Rakhmad  Suciono
CGP Angkatan 7 Kelas 85
Blog Tulisan Refleksi dan Kesimpulan Tugas Koneksi Antar Materi modul 3.1
Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Pratap triloka dalam pendidikan sebagai sistem among yang diusung oleh KHD antara lain :
- Ing ngarsa sung tuladha , maknanya adalah, seorang pendidik menjadi teladan bagi muridnya.
- Ing madya mangun karsa, maknanya, seorang pendidik menjalin komunikasi yang baik dengan muridnya.
- Tut wuri handayani, yaitu peran pendidik sebagai motor penggerak yang memotivasi serta mendorong muridnya berkembang sesuai potensinya.
- Kaitannya dengan pengambilan keputusan, seorang pemimpin (pendidik) harus mampu mengambil sebuah keputusan yang tepat, arif, bijaksana, dan berpihak kepada muridnya. Seorang pemimpin (pendidik) harus mampu menjadi teladan bagi orang-orang yang dipimpinnya (murid), seorang pemimpin (pendidik) harus mampu membangun semangat orang-orang yang dipimpinnya (murid), dan seorang pemimpin (pendidik) harus mampu memberikan motivasi kepada orang-orang yang dipimpinnya (murid) untuk dapat mengembangkan minat, bakat, dan potensi yang dimiliki.
- Dalam menjalankan peran sebagai pendidik, ada kalanya pendidik dihadapkan dalam situasi yang mengandung dilema etika dan bujukan moral. Dilema etika merupakan sebuah situasi dilematis yang terjadi Ketika seseorang harus memilih antar dua pilihan. Di mana kedua pilihan benar secara moral, tetapi bertentangan. Bujukan moral adalah sebuah situasi ketika pendidik harus memilih keputusan benar atau salah.
Menurut saya pengaruh pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka terhadap sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran adalah pendidik menyadari bahwa dalam lingkungan sekolah akan ditemukan berbagai dilema etika dan bujukan moral. Maka dari itu disinilah pendidik harus memiliki kompetensi dan peran sesuai dengan filosofi Pratap Triloka dari KHD dengan cara menjadi sosok teladan yang positif, motivator, dan sekaligus pendukung moral bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila dan merdeka belajar sehingga pendidik seharusnyanya selalu mengacu pada 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan dalam situasi yang menantang dan bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut.
Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, tentu berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Dalam pengambilan keputusan, kita mengenal ada tiga prinsip yang dapat kita ambil yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan tentunya berkaitan dengan nilai- nilai yang tertanam dalam diri kita. Misalnya, pendidik yang memiliki empati yang tinggi, rasa kasih sayang dan kepedulian cenderung akan memilih prinsip Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Sedangkan pendidik yang memiliki sikap jujur dan komitmen yang kuat untuk tunduk pada peraturan cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking). Dan pendidik yang reflektif dan memiliki jiwa sosial yang tinggi cenderung memilih prinsip Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking).
Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya.
Dalam materi pengambilan keputusan yang dipelajari penulis saat ini ternyata memiliki hubungan yang erat dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang pernah dilakukan pada modul sebelumnya. Jika pada proses coaching kita membantu agar coachee dapat membuat keputusannya secara mandiri maka dalam modul ini kita kembali melakukan refleksi apakah keputusan yang dibuat tersebut dapat dipertanggungjawabkan, menjadi win-win solution bagi pembuat keputusan atau justeru akan dapat menimbulkan masalah di kemudian hari. Dalam pembelajaran pengambilan keputusan ini penulis diberikan panduan berupa paradigma, prinsip, dan 9 langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan yang tentu akan membuat suatu keputusan semakin tajam dan matang.
Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Jika pendidik melakukan dengan kesadaran penuh (mindfullness), dapat melakasnakan 5 KSE (kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dengan baik maka pengambilan keputusan akan menghasilkan keputusan yang tidak ada resiko atau sedikit resiko dan tidak menimbulkan masalah baru.
Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Sebagai seorang pendidik tentu akan menghadapi situasi dilema etika atau bujukan moral di lingkungan sekolah. Pembahasan studi kasus pada modul ini memberikan contoh-contoh yang biasa terjadi dan mungkin saja pernah dialami oleh sebagian pendidik. Hal ini akan memberikan rambu-rambu dan pedoman agar pendidik-pendidik tidak terjebak dalam situasi yang sama dan dapat bertindak secara bijak melalui prinsip, paradigma, dan langkah dalam pengujian dan pengambilan keputusan akan membuat kita semakin menyadari perilaku yang benar dan perilaku yang salah.
Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?
Pengambilan keputusan memiliki arti penting bagi maju atau mundurnya suatu organisasi/sekolah. Pengambilan keputusan yang tepat akan menghasilkan suatu perubahan terhadap organisasi/sekolah ke arah yang lebih baik, tercipta budaya positif, serta terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. namun sebaliknya pengambilan keputusan yang tidak tepat akan berdampak tidak baik pada  pengelolaan sekolah itu sendiri.
Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Tantangannya adalah jika keputusan kita menimbuilkan pro dan kontra dan yang kontra tidak mau melaksanakan hasil keputusan tersebut, sehingga keputusan tersebut dapat menimbulkan resiko besar. Terdapat kaitan perubahan paradigma dari nilai keadilan vs belas kasihan menjadi kebenaran vs loyalitas. Pengambilan keputusdan ini menimbulkan perubahan yang tidak dapat dibangun dalam waktu semalam. Paradigma yang sudah tertanam begitu lama di benak warga sekolah (kepala sekolah, pendidik, murid, wali murid dan masyarakat) dan telah menjadi budaya tentu akan menjadi sebuah tantangan dan sulit dihilangkan. Kasus dilema etika pun masih akan menjadi bagian dalam skenario di lingkungan sekolah. Menurut saya kita harus fokus pada proses dan langkah perubahan yang telah dibuat meski masih seumur jagung, sebesar apapun batu yang menghalangi akan ada celah meski hanya dari beberapa tetesan dukungan dan semangat.
Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Sebagai pemimpin pembelajaran tentunya pengambilan keputusan akan sangat berpengaruh pada pengajaran yang diberikan kepada murid, apakah dengan metode klasik seperti ceramah yang cenderung membuat murid statis ataupun pengajaran yang mempertimbangkan keberagaman dan aspek sosial emosional murid sehingga dapat memerdekakan murid-murid kita baik dari ranah kognitif, psikomotorik maupun afektifnya. Sebagai pemimpin pembelajaran seharusnya kita memutuskan pembelajaran berdiferesiansi sesuai kebutuhan murid yang potensinya beragam dan pembelajaran sosial emosional dengan kehadiran dan kesadaran penuh sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai.
Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Setiap pengambilan keputusan yang dilakukan pendidik secara tepat dan bijak tentu akan mempengaruhi masa depan murid-murid. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, bisa diandalkan, dan mampu menggali potensi dan kekuatan mereka sehingga dapat mengantarkan dan mewujudkan harapan dan cita-cita murid di masa depannya.
Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan yang dapat diambil dari modul ini dan keterkaitan dengan modul-modul sebelumnya adalah bahwa pengambilan keputusan yang diambil oleh pendidik sebagai pemimpin pembelajaran sangat mempengaruhi terhadap hal --- hal yang berkaitan dengan murid khususnya terhadap pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Trilokanya. Nilai-nilai kebajikan dan keyakinan yang tertanam dalam diri seorang pendidik juga mempengaruhi keputusan yang akan diambilnya serta pengambilan keputusan yang tepat dapat berdampak pada lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Keputusan yang diambil seorang pendidik mempengaruhi pengajaran yang memerdekakan murid sehingga dapat membentuk karakter murid serta mempengaruhi kehidupannya di masa depan.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Setelah mempelajari modul ini saya memahami perbedaan kasus dilema etika (benar-benar) dan bujukan moral (benar-salah), 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.
Hal-hal di luar dugaan menurut saya yaitu sebenarnya sehari-hari di kelas/sekolah sudah mengambil keputusan terhadap kasus dilema etika namun belum sistematis seperti di modul ini, sehingga keputusan kita belum diuji atau direfleksikan.
Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Â
Pernah, terhadap rekan sejawat atau murid di sekolah berdasarkan nilai kebajikan dan keyakinan yang saya miliki, walaupun belum melalui pendekatan 439 secara utuh. Bedanya setelah mempelajari modul ini saya akan menerapkan pendekatan 439 setiap kasus dilema etika yang saya hadapi di sekolah berdasarkan nilai-nilai kebajikan, berpihak pada murid, dan bertanggung jawab sehingga dapat membuat keputusan yang tepat dan matang.
Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Â
Terjadi perubahan yang saya alami yaitu sebelum mempelajari modul ini saya mengambil keputusan sesuai nurani, keyakinan, dan nilai -nilai kebenaran untuk mengambil keputusan kasus dilema etika dan kemungkinan masih merugikan pihak murid atau pihak terkait, namun setelah mempelajari modul ini saya semakin mantap dalam mengambil keputusan kasus dilema rtika dengan pendekatan 439 yang akan menhasilkan putusan yang tepat dan bertanggung jawab serta tidak merugikan pihak-pihak terkait terutama pihak murid.
Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Â
Sebagai pemimpin pembelajaran sangat penting mempelajari modul ini karena saya sehari-hari di sekolah, di rumah atau di manapun meghadapi suatu kasus dilema etika dimana pengambilan keputusan harus tepat dan bijak sehingga metode yang dapat digunakan dengan pendekatan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 lagkah pengujian pengambilan keputusan yang berdasarkan berpihak pada murid, nilai-nilai kebajikan, dan bertanggung jawab sehingga keputusan tersebut dapat mengakomodir dan tidak merugikan semua pihak terkait serta tidak menimbulkan (meninimalkan) resiko atau tidak menimbulkan permasalahan baru.
Terima Kasih
Hormat Saya.
Tergerak, Bergerak, dan Menggerakkan
Beli takjil ke Pasar ternyata antri
Mohon maaf di Hari Raya Idul Fitri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H