Keluarga berperan penting sebagai agen pertama dalam pembentukan identitas maskulin pada anak laki-laki. Namun, di era digital ini, mereka juga berperan sebagai filter atau interpretator nilai, membantu anak memahami representasi maskulinitas yang mereka temui.Â
Untuk itu, penting bagi keluarga, pendidik, dan masyarakat secara luas untuk mendukung konsep maskulinitas yang lebih sehat dan inklusif, membuka ruang bagi laki-laki untuk mengekspresikan diri secara bebas tanpa terikat oleh stereotip gender yang membatasi.
Dengan upaya bersama, generasi mendatang dapat mengembangkan identitas maskulin yang lebih sehat, kuat secara emosional, dan adaptif terhadap perubahan zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H