Mohon tunggu...
Rakhmasari Kurnianingtyas
Rakhmasari Kurnianingtyas Mohon Tunggu... Lainnya - Mencoba melukis cerita lewat aksara

belajar dari mendengarkan dan melihat

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Banggakah Kita sebagai Pegawai yang Dibutuhkan Kantor?

1 April 2022   08:00 Diperbarui: 1 April 2022   19:50 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam suatu kesempatan saya mendapat curahan hati seorang teman. Seseorang yang di kantornya dikenal sebagai orang yang berdedikasi tinggi dalam pekerjaan dan menjadi kepercayaan atasan. Semua orang mengagumi kemampuannya dalam menyelesaikan segala masalah.

Dalam pandangan orang, kehidupannya di tempat kerja sangat menyenangkan. Bagaimana tidak? Apapun yang menjadi tanggung jawabnya dapat dituntaskan dengan mudah dan cepat. Predikat pegawai teladan atau pegawai berprestasi telah berulang kali dia raih.

Tapi ternyata apa yang tampak di luar tidak seindah yang dibayangkan orang. Dia menyimpan kegundahan hati yang tidak bisa dengan mudah dia keluarkan. Dia menyimpan beban yang sangat berat.

Bagi seorang atasan, memiliki pegawai yang mumpuni dalam segala hal adalah idaman. Tidak perlu terlalu repot untuk memikirkan pendelegasian tugas karena sistemnya sudah terbentuk.

Namun dari sisi pegawai apakah selamanya hal itu bisa dia terima dengan lapang dada? Dalam kasus teman saya, dia merasa bahwa ketergantungan kantor kepadanya telah merampas sedikit hak pribadinya.

Sudah sering kita temui, orang yang dirasa mempunyai kemampuan yang bagus di suatu posisi akan dipertahankan di tempat tersebut dalam jangka waktu yang lama. Dengan alasan bahwa dia lebih berpengalaman dan bisa 'mengamankan' pekerjaan.

Suatu keadaan yang bisa sangat berpengaruh secara mental kepada pegawai yang bersangkutan. Kebanggaan sebagai orang yang dibutuhkan kantor akan terkikis jika dia merasa sudah terlalu lama dijerat dalam posisi yang sama dengan bungkus 'kepentingan kantor'.

Tidak semua orang memiliki keberanian untuk menyuarakan isi hati. Terutama untuk hal-hal di tempat kerja yang sangat rentan dengan efek sampingnya. Di cap sebagai pegawai yang tidak loyal, melawan atasan atau tidak mempunyai integritas, sungguh tidak menyenangkan.

Orang lebih ingin dihargai daripada sekadar dibutuhkan. Penghargaan akan lebih memanusiakan pegawai. Sekadar dibutuhkan hanya akan memberi kebanggaan sesaat. Namun saat hak pribadi sedikit terampas, segala puja puji akan menjadi kata-kata tanpa makna.

Penghargaan adalah memberi waktu dan ruang untuk berkembang. Suatu timbal balik yang seimbang antara kantor dan pegawai. Kadang slogan 'demi kepentingan kantor' adalah makna tersirat dari atasan yang belum siap ditinggal dan mendapat pegawai baru yang belum teruji kemampuannya.

Apa yang bisa dilakukan seorang pegawai saat berada di posisi seperti itu? Bagi orang yang mempunyai karakter pendiam dan menerima apa adanya, tentu tidak ada pilihan lain. Dia akan bekerja seperti biasa. Tapi apakah bisa dijamin kualitas kerjanya akan maksimal dalam jangka waktu yang lama? Belum tentu.

Tekanan psikologis yang dialami seseorang dapat berimbas kepada kinerjanya. Bahkan mungkin tanpa yang bersangkutan menyadarinya. Tentu saja ini akan berpengaruh juga kepada lingkungan sekitar.

Sedangkan bagi orang yang berani berbicara mereka lebih mudah untuk memperjuangkan nasib. Entah dengan berbicara langsung kepada atasan tentang keberatannya atau kepada pihak lain yang bisa membantunya.

Ilustrasi Well-being (Foto : face2facehr.com)
Ilustrasi Well-being (Foto : face2facehr.com)

Dalam dunia kerja, sangatlah penting untuk menjaga kesehatan mental pegawai. Karyawan atau pegawai adalah aset utama suatu perusahaan atau kantor.

Saat ini sudah lebih banyak perusahaan atau kantor yang peduli dengan kesehatan mental pegawainya. Istilah well-being sudah menjadi hal yang bisa diterima banyak pihak.

American Psychological Association (APA) mendefinisikan well-being sebagai keadaan yang memiliki rasa bahagia, kepuasan, tingkat stres yang rendah, sehat secara fisik dan mental serta menjaga kualitas hidup yang baik

Perusahaan atau kantor yang sudah memahami pentingnya kondisi pegawai akan sangat mengusahakan situasi well-being di tempat kerja ini tercapai. Karena kondisi pegawai yang sehat secara fisik dan mentalnya akan berdampak langsung kepada produktivitasnya. Reputasi perusahaan juga akan lebih terjaga.

Jadi sekali lagi, pegawai akan lebih bangga menjadi orang yang dihargai oleh kantor daripada sekadar dibutuhkan sebagai mesin berjalan yang disebut kinerja. Penghargaan yang diterima oleh pegawai akan kembali kepada perusahaan dalam bentuk produktivitas yang dijalankan tanpa tekanan.

Apakah tempat anda bekerja sudah peduli dengan kesehatan mental pegawainya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun