Mohon tunggu...
sekar A
sekar A Mohon Tunggu... Penulis - pemimpi

Active

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Merantau, Pengalaman yang Wajib Ada di Hidup Kita

12 Juli 2022   19:30 Diperbarui: 13 Juli 2022   16:05 1201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrai merantau (Sumber gambar : Unsplash.com Photo by  Erik Odiin) 

Pasti kita sudah tidak merasa asing dengan kata 'merantau'. Merantau secara singkat adalah pindah/pergi ke tempat yang jauh untuk suatu tujuan. 

Tapi kata 'merantau' bukan hanya sekedar berpindah tempat semata. Kata merantau tidak sesederhana kelihatannya. Merantau tidak sesederhana hanya berpindah tempat. Justru kata merantau adalah suatu kehidupan baru bagi individu.

Perlu banyak persiapan yang harus dihadapi individu ketika merantau. Dari situlah kita belajar bagaimana caranya hidup kembali di lingkungan yang baru. Mempelajari budaya setempat. Berpikir kreatif terhadap suatu pandangan. Serta membuka lingkar pergaulan.

Saya merantau ketika umur masih tergolong muda, yakni 13 tahun. Kejadian yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya. 

Candaan nenek yang menjadi kenyataan. Serta mimpi orangtua saya tercapai. Saat kecil nenek saya suka sekali bercanda setiap kali saya pulang ke kampung halaman di daerah Jawa Timur. 

"Kakak tinggal aja di kampung. Main sama teman-teman di sini, sekolah di sini, hari libur bisa main ke sawah dengan Mbah." canda Nenek ketika saya kecil.

Saya yang masih kecil saat itu-pun tentu menolak. Saya dilahirkan dan dibesarkan di Kota Jakarta. Tentu saya sudah nyaman dengan keadaan sana. 

Lucunya, candaan tersebut menjadi kenyataan ketika saya menginjak remaja. Sedih, tentu. Saya meninggalkan semuanya apa yang sudah saya bangun. 

Di umur saya yang sekarang, justru saya benar-benar bersyukur bisa merasakan yang namanya merantau. 

Di artikel ini, saya akan membagikan alasan mengapa merantau adalah hal yang wajib dilakukan oleh semua individu.

1. Merantau akan membuatmu merasa 'terlahir' kembali

Pertama kali menginjak kaki di kampung rasanya benar-benar berbeda. Padahal setiap tahun saya selalu berkunjung ke kampung ini setiap lebaran. Kali ini benar-benar terasa berbeda. Satu hari dua hari saya belum terbiasa dengan keadaan sekitar. Butuh waktu dua minggu bagi saya harus membuat 'jadwal' kebiasaan kembali muncul.

Kehidupan saya langsung berubah begitu saja. Dari kehidupan elitnya kota saya harus merasakan kesederhanaan desa. Tidak ada ojek online di sini, tidak ada pegawai kantor, tidak ada gedung-gedung tinggi, tidak ada macet, tidak ada bahasa campur aduk, tidak ada pedagang nasi uduk di pagi hari. 

Semuanya tergantikan dengan motor bising milik petani, pakaian petani yang yang sederhana, sawah sejauh mata memandang, bahasa Jawa yang kental, serta pedagang nasi pecel di pagi hari.

Iya, saya terlahir atau bisa disebut memulai kehidupan sebagai warga desa pada umumnya di sini.

Sedangkan orangtua saya memang asli sini sejak kecil. Mereka sudah lelah dengan kehidupan kota memutuskan untuk hidup lagi di tempat kelahiran ini.

2. Culture Shock yang sayang untuk dilewatkan

Hal ini tentunya tidak akan luput dari kita. Culture shock atau disebut dengan budaya kaget adalah keadaan di mana kita terheran-heran dengan budaya di tempat baru. Di tahun pertama saya hidup di desa tentunya saya mengalami banyak culture shock.

Ekspresi saya pertama kali melihat Cemoe (sumber gambar : Unsplash.com photo by  krakenimages)
Ekspresi saya pertama kali melihat Cemoe (sumber gambar : Unsplash.com photo by  krakenimages)

Cemoe adalah salah satu minuman yang DITABURKAN bawang goreng. Isi cemoe termasuk roti tawar, janggelan (cincau), kacang tanah, serta susu. 

Cemoe yang saya maksud (sumber gambar : cookpad.com)
Cemoe yang saya maksud (sumber gambar : cookpad.com)

Saya bikin saya heran di sini adalah bawang gorengnya. Biasanya bawang goreng ditaburkan untuk makanan gurih. Lha ini untuk minuman manis. Tentu saat mencoba pertama kali rasanya aneh. Minuman manis dicampur dengan taburan gurih. Bayangkan saja sendiri.

Masih banyak kejadian unik culture shock saya. Mulai dari budaya yang baik hingga budaya yang bikin kesal semuanya ada. Budaya yang paling aneh sekalipun juga ada. 

Di sini saya belajar cara betutur ramah yang baik jika bertemu orang lain. Sebaliknya, jika diajak ngobrol yang saya tidak suka adalah gaya bicara. Gaya bicara orang-orang di sini lebih cenderung bervolume tinggi dan blak-blakan. Maklum lha...

Budaya 'selamatan' adalah budaya warga sini untuk mendoakan orang-orang yang telah berpulang. Biasanya keluarga yang ditinggalkan akan mengadakan semacam pengajian dimulai dari hari pertama hingga hari ketujuh. Seratus hari setelahnya. Dan seribu hari setelahnya.

Culture shock mengajarkan kamu menyaring budaya-budaya yang baik dan menjauhi budaya yang buruk.

3. Serunya Mempelajari watak setiap daerah

Watak orang kota dengan orang desa tentunya berbeda jauh. Di sini saya mempelajari bahwa orang-orang hanya 'sekedar' asal bisa. Bukan menjadi ahli yang lebih profesional lagi. 

Saya beri contoh sederhana. Rata-rata di tempat tinggal saya masakan cenderung asin. Iya, orang-orang di sini asal asin berarti makanannya sudah dianggap enak. 

Saya jarang menemukan masakan yang benar-benar spesial di lidah saya. Masakan dengan bumbu yang menggiurkan adalah harta karun yang sulit dicari di sini.

Tidak begitu di kota. Di kota, di manapun saya makan, masakannya benar-benar khas meskipun jajanan murah sekalipun. Jangankan makanan. Mengendarai kendaraan asal bisa jalan saja sudah dikatak hebat. Padahal saya sering kesal menemui pengendara yang tiba-tiba seenak jidat berbelok. Apalagi bertemu dengan pengendara yang tidak mau ngalah. Mengendarai kendaraan ditengah-tengah jalan dengan kecepatan lambat. Kalau orang mau nyalip jadi susah. 

Untuk masalah pekerjaan idaman. Di kota pembisnis adalah cita-cita yang diidamkan. Sedangkan di desa menjadi PNS adalah hal yang dianggungkan. 

4. Membuka banyak kesempatan yang lebih baik

Satu lagi yang membuat saya bersyukur pindah ke daerah Jawa Timur adalah banyak pilihan PTN yang dituju. Itu artinya banyak kesempatan yang bisa saya raih dalam satu domisili. Tahun ini saya bersyukur bisa diterima di salah satu PTN yang masih berdomisili Jawa Timur tanpa harus ikut tes. 

Tidak hanya itu, saya bersyukur dapat mencicipi kerja part time saat kelas 12 SMA. Saya belum pernah bekerja penuh waktu. Maka dari itu kerja part time adalah pemanasan untuk saya jika nantinya saya benar-benar bekerja. Ternyata merantau tidak ada ruginya. 

5. Menambah skill baru 

Sadar tak sadar. Hidup di tempat baru akan memaksa kita mempelajari skill yang belum sama sekali kita sentuh sekalipun. 

Skill ini akan terasah sendirinya apalagi sedang keadaan kepepet. Saya suka sekali mempelajari skill baru yang belum pernah saya coba sekalipun. 

Berkat pengalaman dan karena kepepet saja, saya mampu bertahan hidup di sini karena skill yang sudah saya pelajari sebelumnya. 

Bahkan skill yang benar-benar emas bagi saya adalah skill cara menangani mental health. Bagi saya ini adalah skill yang perlu semua orang pelajari tentang menangani kesehatan mental. Khususnya bagi mereka yang sedang dilanda kegalauan dan stres. 

6. Akan ada di mana "Masih banyak yang belum aku ketahui"

Selama di tempat baru, banyak sekali hal yang belum saya ketahui. Dunia ini luas dan saya akan terus belajar hingga akhir hayat. Di sini, banyak sekali hal yang menurut saya baru. Tentang budaya dan kepercayaan. Tentang watak dan pikiran. Tentang pola pikir dan masa depan.

Bahkan ada satu fakta yang membuat saya tercengang. Bahwa banyak anak yang ditinggal bekerja oleh kedua orang tua mereka. Maksudnya, sang anak tinggal di kampung bersama kakek dan nenek, sedangkan orangtua mereka bekerja penuh waktu di suatu kota yang jaraknya lumayan jauh.

Dan satu lagi soal pendidikan. Di suatu desa terdapat sebuah sekolah dasar yang sama sekali tidak memiliki guru bahasa inggris. Itulah mengapa kursus bahasa inggris cukup diminati di kalangan desa. Padahal bahasa Inggris adalah bahasa yang seharusnya kita pelajari sejak kecil. Saya tidak tahu alasan mengapa tidak ada guru bahasa inggris di sekolah dasar (tersebut).

Yap, inilah alasan saya mengapa seseorang wajib merantau. Jika diberi kesempatan merantau lagi justru saya akan senang. 

Merantau tidak ada ruginya kok. Selama tujuan merantau itu baik, semuanya akan baik-baik saja. Bahkan merantau ke tempat yang jauh dari sebelumnya juga merupakan tantangan yang seru. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun