Mohon tunggu...
Raka Prastya Bagus Jati Kusuma
Raka Prastya Bagus Jati Kusuma Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 45 Surabaya

Penulis memiliki hobi editing video (walaupun tidak begitu ahli). Penulis menjadi seorang guru di sekolah formal mulai tahun 2018 sampai sekarang. Sebelumnya, pada tahun 2015-2018, penulis juga pernah mengajar sebagai Dosen LB di Language Center (LC) salah satu Universitas Negeri di kota Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pesatnya Perkembangan Teknologi LMS Penunjang Kegiatan Belajar Mengajar Online pada Masa Pandemi Covid-19

6 Desember 2022   08:45 Diperbarui: 6 Desember 2022   09:05 356
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah 1 tahun 5 bulan berlalu sejak pertama kali digaungkan pelaksanaan untuk pembelajaran Daring di sekolah-sekolah seluruh Indonesia. Sejak pertama kali pandemic Covid-19 mewabah, pada tanggal 16 Maret 2020 seluruh siswa dan guru harus melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring dari rumah. 

Rasanya waktu yang cukup lama jika diingat-ingat, bagaimana kacau dan carut-marutnya kegiatan pembelajaran di awal-awal masa pandemi. Siswa, Guru, maupun Sekolah banyak yang belum terbiasa dengan pembelajaran online atau dalam jaringan (daring). 

Seakan-akan semua pihak dipaksa untuk mampu dan mau bersahabat dengan gawai sertai teknologi terbaru. Siswa yang datang dari latar belakang keluarga kalangan ekonomi menengah ke bawah menjerit, karena keterbatasan dana untuk memiliki gawai dan juga dana untuk kuota internet. Siswa dari latar belakang keluarga kalangan ekonomi menengah keatas pun mulai harus membiasakan diri untuk pembelajaran daring dan tatap maya. 

Para tenaga pengajar atau guru yang sudah terbilang tidak muda tergagap-gagap dengan pesatnya fitur dan tuntutan teknologi pembelajaran yang harus dikuasai. Hingga akhirnya pada 3 bulan pertama pandemi, pembelajaran daring pun hanyalah sebuah formalitas belaka. Ujian Nasional Tahun pelajaran 2019-2020 yang seyogyanya sebagai UN terakhir pun dibatalkan, dan hanya melaksanakan Ujian Sekolah sebagai salah satu syarat kelulusan.

Ironis rasanya, jika kita kembali ke masa-masa itu. Namun perubahan yang cepat harus segera dilakukan di setiap daerah. Pada awal tahun ajaran 2020-2021, kota-kota besar mulai melakukan inovasi-inovasi pembelajaran daring yang menarik dan menyenangkan. Salah satunya penyedia layanan platform video conference digital, yaitu Zoom dan Google mulai menjadi popular. 

Zoom Meeting sempat menjadi platform Video Conference terbesar saat itu, dengan peningakatan hingga jutaan pengguna perharinya di seluruh dunia. Google yang merupakan salah satu Perusahaan Digital terbesar di dunia juga sudah memiliki Learning Management System (LMS) yang terstruktur dan mulai membangun banyak fitur serta melengkapinya. 

Dalam Platform Google banyak tersedia fitur untuk Kelas Online (Google Classroom), Google Meet untuk Video Conferense (Tatap Maya), Google Form untuk membuat formulir serta penugasan daring, Google Docs, Google Sheet, Google Slides, dan lain sebagainya. 

Berbagai fitur menarik itulah yang akhirnya mempermudah kinerja para tenaga pendidik dan guru di tanah air untuk melakukan kegiatan belajar dan mengajar. Para siswa dan orang tua pun juga cukup familiar dan mudah dalam menggunakan aplikasi Google tersebut. Sistem antarmuka (user interface) yang ringan dan mudah dipahami oleh semua kalangan, membuat Google menjadi semakin tenar dan banyak digunakan.

Tidak ingin kalah bersaing, salah satu perusahaan besar seperti Microsoft juga mulai gencar mempromosikan Microsoft Teams Learning Management System (LMS) yang diklaim lengkap, ringan, dan user friendly. Di dalamnya sudah termasuk Kelas Online Microsoft Teams, dengan berbagai keunggulan yang mirip dengan Google Classroom. 

Ada Juga Teams Meeting untuk melakukan panggilan video untuk conference atau yang biasa disebut dengan vicon (tatap maya). Untuk penugasan Microsoft juga memiliki Office 365 yang didalamnya memiliki fitur Office form, Microsoft Sway, Document, Excel, Power Point, One Note, dan One drive sebagai media penyimpanan awan (cloud storage) untuk menyimpan berbagai file dokumen penunjang kerja. 

Namun, berbagai fitur canggih tersebut masih terbatas apabila digunakan sebagai pengguna individu (individual account). Karena fitur Microsoft Teams tersebut baru bisa berasa manfaatnya jika pengguna masuk sebagai pengguna akun Organisasi yang notabene harus diupgrade menjadi berbayar atau akun premium.

Dokpri
Dokpri

Tidak berselang lama, kecanggihan fitur Microsoft Teams tersebut pun pada akhirnya sempat dialami dan dirasakan oleh penulis yang bekerja sebagai guru di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Surabaya. 

Saat itu, Dinas Pendidikan Kota Surabaya mewajibkan seluruh sekolah, mulai dari SD-SMP di Surabaya untuk menggunakan Microsoft 365 (atau yang dikenal dengan sebutan MO365) dengan platform LMS Microsoft Teams sebagai media penunjang Kegiatan Belajar Mengajar. Tentunya Dinas Pendidikan memberikan akun Organisasi yang bisa diakses oleh seluruh Guru dan Siswa secara gratis dengan domain khusus. Memang menarik dan menyenangkan rasanya ketika mendapati kita bisa mengoperasikan Microsoft Teams secara luas dan terstruktur.

Mencoba menerapkan teknologi LMS yang baru kita kenal dan pelajari memang mebuat suatu tantangan tersendiri bagi semua pihak yang menggunakannya. Walaupun segudang fitur canggih dan lengkap yang disematkan, jika pengguna (user) nya tidak siap atau belum kompeten dalam menggunakannya maka akan menjadi sebuah masalah baru. 

Banyak keributan yang terjadi selama awal pendistribusian akun MO365 kepada Guru dan peserta didik khususnya. Hal tersebut dikarenakan masih awamnya pemahaman siswa tentang cara penggunaan aplikasi hingga yang paling memprihatinkan adalah siswa yang Gawai atau HP nya tidak mendukung penggunaan aplikasi Microsoft teams di Gawai atau HP nya dikarenakan Gawai yang dipakai memory RAM atau penyimpanannya tidak mencukupi dan tidak sesuai spesifikasi yang dibutuhkan untuk mengoperasikan aplikasi tersebut. 

Dari sisi guru juga menjadi sebuah dilema, karena kecanggihan fitur dalam Teams tidak diimbangi dengan tutorial dan pelatihan yang memadai. Untuk guru-guru milenial, hal tersebut bukanlah hal yang sulit, namun untuk guru-guru senior khususnya yang sudah menginjak usia pensiun adalah hal yang sangatlah berat.

Namun apapun tantangannya, kewajiban dan tugas guru sebagai pendidik harus tetap berjalan. Ada sebuah ungkapan yang pernah saya dengar, yaitu Guru sejati adalah Guru yang terus mengajar dan tidak pernah berhenti belajar sesuatu hal yang baru dalam berbagai situasi apapun. Guru-guru senior mulai belajar perlahan-lahan secara otodidak. 

Sedangkan guru-guru milenial membantu dan mengajari guru-guru senior. Hal tersebut menjadi sebuah timbal balik serta sinergi yang luar biasa antar sesama guru. Hingga pada akhirnya pun, di tengah-tengah kegentingan tersebut, Dinas Pendidikan pun melakukan pelatihan dan pemantapan Implementasi MO365 di sekolah-sekolah. Hal inilah yang sangat diharapkan dan dinantikan oleh seluruh guru di Lingkungan Dinas Pendidikan kota Surabaya. 

Diklat dan Bimtek pun gencar dilakukan oleh MGMP dan Dinas dengan menghadirkan pakar-pakar serta guru penggerak sebagai narasumber untuk menyampaikan materi pelatihan tersebut. 

Melegakan hati juga ketika ada perhatian dari Dinas, karena jika tidak seperti itu, maka karena tingkat kompleksitas penggunaan MO365 tidak akan efektif untuk diterapkan. Ya, walaupun di dalam pelatihan banyak tugas untuk peserta yang membuat pusing kembali para guru-guru senior tersebut. Akan tetapi semua berusaha menjalani dan menuntaskan pelatihan yang diberikan dengan niat mencerdaskan generasi penerus bangsa.

Dokpri
Dokpri

Kembali lagi pada pesatnya perkembangan teknologi Learning Management System (LMS) secanggih apapun yang diterapkan dalam Pendidikan di Indonesia, ada baiknya kita harus menengok kondisi para peserta didik kita. 

Apakah mereka mampu untuk mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Memang menjadi sebuah ironi, bahwa masih banyak siswa yang kesulitan mendapatkan kuota internet dan bahkan tidak memiliki Gawai atau HP untuk mengikuti proses pembelajaran daring. Berbagai bantuan kuota ataupun bantuan sosial dari pemerintah pun terkadang juga masih belum tepat sasaran. 

Bahkan di kota Surabaya pun, siswa dan guru tidak diijinkan sama sekali untuk bertatap muka hingga saat ini menginjak tahun pelajaran baru 2021-2022. Pernah ada wacana untuk melaksanakan simulasi tatap muka atau kegiatan tatap muka terbatas pun juga dibatalkan karena kasus penyebaran Covid-19 yang semakin meningkat. 

Sehingga pada tahun pelajaran 2021-2022 ini, kegiatan belajar mengajar (KBM) kembali dilaksanakan secara daring hingga waktu yang belum ditentukan. Penulis yang juga berprofesi sebagai guru pun berharap Pandemi Covid-19 yang menegangkan ini segera berakhir hingga akhirnya harapan untuk bertatap muka melakukan KBM dengan siswa bisa terwujud. 

Penulis sempat merenungkan bahwa tahun ajaran lalu (2020-2021) adalah sebagai pengalaman dan pelajaran untuk menjadi lebih baik lagi dalam menerapkan pembelajaran Daring dengan menggunakan berbagai Media dan Teknologi baru yang tumbuh dan berkembang belakangan ini. 

Terakhir penulis berpesan untuk seluruh Tenaga Pengajar dan Guru di Indonesia agar tetap semangat, pantang menyerah, dan patuhi protokol kesehatan 5M. Salam semangat 45 dan Sehat selalu.

Penulis: Raka Prastya Bagus Jati Kusuma, S.Pd, M.Pd
(Tulisan ini dibuat secara pribadi oleh penulis pada tanggal 30 Juli 2021, namun baru dipublikasikan pada tanggal 06 Desember 2022.)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun