"Akang nanti pulangnya naik apa?" Ucap Pak Dodi, Manager Umum Cabang Jakarta sesaat sebelum jam bubaran kantor.
"Kereta pak, malem kok jam 7. Kalo berangkat sih jam setengah 6 dari sini aman kan ya?" Jawab saya.
"Aman kang, deket atuh. Mau jam 6 juga bisa. Ini sama si Ijal aja, biar gampang"
"Ah jangan pak, saya nanti naik Grab aja, tenang" Pungkas saya.
"Lho si Ijal ini driver Grab juga, biar sekalian aja kang. Saya lebih tenang kalo si Ijal yang anter, lebih aman lah".
Mendengar jawaban Pak Dodi, saya merasa tertarik dengan tawaran Pak Dodi sekaligus penasaran dengan Kang Ijal. Saya mengenal Pak Dodi sebagai orang yang baik dan ramah, namun saya merasa sungkan apabila saya diantarkan staff kantor Jakarta, terlebih saya tahu itu adalah fasilitas Direksi.
Menurut saya, Grab adalah solusi andalan dinas luar kota, dengan harga yang logis dan lebih aman, terutama untuk meloloskan diri dari penawaran yang sungkan saya terima. Tapi kalo si Kang Ijal ini Driver Grab ya boleh juga lah, toh bisa dibilang satu kantor.
"Nah ini si Kang Ijal nih, sini masuk kang" Pak Dodi kemudian mempersilakan masuk seorang pria masuk ke dalam ruangan.
"Naha atuh pak?" tanya pria tersebut.
"Ini, minta tolong anterin kang Raka ke stasiun, malem ini kudu balik Bandung deui. Persiapan kalo ada tugas dari Direksi"
"Ah ya siap atuh" Jawab pria tersebut.