Di sini saya belajar cara betutur ramah yang baik jika bertemu orang lain. Sebaliknya, jika diajak ngobrol yang saya tidak suka adalah gaya bicara. Gaya bicara orang-orang di sini lebih cenderung bervolume tinggi dan blak-blakan. Maklum lha...
Budaya 'selamatan' adalah budaya warga sini untuk mendoakan orang-orang yang telah berpulang. Biasanya keluarga yang ditinggalkan akan mengadakan semacam pengajian dimulai dari hari pertama hingga hari ketujuh. Seratus hari setelahnya. Dan seribu hari setelahnya.
Culture shock mengajarkan kamu menyaring budaya-budaya yang baik dan menjauhi budaya yang buruk.
3. Serunya Mempelajari watak setiap daerah
Watak orang kota dengan orang desa tentunya berbeda jauh. Di sini saya mempelajari bahwa orang-orang hanya 'sekedar' asal bisa. Bukan menjadi ahli yang lebih profesional lagi.Â
Saya beri contoh sederhana. Rata-rata di tempat tinggal saya masakan cenderung asin. Iya, orang-orang di sini asal asin berarti makanannya sudah dianggap enak.Â
Saya jarang menemukan masakan yang benar-benar spesial di lidah saya. Masakan dengan bumbu yang menggiurkan adalah harta karun yang sulit dicari di sini.
Tidak begitu di kota. Di kota, di manapun saya makan, masakannya benar-benar khas meskipun jajanan murah sekalipun. Jangankan makanan. Mengendarai kendaraan asal bisa jalan saja sudah dikatak hebat. Padahal saya sering kesal menemui pengendara yang tiba-tiba seenak jidat berbelok. Apalagi bertemu dengan pengendara yang tidak mau ngalah. Mengendarai kendaraan ditengah-tengah jalan dengan kecepatan lambat. Kalau orang mau nyalip jadi susah.Â
Untuk masalah pekerjaan idaman. Di kota pembisnis adalah cita-cita yang diidamkan. Sedangkan di desa menjadi PNS adalah hal yang dianggungkan.Â
4. Membuka banyak kesempatan yang lebih baik
Satu lagi yang membuat saya bersyukur pindah ke daerah Jawa Timur adalah banyak pilihan PTN yang dituju. Itu artinya banyak kesempatan yang bisa saya raih dalam satu domisili. Tahun ini saya bersyukur bisa diterima di salah satu PTN yang masih berdomisili Jawa Timur tanpa harus ikut tes.Â
Tidak hanya itu, saya bersyukur dapat mencicipi kerja part time saat kelas 12 SMA. Saya belum pernah bekerja penuh waktu. Maka dari itu kerja part time adalah pemanasan untuk saya jika nantinya saya benar-benar bekerja. Ternyata merantau tidak ada ruginya.Â
5. Menambah skill baruÂ
Sadar tak sadar. Hidup di tempat baru akan memaksa kita mempelajari skill yang belum sama sekali kita sentuh sekalipun.Â