Jika melihat asal-usulnya, Aremania itu sendiri dibentuk dari geng-geng pemuda Malang seperti Argom (Armada Gombal), Prem (Persatuan Residivis Malang), Aregrek (Arek Gang Gereja Kayutangan), dan lainnya yang awalnya melakukan hal-hal negatif.Â
Setelah Arema berdiri, mereka meninggalkan kehidupan geng dan membangun persaudaraan dengan jargon "Salam Satu Jiwa".
Tidak percaya?
Silakan buka artikel Kompas tertanggal 24 Agustus 2011, "Jangan Sampai Hidupkan Geng-gengan Lagi".
Tentu sangat disayangkan, bahwa Aremania yang terdiri dari pecahan-pecahan, kemudian disatukan dengan panji Singo Edan, harus terpisah lagi.
Sangat menyedihkan bila Aremania yang meraih The Best Supporter pada Ligina tahun 2000 dan Copa Indonesia II tahun 2006, akhirnya kehilangan taji dan kreativitasnya.Â
Sangat memprihatinkan apabila Aremania dengan rekor tur terbanyak (mencapai 50.000 orang, ditambah 7000-10.000 disekitar Jabodetabek, sampai meluber ke sentel ban GBK dan bahkan keluar stadiondi musim 2009/2010), menjadi Aremania yang bahkan mengisi kapasitas 40.000 Stadion Kanjuruhan saja mboh-mbohan.
Banyak sekali harapan dan impian dari Aremania agar kedua kubu "Arema" dapat bersatu menjadi satu klub lagi.
Janganlah harapan ini hanya sekadar harapan. Janganlah impian ini terkubur dalam-dalam.
Jika dualisme ini tidak segera diselesaikan apa yang akan Aremania pilih?
Dan bagaimana jika di kemudian hari, Arema "liga bawah" naik kasta menjadi "liga atas", mau pilih mana? "liga atas satu" atau "liga atas dua"?