Veronica, masih tercenung dengan kepergian Ino yang tiba-tiba, melangkah keluar dari kafe. Rasa penasaran dan kekecewaan bercampur aduk dalam dirinya. Ia ingin memahami Ino, pria yang selalu membuatnya penasaran, namun selalu bersikap dingin dan misterius. Â
Sore itu, Veronica memutuskan untuk mengunjungi ayahnya, Vicky, seorang artis terkenal yang dikenal dengan tubuh berotot dan tato yang menghiasi lengannya. Vicky, yang selalu memakai kacamata hitam saat keluar rumah, menyambut Veronica dengan wajah datar. Â
"Ayah, aku ingin bicara," ujar Veronica dengan nada sedikit khawatir.
Vicky hanya mengangkat bahu dan menjawab dengan nada acuh tak acuh, "Apa lagi? Kau tahu kan, Verdris dipenjara. Dia melakukan kekerasan seksual."
Veronica terkejut. Verdris, adiknya, seorang pemuda yang dikenal dengan sifatnya yang impulsif dan suka berpesta. Veronica tidak pernah membayangkan Verdris akan melakukan hal seperti itu. Â
"Kenapa ayah bersikap seperti ini? Verdris adikku," tanya Veronica dengan nada kecewa.
Vicky hanya menggelengkan kepala dan berkata, "Aku sudah lelah dengannya. Dia selalu membuat masalah. Sekarang biarkan dia merasakan akibat perbuatannya."
Veronica merasa ada yang tidak beres. Sikap ayahnya yang dingin dan acuh terhadap Verdris membuatnya curiga. Â
Tanpa menunggu lama, Veronica bergegas menuju penjara tempat Verdris ditahan. Di perjalanan, Veronica terus memikirkan sikap ayahnya dan apa yang sebenarnya terjadi pada Verdris. Â
Sesampainya di penjara, Veronica bertemu dengan Ino. Ino, dengan pakaian sederhana dan topi yang menutupi sebagian wajahnya, tampak sedang menunggu seseorang. Veronica tidak menghiraukannya, ia fokus untuk bertemu dengan Verdris. Â
Veronica menemukan Verdris di ruang jenguk. Verdris, yang kini berkepala gundul dan tubuhnya kurus, tampak seperti seorang pemabuk berat. Â