Mohon tunggu...
Muhamad Rakan Haikal
Muhamad Rakan Haikal Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Profil

Manusia terbaik adalah manusia yang bermanfaat bagi yang lainnya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meneladani Model Pendidikan Nabi Ibrahim AS

15 Juni 2024   18:35 Diperbarui: 15 Juni 2024   18:48 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap keluarga atau orangtua pasti mendambakan anak yang shaleh & shalihah, cerdas, kuat dan sehat, yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Serta menjadi pribadi yang taat. Tentu saja itu, tidak hanya menjadi sebuah impian saja, melainkan harus diimplementasikan dalam pola pendidikan terhadap anak dan keluarga.


Akhir-akhir ini sering bermunculan kasus pembulian, pembunuhan yang dilakukan oleh anak kepada orangtuanya sendiri, penghinaan yang baru-baru ini dilakukan oleh anak-anak smp yang viral karena menghina anak-anak yang sedang digenosida oleh iblis Israel. Ini bentuk nyata bahwa cacatnya pendidikan.
Dalam Islam kita sudah diberikan beberapa contoh terbaik oleh Allah SWT dari mulai Nabi Adam as, hingga Nabi Muhammad Saw. itu tiada lain untuk diteladani oleh setiap insan yang hidup di dunia ini.


Seperti contohnya Nabi Zakaria as mendambakan seorang anak yang shaleh yang nanti dapat melanjutkan risalah kenabian. Harapan dan do'a Nabi Zakaria as itu diabadikan oleh Allah SWT dalam Qur'an surat Ali Imran: 38;

"Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.""

Dalam mewujudkan tujuan mulia itu, dibutuhkan model pendidikan yang benar, yang sesuai dengan ajaran Islam. Model pendidikan yang tepat dapat dikaji dari berbagai ayat Qur'an, yang salah satunya menjelaskan tentang bapak para Nabi yaitu Nabi Ibrahim as. yang berhasil mendidik anak dan keluarganya menjadi generasi yang shalih, yaitu Ismail as. dan Ishak as. yang keduanya juga menjadi Nabi. Berikut adalah model pendidikan yang diterapkan oleh Nabi Ibrahim as.;

1. Memilih istri shalihah


Istri shalihah akan melahirkan anak yang shaleh pula, sebab ibu merupakan madrasah pertama bagi anak-anaknya. Tapi keshalihan seorang ibu, tentu akan sulit mendidik anak agar taat kepada Allah SWT., rasulNya serta kedua orangtuanya. Sarah adalah istri pertama Nabi Ibrahim as. dan beliau seorang wanita yang shalihah. Sekian lamanya belum dikaruniani anak oleh Allah, atas saran Sarah, Nabi Ibrahim menikah dengan seorang wanita budak yang berkulit hitam, sederhana, taat dan berakhlak mulia. Hasil pernikahannya melairkan seorang anak shalih yang bernama Ismail.


Berdoa kepada Allah agar dikaruniai anak yang shalih. Meski Ibrahim seorang Nabi dengan gelar "Khalil Allah" (kekasih Allah), beliau tetap berdoa kepada Allah agar diberi anak yang shalih (QS. as-Shaffat: 100).
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.""

2. Menjadi teladan yang baik untuk anaknya


Nabi Ibrahim as memberikan teladan terbaik kepada anak dan keluarganya selama proses pendidikan. Keteladanan merupakan metode yang paling tepat dalam proses membentuk anak menjadi manusia yang shalih. Kedudukan Nabi Ibrahim as. sebagai uswah hasanah atau teladan yang baik disebutkan dua kali dalam al-Qur'an (QS. al-Mumtahanah: 4 & 6). Dalam teori perkembangan psikologi, usia anak cenderung meniru (imitatif) orang-orang di sekitarnya terutama orang tua dan keluarga.

Dalam hal ini, orang tua memberi teladan kepada anak terkait iman, ibadah, sikap maupun perilaku. Ismail menjadi anak yang halim atau sabar (QS. as-Shaffat: 101)
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail)."
 karena ayahnya, Ibrahim juga halim (QS. Hud: 75) Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Ibrahim sungguh penyantun, lembut hati, dan suka kembali (kepada Allah)."

3. Memilih lingkungan yang baik


Nabi Ibrahim as. memilihkan lingkungan yang kondusif untuk membangun perkembangan mental spiritual dan moralitas anak. Setelah Hajar melahirkan Ismail as., Ibrahim as. mengantar mereka berdua ke Bakkah (Mekkah) seraya mendoakan agar tempat itu diberkahi dan baik untuk perkembangan anaknya (QS. Ibarhim 37). Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan sholat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur."


Orang tua memantau perkembangan anaknya di rumah, sekolah dan lingkungan sekitar dengan memilihkan lingkungan yang baik.

4. Menjadi orang tua yang komunikatif dan demokratis


Nabi Ibrahim as. tidak memaksakan kehendak kepada anak dalam proses pendidikan, kecuali hal yang prinsip (taat dalam beribadah). Nabi Ibrahim as. tampil sebagai sosok orang tua yang dihormati dan diidolakan oleh anaknya. Hal ini tergambar dalam kisah dialog Nabi Ibrahim as. dengan Nabi Ismail as. terkait perintah Tuhan untuk menyembelih Ismail. Nabi Ibrahim as. memberi kesempatan kepada Ismail untuk menyampaikan pendapatnya atas perintah tersebut (QS. as-Shaffat: 102).
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, "Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!" Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.""

5. Mencintai anak karena Allah


Nabi Ibrahim as. mencintai Ismail tidak melebihi cintanya kepada Allah, karena hal ini akan mendatangkan petaka bagi keluarga (QS. al-Tawbah: 24).
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Katakanlah, "Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik."


Kewajiban utama orang tua kepada anak adalah memberikan pendidikan aqidah, ibadah dan akhlak agar selamat dari api neraka (QS. al-Tahrim: 6). Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."

6. Melibatkan anak dalam membangun Ka'bah atau melibatkan anak untuk berjuang di jalan Allah


Nabi Ibrahim as mengajak anaknya untuk membangun ulang Ka'bah yang rusak karena peristiwa banjir sebelumnya. Ajakan Nabi Ibrahim as. ini mengajarkan kepedulian, menanamkan rasa memiliki dan tanggung jawab kepada anak terhadap pemeliharaan dan pengembangan Ka'bah sebagai rumah ibadah bagi umat yang beriman (QS. al-Baqarah: 125).
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah (Ka'bah) tempat berkumpul dan tempat yang aman bagi manusia. Dan jadikanlah maqam Ibrahim itu tempat sholat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ism'ail, "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf, orang yang itikaf, orang yang rukuk, dan orang yang sujud!""

7. Mempersiapkan anaknya sejak dini menjadi pemimpin


Nabi Ibrahim as. selalu berdoa agar diberikan keluarga dan anak keturunan qurrata a'yun atau penyejuk hati dan menjadi imam atau pemimpin bagi orang lain yang bertaqwa (QS. al-Furqan: 74).
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.""


Anak shalih akan mampu melanjutkan estafet kepemimpinan dari generasi sebelumnya dalam rangka menyeru manusia agar beribadah kepada Allah. Demikian uraian singkat tentang model pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. kepada anak dan keluargnya sehingga tercipta generasi yang shalih dan qurrata a'yun (penyejuk jiwa).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun