Mohon tunggu...
sekar A
sekar A Mohon Tunggu... Penulis - pemimpi

Active

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Ini Ceritaku Dibesarkan di Keluarga Pebisnis

18 Januari 2021   08:31 Diperbarui: 18 Januari 2021   08:53 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ini ceritaku dibesarkan oleh kedua orangtua yang merupakan seorang pembisnis. Hmm ... terkadang saya berpikir, saya dan kedua orangtua saya mempunyai kegemaran berbeda. Mereka suka sekali dunia bisnis sedangkan saya suka sekali dunia digital kreatif. Tentu bertolak belakang.

Dimulai awal tahun 2010 awalnya, ayah saya merintisnya di rumah. Namun, lama kelamaan bisnis tersebut berkembang semakin besar hingga tak mampu ditampung di rumah. Akhirnya ayah saya membeli ruko. 

Ruko tersebut membuka counter (jual pulsa), berubah menjadi kantor pos, dan berubah lagi menjadi kedai sate. Hingga akhirnya, orangtuaku menutup semua usahanya, dan pindah lah kami ke kampung halaman. Disaat tiga usaha tersebut jalan, orangtua ku banyak merekrut karyawan alias pegawai untuk membantu pekerjaannya.

Saya jadi berteman akrab dengan pegawai. Banyak cerita di counter yang sayang jika harus dilupakan. Sekarang apa kabar kalian semua?

Bisnis kami bukannya bangkrut. Tetapi, orangtua ku ingin sekali kembali ke kampung halaman. Awal kepindahan kami, ayah harus pindah lagi ke ibu kota untuk bekerja. Selama dua tahun lamanya, akhirnya ayahku kembali dan membuka usaha nya di kampung. Sekarang kami menyewa sebuah kios kecil di pasar.

Inilah toko kami di kampung halaman (dokpri)
Inilah toko kami di kampung halaman (dokpri)
Selama membuka bisnis ayah banyak mengajarkan banyak hal tentang dunia bisnis, di antaranya:

1. Bisnis bukan apa yang kita dapatkan, tetapi bagaimana cara membantu orang

Sejak dulu, ayah saya selalu merekrut orang-orang untuk dijadikan karyawan dengan syarat jujur. Sudah pernah ada hampir lima orang karyawan dalam bisnisnya. Awalnya hanya satu, lalu berkembang menjadi lima.

Ayah pernah berkata "Bisnis itu membantu orang-orang yang belum punya kerja. Dengan begitu, kamu bisa memperkerjankan mereka. Kamu bakal jadi bosnya. Tapi jadilah bos yang baik."

Itu yang membuat saya terpana. Membantu banyak pengangguran agar segera punya pekerjaan. Pembisnislah yang menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan begitu, kita tidak hanya berpikir bagaimana cara mencari kerja. Justrus pembisnis berpikir, bagaimana menciptakan lapangan kerja. Seperti itu lha pola pikir ayah saya.

2. Melihat peluang sebelum membuka bisnis

Ada baiknya jika kita memulai bisnis, kita lihat dulu peluang yang bagus di daerah situ. Yang masyarakat butuhkan serta yang belum ada di masyarakat. Memang mencari jenis bisnis yang berbeda di daerah sekitar susah-susah gampang.

Atau kalau memang sudah ada yang membangun bisnis yang sama denganmu, usahakan cari tempat yang tidak bersandingan dengan toko sebelah. Jika, kalau, seandainya kamu masih belum bisa mencari tempat tersebut, mungkin ada tempat lain yang lebih strategis. Kenali juga tempatmu membuka bisnis, bisa itu pasar, mall, lokasi wisata, atau di komplek. Pahami juga atura-aturan setempat.

Pernah ayah saya berjualan ayam potong di tokonya. Orang-orang yang berjualan di pasar sempat protes kenapa boleh berjualan ayam di pinggir jalan, seharusnya bagian daging-daging harus masuk ke dalam pasar. Daripada membuat keributan, ayah saya menghentikan penjualannya. Mau tidak mau, ayah saya harus mencari tempat di dalam pasar. Dan alhamdullilahnya dapat, tapi untuk saat ini belum dibuka.

Toko kami yang kami kontrak di pasar memang termasuk baru. Tetapi kami membuka bukan untuk bersaing. Saya lihat orang-orang pasar bahkan membantu satu sama lain. Itulah bisnis yang sesungguhnya. Bersaing secara sehat dan membantu yang lain.

3. Bisnis itu membuatmu menjadi pribadi yang baik

Sadar tidak sadar, bisnismu itu mampu merubah dirimu menjadi pribadi yang baik. Ketika bertemu dengan pembeli, bagaimana sikap kita agar pembeli tersebut berkesan dengan kita serta produk yang kamu jual.

Kamu pernah bertemu dengan pedangan jutek? Bagaimana perasaanmu saat itu? Sudah pasti tidak akan mau kembali lagi kan, jangan sampai pelanggan kita seperti itu nantinya.

Ketika kamu mendapat pesanan banyak dan harus diselesaikan dalam waktu singkat, di situlah kedisiplinan mulai terbentuk. Ketika kamu harus membagi waktumu antara kehidupan keluarga dengan bisnis, manajemen waktu menjadi solusinya.

Bisnismu merosot? Sifat sabar dan pantang menyerah mulai tumbuh di dalam dirimu. Putar otak bagaimana bisnismu tidak meredup. Pusing menghadapi masalah, disitulah ujian dimulai. Percayalah, bisnis itu merupakan guru yang terbaik untuk membentuk kepribadianmu.

Selain itu, kita bisa lebih dekat dengan tuhan yang maha kuasa. Telah melimpahkan bisnismu dan bagaimana cara kamu mensyukurinya.

4. Kalau bisnis-mu maju, kamu boleh membangun bisnis lain

Entah ini rumus darimana atau hanya ayah saya sendiri yang merumuskannya. Intinya dia bilang "Misal, bisnis jualan ayam sudah berkembang atau diawal puncak, kamu buka lagi bisnis di kue kering di rumah menerima pesanan. Bisnis itu gak cuma satu, tapi banyak. Kita nya saja yang harus pintar mengolah."

Perkataan ayah saya memang terbukti. Dulu ketika masih tinggal di ibu kota, ayah membuat rukonya menjadi kantor pos. Counter tetap, tapi hanya ada tambahan jasa pos. Selang beberapa bulan, dia berguru ke tukang sate ponorogo dan akhirnya membuka usaha sate di malam hari. Saya juga melihat betapa sibuknya dia menangani ketiga bisnis tersebut.

5. Bisnis itu menjamin masa tuamu

Poin terpenting yang pernah ayah saya ajarkan adalah, "Bisnis itu tidak pernah mati, bahkan bisa diwariskan ke kamu suatu saat nanti."

Ketika masa pensiunmu telah tiba, mungkin sebagian orang kebingungan bagaimana cara menghabiskan masa tuanya dengan diiringi uang untuk mencukupi kebutuhan. Mungkin ada beberapa profesi yang akan tetap menggajimu hingga akhir hayat. Tetapi ada juga yang tidak.

Nah, dari situ, ayah saya mengajarkan mengapa pentingnya bisnis. Untuk menjamin masa tuamu kelak. Uang akan tetap mengalir, dan bisnis bisa diwariskan ke generasi. "Kamu boleh kerja, asalkan punya bisnis di samping itu. Bisnis itu enak, gak banyak beban. Istirahat ya istirahat, kerja ya kerja. Jadi gak kecampur semua."

Itulah poin bisnis yang diajarkan ayah saya secara langsung maupun tidak langsung. Teruslah berinovasi menciptakan bisnis. Kelak, kamu bisa membuka lapangan pekerjaan untuk banyak orang nantinya. Jadi, kamu mau mulai bisnis apa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun