Mohon tunggu...
Rakhmasari Kurnianingtyas
Rakhmasari Kurnianingtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Mencoba melukis cerita lewat aksara

belajar dari mendengarkan dan melihat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Haenyeo, Wanita Tangguh Penguasa Laut

27 Mei 2022   21:02 Diperbarui: 27 Mei 2022   21:08 1061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Haenyeo pulau Jeju (Foto : liputan6.com)

Haenyeo menjadi kosakata baru bagi saya. Istilah bahasa Korea yang bisa diartikan Wanita Laut dalam Bahasa Indonesia. Sebuah sebutan yang berlatar profesi mereka sebagai penyelam. 

Sebutan haenyeo saya kenal dari drama Korea yang berjudul Our Blues. Sebuah drama yang mengisahkan kehidupan sekelompok orang di pulau Jeju dengan perjuangannya masing-masing menjalani hidup dan mencari kebahagiaan. Drama Korea memang selalu menyajikan fakta lain yang unik dan menambah pengetahuan kita tentang negeri ginseng.

Pulau Jeju sendiri sangat terkenal dengan keindahan alamnya sehingga menjadi destinasi unggulan para pelancong. Sebagai pulau yang dikelilingi lautan, dari pulau Jeju inilah lahir para haenyeo. Haenyeo dipercaya mulai ada di pulau Jeju sejak ratusan tahun lalu.

Mereka adalah sekelompok wanita yang mendedikasikan hidupnya menjadi penyelam. Setiap hari mereka akan bekerja selama 6-7 jam. Jangan dibayangkan mereka menyelam dengan seperangkat alat yang menempel di tubuh.

Para haenyeo adalah penyelam tradisional yang terjun ke bawah laut tanpa alat bantu. Mereka menyelam mengenakan rompi dengan pemberat, kacamata renang dan alat penerang seadanya. Tidak ada tabung oksigen. Dengan keadaan yang minimalis seperti itu, mereka sanggup untuk berada didasar laut menahan nafas selama 2-3 menit.

Mereka menyelam sampai dengan kedalaman 20 meter. Hasil laut yang mereka kumpulkan adalah abalone atau kerang laut. Abalone adalah jenis kerang yang memiliki cangkang keras dan menempel di bebatuan dan karang laut. Untuk mengambilnya harus dengan cangkul dan membutuhkan tenaga yang kuat. Itulah mengapa abalone sangat berharga dan bernilai jual tinggi.

Haenyeo bekerja secara berkelompok. Suatu keadaan yang wajar mengingat risiko yang mereka hadapi di bawah laut. Mereka akan menyelam dan saling melindungi satu sama lain. Saat menyelam mereka meninggalkan pelampung sebagai penanda lokasi ketika harus muncul di permukaan.

Setelah muncul di permukaan laut, haenyeo akan mengeluarkan suara seperti siulan yang melengking. Itu adalah cara mereka mengeluarkan karbondioksida dan menghirup oksigen kembali. Setelah itu mereka akan kembali menyelam. Begitu seterusnya seharian sampai dirasa cukup mereka mendapat hasil panen laut.

Mengapa para penyelam ini didominasi kaum wanita? Karena mereka dipercaya mempunyai kemampuan bertahan lebih lama di bawah laut yang dingin karena memiliki lebih banyak lemak tubuh. Oleh karena itu jika biasanya orang Korea sangat mendambakan anak laki-laki, maka di pulau Jeju tidak demikian. Anak perempuan lebih memiliki nilai lebih dan dihormati.

Haenyeo adalah profesi turun temurun. Anak perempuan sudah diajarkan untuk menyelam mencari abalone sejak berumur 10 tahun. Mereka harus diajarkan menyelam sejak kecil karena menyelami dunia laut bukan hal yang mudah. Mereka harus belajar paling tidak 13 tahun untuk bisa menyatu dengan laut.

Selain kekuatan fisik, mental menjadi bagian yang paling penting. Di bawah laut sifat serakah harus dibuang, karena keinginan untuk mendapat hasil yang banyak dapat mengalahkan nalar untuk tetap menjaga keselamatan. Itulah mengapa haenyeo selalu bekerja dalam grup, agar bisa saling mengingatkan dan melindungi. 

Jumlah haenyeo saat ini sudah menurun drastis. Profesi yang turun temurun sepertinya akan semakin kekurangan peminat seiring dengan perkembangan zaman. Harga hasil laut dari pulau Jeju yang tinggi mampu menaikkan kehidupan sosial mereka. Mereka mampu menyekolahkan anak-anak mereka namun pada akhirnya anak-anak memilih untuk bekerja di dunia industri atau teknologi.

Kenyataan ini membuat jumlah haenyeo terus berkurang, bahkan pemerintah Korea memperkirakan jika tidak ada penerus maka 20 tahun lagi profesi ini akan punah. Sekarang saja mayoritas haenyeo yang masih bertahan adalah wanita berusia diatas 60 tahun. Sangat disayangkan mengingat haenyeo adalah profesi yang unik sampai dianugerahi oleh UNESCO sebagai warisan budaya Korea Selatan pada November 2016 silam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun