Mohon tunggu...
Hengkirefegon
Hengkirefegon Mohon Tunggu... Guru - Guru

Padi tumbuh tak berisik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menakar Pentingnya Peringatan Hari Guru Nasional, Refleksi Kritis atau Seremonial Belaka

3 Desember 2024   08:27 Diperbarui: 3 Desember 2024   08:52 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Guru Nasional (HGN), yang jatuh setiap 25 November, adalah momen khusus untuk menghormati jasa guru dalam mendidik dan membentuk karakter bangsa. Di banyak sekolah, peringatan ini sering diisi dengan upacara bendera, penghargaan kepada guru, hingga berbagai kegiatan simbolis. Namun, di tengah rutinitas perayaan tersebut, muncul pertanyaan penting: Apakah peringatan Hari Guru Nasional telah menjadi refleksi kritis terhadap peran guru atau hanya sekadar seremonial tanpa makna mendalam?

Guru dalam Pembangunan Bangsa: Mengapa HGN Penting?

Guru memegang peranan strategis dalam membentuk generasi masa depan. Ungkapan "Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa" bukan hanya kiasan, tetapi realitas yang menunjukkan bahwa guru adalah aktor utama dalam transfer ilmu, nilai, dan moral. Peran ini menjadi semakin kompleks di tengah tantangan globalisasi, perkembangan teknologi, dan perubahan karakter masyarakat.

Hari Guru Nasional seharusnya menjadi momen refleksi bersama---bukan hanya untuk mengapresiasi guru, tetapi juga untuk mengevaluasi sejauh mana sistem pendidikan telah mendukung peran mereka. Sayangnya, di banyak tempat, HGN cenderung dipandang sebagai acara rutin seremonial tanpa menyentuh isu-isu fundamental yang dihadapi guru, seperti kesejahteraan, penghargaan, dan tantangan profesionalisme.

Refleksi Kritis: Apa yang Seharusnya Dibahas di HGN?

1. Kesejahteraan Guru
Banyak guru, terutama di daerah terpencil, masih menghadapi tantangan ekonomi yang serius. Gaji yang tidak memadai, status honorer yang tidak jelas, hingga akses terbatas ke pelatihan profesional menjadi masalah nyata yang sering terabaikan. Peringatan HGN seharusnya menjadi momentum untuk mendiskusikan kebijakan konkret yang dapat meningkatkan kesejahteraan guru.

2. Penghormatan dan Profesionalisme
Dalam beberapa tahun terakhir, posisi guru sebagai figur yang dihormati semakin tergerus. Kasus kekerasan terhadap guru atau hilangnya wibawa di kelas menjadi tanda bahwa ada pergeseran nilai dalam masyarakat. Hari Guru dapat menjadi momen refleksi bagi semua pihak untuk mengembalikan penghormatan kepada guru sebagai pilar utama pendidikan.

3. Evaluasi Sistem Pendidikan
Hari Guru juga dapat menjadi forum evaluasi sistem pendidikan nasional, terutama menyangkut kurikulum, metode pengajaran, dan pengembangan kompetensi guru. Sistem yang terlalu menekankan administratif sering kali menghambat guru untuk fokus pada proses belajar-mengajar.

Seremonial Belaka: Apa Risiko yang Ditimbulkan?

Ketika peringatan Hari Guru hanya diisi dengan rutinitas seperti upacara, lomba, atau pemberian kado, tanpa disertai pemaknaan mendalam, ada risiko bahwa esensi HGN menjadi hilang. Guru mungkin merasa diapresiasi hanya sehari dalam setahun, sementara tantangan mereka sehari-hari tidak mendapat perhatian serius.

Lebih jauh, perayaan yang terlalu simbolis tanpa upaya nyata bisa menciptakan ilusi bahwa semua baik-baik saja di dunia pendidikan, padahal kenyataannya jauh dari itu. Misalnya, program peningkatan kualitas guru sering kali terhambat oleh kurangnya anggaran atau tidak meratanya distribusi pelatihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun