Nah, disinilah yang menjadi alur yang kuat untuk film The Thinning ketika konflik mulai terbangun. Laina merasa dicurangi  ketika penilaian ujian diumumkan. Dirinya yakin lulus ujian dengan sempurna. Di tengah perjalanan menuju tempat eksekusi, dia memberontak dan bersembunyi. Di situlah Blake dan Laina bertemu. Blake merasa ada yang janggal di ujian kali ini, juga berpikir demikian. Akhirnya mereka sepakat untuk mencari tahu penyebabnya.
Mempunyai Plot Twist dan alur cerita yang keren
Yang saya suka dari film The Thinning adalah Plot Twist-nya yang mengagumkan dan alurnya yang tidak mudah ditebak. Ketika cerita sedang berjalan, saya pikir akan terjadi ini dan itu, tapi nyatanya, Wow! Diluar ekspektasi saya. Action dari film ini sungguh disajikan dengan luar biasa. Alur-nya pun tidak bertele-tele dan cukup untuk film berdurasi satu jam ini. Endingnya pun juga diluar perkiraan.
Saya katakan, film ini cukup membuat emosi-mu bagai rollercoaster yang terhempas langsung ke bawah. Bisa saja emosi sedih berada di awal, berapa menit kemudian jantung dibuat mendebarkan, lalu dibawa terharu, dan dibuat bahagia. Film ini mencakup hampir semua emosi yang ada di dalamnya.
Walaupun latarnya biasa, sinematografi patut dicap jempol dan tata pencahayaannya yang mendukung
Latar utamanya hanya satu, Yaitu SMA sekaligus merupakan tempat tes Blake. Tidak ada yang istimewa dari sekolahnya Blake. Maka dari itu, tone warna adalah kunci dari sinematografinya. Saya suka aturan pencahayaannya. Menurut saya, tata pencahayaan film The Thinning juga ikut sukses mendukung suasana.
Plus Minusnya apa?
Saya sudah menyebutkan poin plus diatas tadi. Akan saya tambah sedikit lagi untuk review kali ini. Akting actor dan aktris yang benar-benar memukau. Untuk karakter protagonis Blake yang diperankan oleh Logan Paul dan Laina yang diperankan oleh Peyton List cukup natural di dalam film ini.
Karakter antagonis paling terkuat dialah Mason King yang diperankan oleh Michael Traynor. Dia memiliki Wajah yang penuh luka, mata yang garang, dan  rambut gondrongnya cocok untuk memerankan karakter antagonis di film yang satu ini.
Poin minusnya, secara tidak langsung film ini mengandung diskriminasi. Hanya orang-orang pintar yang boleh melanjutkan hidup. Sedangkan orang-orang bodoh harus dieksukusi dan tersingkirkan dari masyarakat. Padahal belum tentu orang-orang bodoh benar-benar bodoh.
Film The Thinning adalah film yang layak ditonton oleh kita, karena plot twistnya yang bagus dan alur cerita yang tidak pernah terpikirkan oleh kita. Michael J. Gallagher dan kru lainnya sukses membawa film ini mendapat nilai 5,5/10 di IMDB dan 62% di Rotten Tomatoes.
Yang saya bingungkan, kenapa film ini tidak mendapatkan lebih banyak nilai di kedua platform tersebut, padahal film karya Michael J. Gallagher ini benar-benar bagus dan layak untuk ditonton. Dan film ini berhasil menjadi salah satu film favorit saya.