTO VIDEO - Group of Magazine Kompas Gramedia. Photography Enthusiast, Artist, Actor, Theatre Director, and now Journalist.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Menggugat "Anjay"

31 Agustus 2020   09:22 Diperbarui: 2 September 2020   10:44 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anjay menjadi sebuah Trending Topic di Twitter setelah viralnya rilis dari sebuah lembaga yang melarang penggunaan kata "Anjay"/tangkapan layar pribadi

Sekian banyak percakapan di group Whatsapp dan hampir semua celoteh di jejaring sosial ramai membahas sebuah kata, "ANJAY" yang tentunya tidak ada di dalam KBBI. Pada 31 Agustus 2020, "ANJAY" menjadi trending topic dengan 199K twit yang membahasnya.

"ANJAY" yang dimaksud hanyalah sebuah kata ungkapan lisan yang bersifat selingkung (sebagai bahasa slang anak muda dalam suatu lingkungan tertentu).

Terus kenapa Si ANJAY dipermasalahkan? Nah, justru di situ letak masalahnya, yakni "Mempermasalahkan ANJAY".

--------

Mungkin yang mempermasalahkan ANJAY tidak memiliki historis dengan karakter pengganti titik dan koma di kalangan remaja Bandung era '90-an, ANJING dan GOBLOG.

Bagi remaja Bandung era '90an, ANJING dan GOBLOG selalu hadir dalam percakapan sehari-hari.  Tak bisa dipungkiri, itu nyata adanya. Sejak saya SD sampai Kuliah, ANJING dan GOBLOG akrab di kuping, lantas bagaimana tanggapan orang yang mendengarnya? Biasa saja tuh, selama ANJING dan GOBLOG berfungsi sebagai "pelengkap kalimat lisan yang bersifat selingkung".

Contoh ilustrasi ANJING dan GOBLOG sebagai pelengkap kalimat lisan dalam percakapan:

1. "Barudak! Tadi aing panggih jeung awewe, Geulis pisan Anjing! Goblog teh matak bogoh aing mah."
(Teman-teman, Tadi gue ketemu cewe, cantik banget Anjing! Goblog jadi bikin gue cinta sama dia.)

2. "Anjing Gehu na panas keneh!"
(Anjing tahu isinya masih panas (panas karena baru diangkat dari wajan penggorengan). ANJING sebagai ungkapan Kejut yang bersifat spontan.

3. "Goblog Anjing, ban motor bitu!" (Goblog Anjing, ban motor meletus/kempes. ANJING dan GOBLOG menyatakan ekspresi kekesalan atas sebuah kesialan.

Ekspresi sang Komunikator pelontar ANJING dan GOBLOG tersebut semringah, bahagia, merasakan jatuh cinta, merasakan apes dan tidak ada unsur merendahkan objek yang tengah diperbincangkan. Sebaliknya, ANJING dan GOBLOG sebagai kata pengganti yang menggambarkan pujian dan kepuasan/keluhan isi hati.

-----------

ANJING dan GOBLOG tidak hanya sebagai kata pelengkap kalimat dalam percakapan lisan semata. Bisa juga memiliki makna yang bersifat atau menggambarkan ungkapan emosionil (kemarahan).

Contoh ANJING dan GOBLOG sebagai ungkapan kemarahan, Dan contoh paling ikonik di masyarakat Bandung (Jabar), di antaranya (maaf ya!)

1. WASIT GOBLOG! 

Frasa ikonik ini selalu menggema di Stadion Siliwangi kala itu dan hingga kini. Bahkan, gaungnya bisa menggema di Stadion Utama Senayan (GBK) setiap kali tim Sepak Bola kebanggaan Anak Bandung, PERSIB Bandung, mendapat perlakuan tidak adil dari keputusan wasit. GOBLOG di sini memiliki makna kemarahan!

2. GELUT JEUNG AING ANJING! (Berkelahi dengan Gue, Anjing!), juga merupakan lontaran ekspresi kemarahan. Kalimat tersebut bukanlah mengajak berkelahi seekor Anjing, melainkan kata Anjing sebagai pengganti orang kedua (yang ditantang untuk berkelahi), dalam hal ini tingkat kemarahan maksimal dari Komunikator yang mungkin bisa membuat komunikannya menjadi ciut. (Dalam hal ini ada emosi dan amarah, ada ujaran kebencian).

------------

Terciptanya "ANJAY"

Kata ANJAY tercipta sebagai bentuk penghalusan makna dari kata lisan ANJING yang bersifat sebagai pelengkap kalimat lisan.

Lha, kok bisa? Iyalah, anak-anak remaja Bandung di era itu, tidak mungkin menggunakan ANJING dan GOBLOG dalam percakapan sehari-hari di ruang formil normatif (misalnya di Rumah, Kelas, Sekolah, Madrasah, Kampus, atau Ruang yang terdapat orang-orang yang lebih tua).

Karena itu, ungkapan ekspresifnya sudah menanggalkan ANJING dan GOBLOG, dihaluskan menjadi ANJAY! (bisa juga ANJIS, ANYING, ANYIR, ANJIR, AJAAAYY, NYING, GOBLOS, GOBS, BLOG AH, dll). 

Para orangtua akan melarang anak-anaknya berkata Anjing dan Goblog. "Eeeeh, Tong Unjang-Anjing, Jang!"

Setiap kelompok selingkung bisa memiliki gaya ungkapan penghalusan kata sendiri-sendiri.

Jadi, ANJAY itu tercipta sebagai kata yang lebih halus, sebagai kata pelengkap kalimat lisan dalam suatu lingkungan, dan bisa saja tidak memiliki makna apapun, selain sebagai kata ekspresif spontan yang tersisip dari sebuah dialog.

------------

DEVIASI MAKNA ANJAY

Ketika kata-kata tersebut "me-nasional", ada deviasi makna dan ekspresi pengungkapannya. Hal tersebut bisa menimbulkan salah kaprah antara komunikator dengan komunikan. Seperti halnya penggunaan kat "Aing" oleh kalangan Millenial Ibu Kota Jakarta. Padahal, bagi orang Sunda, "Aing" merupakan penyebutan untuk diri sendiri (bersifat kasar), biasa digunakan untuk rekan sebaya yang selingkung, (bahasa halusnya Abdi, Sim Kuring, Urang, Kaula). Sangat keliru jika kata "Aing" digunakan seperti, "Kamu ke mana saja sih, Beb? Aing tuh rindu tau.." 

Back to Anjay! Per tanggal 29 Agustu 2020, kata "ANJAY" rupanya telah dianggap sebagai ancaman moral yang lebih berbahaya dari tipu daya laten korupsi. Anjay telah dianggap sebagai bentuk ujaran kebencian yang merendahkan. Anjay memiliki urgensi yang tinggi untuk dilenyapkan dari Bumi Pertiwi. Padahal, sejatinya Anjay merupakan bentuk kata yang dihaluskan daripada ungkapan "Anjing!"

Se-urgent itukah si Anjay?

Tapi, ANJAY, bagaimana pun juga tidak bisa dan tidak enak digunakan sebagai ungkapan merendahkan, atau ungkapan kemarahan.
Masa iya orang ngamuk bilang, "Kamu tuh Anjay, Yey!" Berkesan sedang becanda, bukan marah.

------

Buat saya sih, Anjay tak ubah sebuah kata tak sarat makna. Ke dalamannya hanya bisa diukur dari ekspresi ketika sedang mengungkapkannya. Dan, Anjay tidak memiliki urgensi bagi sebuah generasi, sebab setiap generasi memiliki bahasa slang sendiri-sendiri, tentunya tidak akan merusak kaidah Bahasa Indonesia.

Pesan saya untuk lembaga tersebut, masih banyak PR yang lebih penting untuk dicermati, dari pada hanya menggugat Anjay!

Tabik!
Rakoes


31 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun