Di era globalisasi yang sudah sangat canggih ini, mudah bagi kita mendapatkan berbagai macam informasi. Salah satu nya yaitu aplikasi digital bernama TikTok. Bukan hanya sebagai sarana hiburan, bahkan aplikasi ini banyak pula dimanfaatkan sebagai sara Pendidikan dan juga informasi terkait berbagai hal. Fenomena ini menunjukkan adanya keterikatan antara media sosial,komunikasi dan juga perolehan informasi. Maka dari itu perlunya kemampuan literasi yang baik dalam menyaring informasi itu sendiri.
Dengan muncul nya media tiktok, kita telah banyak bergantung pada platform ini untuk mencari informasi.
      Salah satu issue sosial yang tengah marak di perbincangkan di dalam konten-konten tiktok, salah satunya adalah terkait mental health atau isu tentang kesehatan mental. Di lansir dari WHO,1 dari 7 anak berusia 10-19 tahun diketahui memiliki masalah psikologis. Dan Dimana kecemasan, gangguan perilaku bahkan depresi menjadi penyebab utama dari gangguan psikologis itu sendiri.
     Namun, apakah benar mereka menerima dengan baik informasi tersebut?
    Â
    Â
     Self-diagnosis adalah mendiagnosis diri sendiri mengidap gangguan atau penyakit berdasarkan pengetahuan atau informasi yang di dapatkan secara mandiri atau seperti kamu mengansumsi bahwa kamu mengetahui masalah Kesehatan yang dialami. Seperti contohnya yang sering terjadi, akhir-akhir ini sedang menghangatnya topik Kesehatan mental terkait NPD (Narssistic Personality Disorder) dan setelah kamu membacanya dan diri kamu merasa cocok seperti. "wah, kok sama kayak yang aku alami?" "ternyata selama ini aku kesulitab, pantas saja aku...Bla bla bla"
     Masyarakat tidak boleh menelan mentah-mentah terkait informasi yang didapatkannya  terutama tentang keluhan yang mereka rasakan. Pasien yang cenderung mendiagnosis dirinya sendiri perlu mendapatkan edukasi dan arahan dari pihak terkait seperti Psikolog atau Psikeater. Sehingga mereka akan mendapatkan penanganan yang sesuai dari para tenaga Kesehatan terkait.
Jika kamu merasa telah melakukan selfdiagnosis berikut hal-hal yang dapat kamu lakukan untuk mengatasinya :
- Research dan literasi yang mendalam terkait informasi yang kamu dapatkan.
      Tahukah kamu bahwa ketidaktahuan atau bahkan kekeliruan yang terjadi,Sebagian besar terjadi karena adanya minim literasi terhadap informasi yang kamu dapatkan. Maka dari itu, diperlukan literasi atau research yang mendalam terkait informasi tertentu. Bahkan menurut Sampoerna Foundation,study literasi dari OECD menyatakan 70% siswa Indonesia memiliki kemampuan literasi yang rendah. Tentu saja fakta tersebuh menjadikan peringatan untuk kita, agar meningkatkan literasi kita terutama terhadap informasi sehari-hari.
- Mencari penanganan khusus kepada tenaga ahli terkait.
      Isu Kesehatan mental membutuhkan perhatian dari semua pihak, baik itu individu sendiri sebagai pribadi ataumasyarakat juga pemerintah demi terciptanya Masyarakat Indonesia yang terjaga mental dan jiwa nya. Maka pemerintah telah banyak menyediakan layanan Kesehatan mental ke dalam layanan berbasis Masyarakat dengan tujuan untuk memastikan cakupan umum layanan Kesehatan mental. Maka selain dengan meningkatkan literasi terhadap Kesehatan mental, penting juga melakukan konsultasi dengan tenaga professional yang kompeten untuk menghindari praktik self-diagnosis yang tidak tepat dan berpotensial merugikan bagi Kesehatan ramaja di Indonesia.
- Berfikir dan memberikan afirmasi positif kepada diri sendiri.
      Pikiran  positif selalu mempertimbangkan dan menyadari bahwa kegagalan pun  adalah bagian dari kesuksesan (Manna Sangma) Jika kita memiliki pandangan yang positif terutama dalam hidup, tanpa sadar hal-hal positif lainnya juga akan datang ke kehidupan. Karena berfikir positif merupakan salah satu kekuatan yang paling besar. Terutama berfikir positif kepada diri sendiri. Berfikir positif bukan berarti mengabaikan atau menghindari masalah yang ada, namun kita memiliki sikap yang optimis  dan memandang segala sesuatu dengan sudut pandang yang optimis.
Karena kamu, adalah apa yang kamu pikirkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H