Namun, berbagai fitur canggih tersebut masih terbatas apabila digunakan sebagai pengguna individu (individual account). Karena fitur Microsoft Teams tersebut baru bisa berasa manfaatnya jika pengguna masuk sebagai pengguna akun Organisasi yang notabene harus diupgrade menjadi berbayar atau akun premium.
Tidak berselang lama, kecanggihan fitur Microsoft Teams tersebut pun pada akhirnya sempat dialami dan dirasakan oleh penulis yang bekerja sebagai guru di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Surabaya.Â
Saat itu, Dinas Pendidikan Kota Surabaya mewajibkan seluruh sekolah, mulai dari SD-SMP di Surabaya untuk menggunakan Microsoft 365 (atau yang dikenal dengan sebutan MO365) dengan platform LMS Microsoft Teams sebagai media penunjang Kegiatan Belajar Mengajar. Tentunya Dinas Pendidikan memberikan akun Organisasi yang bisa diakses oleh seluruh Guru dan Siswa secara gratis dengan domain khusus. Memang menarik dan menyenangkan rasanya ketika mendapati kita bisa mengoperasikan Microsoft Teams secara luas dan terstruktur.
Mencoba menerapkan teknologi LMS yang baru kita kenal dan pelajari memang mebuat suatu tantangan tersendiri bagi semua pihak yang menggunakannya. Walaupun segudang fitur canggih dan lengkap yang disematkan, jika pengguna (user) nya tidak siap atau belum kompeten dalam menggunakannya maka akan menjadi sebuah masalah baru.Â
Banyak keributan yang terjadi selama awal pendistribusian akun MO365 kepada Guru dan peserta didik khususnya. Hal tersebut dikarenakan masih awamnya pemahaman siswa tentang cara penggunaan aplikasi hingga yang paling memprihatinkan adalah siswa yang Gawai atau HP nya tidak mendukung penggunaan aplikasi Microsoft teams di Gawai atau HP nya dikarenakan Gawai yang dipakai memory RAM atau penyimpanannya tidak mencukupi dan tidak sesuai spesifikasi yang dibutuhkan untuk mengoperasikan aplikasi tersebut.Â
Dari sisi guru juga menjadi sebuah dilema, karena kecanggihan fitur dalam Teams tidak diimbangi dengan tutorial dan pelatihan yang memadai. Untuk guru-guru milenial, hal tersebut bukanlah hal yang sulit, namun untuk guru-guru senior khususnya yang sudah menginjak usia pensiun adalah hal yang sangatlah berat.
Namun apapun tantangannya, kewajiban dan tugas guru sebagai pendidik harus tetap berjalan. Ada sebuah ungkapan yang pernah saya dengar, yaitu Guru sejati adalah Guru yang terus mengajar dan tidak pernah berhenti belajar sesuatu hal yang baru dalam berbagai situasi apapun. Guru-guru senior mulai belajar perlahan-lahan secara otodidak.Â
Sedangkan guru-guru milenial membantu dan mengajari guru-guru senior. Hal tersebut menjadi sebuah timbal balik serta sinergi yang luar biasa antar sesama guru. Hingga pada akhirnya pun, di tengah-tengah kegentingan tersebut, Dinas Pendidikan pun melakukan pelatihan dan pemantapan Implementasi MO365 di sekolah-sekolah. Hal inilah yang sangat diharapkan dan dinantikan oleh seluruh guru di Lingkungan Dinas Pendidikan kota Surabaya.Â
Diklat dan Bimtek pun gencar dilakukan oleh MGMP dan Dinas dengan menghadirkan pakar-pakar serta guru penggerak sebagai narasumber untuk menyampaikan materi pelatihan tersebut.Â
Melegakan hati juga ketika ada perhatian dari Dinas, karena jika tidak seperti itu, maka karena tingkat kompleksitas penggunaan MO365 tidak akan efektif untuk diterapkan. Ya, walaupun di dalam pelatihan banyak tugas untuk peserta yang membuat pusing kembali para guru-guru senior tersebut. Akan tetapi semua berusaha menjalani dan menuntaskan pelatihan yang diberikan dengan niat mencerdaskan generasi penerus bangsa.