Di sebuah rumah besar di tengah kota, keluarga Pratama hidup dengan segala kenyamanan yang bisa ditawarkan oleh dunia. Rumah mereka dilengkapi dengan taman luas, kolam renang, dan perabotan mahal yang mengkilap. Pak Pratama adalah seorang pengusaha sukses di bidang teknologi, sementara istrinya, Bu Liora, adalah seorang dokter ternama di rumah sakit besar. Mereka memiliki dua anak: Gabriel yang berusia 16 tahun dan Ruby, yang baru berumur 10 tahun.
Meskipun hidup dalam kekayaan, keluarga ini tidak terbiasa menunjukkan hal tersebut secara berlebihan. Pak Pratama dan Bu Liora selalu mengajarkan anak-anak mereka untuk rendah hati dan menghargai setiap hal kecil dalam hidup.
Pada suatu sore yang cerah, setelah pulang dari sekolah, Gabriel mendapati ibunya duduk di ruang keluarga, membaca suatu majalah. Ruby bermain dengan bonekanya di sudut ruangan, sementara ayahnya sedang berbicara di telepon di ruang kerjanya.
"Bu, aku bisa memilih hadiah ulang tahun kali ini, kan?" tanya Gabriel dengan tersenyum, mengingatkan ibunya tentang ulang tahunnya yang sudah dekat.
Bu Liora menatap putranya, "Hadiah yang kamu inginkan, tentu saja! Tapi ingat, hadiah terindah adalah yang bisa memberikan kebahagiaan tidak hanya untukmu, tapi juga untuk orang lain."
Gabriel tersenyum. Kadang-kadang, ia merasa Ibu dan Ayahnya terlalu bijaksana dalam memberi nasihat, seolah-olah mereka selalu mengingatkan untuk tidak terlalu mementingkan materi. Namun, ia tahu mereka tidak hanya berbicara kosong. Kedua orang tuanya memang selalu mengajarkan tentang nilai kebersamaan dan kasih sayang dalam keluarga.
Beberapa bulan kemudian, keluarga Pratama merencanakan liburan panjang ke luar negeri untuk merayakan ulang tahun Gabriel. Namun, beberapa hari sebelum keberangkatan, Pak Pratama mendapat kabar bahwa ada proyek besar yang membutuhkan perhatian segera. Ia terpaksa meninggalkan liburan yang sudah direncanakan untuk bekerja.
"Jangan khawatir, Ayah. Kami bisa pergi tanpa Ayah," kata Gabriel, meskipun di dalam hatinya ia merasa kecewa.
Namun, Pak Pratama menggelengkan kepala. "Tidak, Nak. Keluarga adalah yang utama. Apapun yang terjadi, kebersamaan kita jauh lebih berharga dari semua kesuksesan yang bisa Ayah capai. Ayah bekerja keras, tapi bukan untuk kehilangan waktu bersama kalian."
Gabriel terdiam, mendengarkan kata-kata Ayahnya yang penuh makna. Ketika Ayahnya berkata begitu, ia menyadari bahwa meskipun segala kemewahan yang mereka miliki, kebersamaan adalah hal yang lebih mahal dan lebih berharga daripada apapun.
Liburan tetap mereka jalani, meskipun tanpa Pak Pratama di awal. Setibanya di luar negeri, Gabriel dan Ruby menikmati suasana yang baru dengan berjalan di sepanjang pantai, berkeliling kota, dan menjelajahi berbagai tempat wisata disana. Namun, di tengah kesenangan itu, ada satu hal yang selalu mengganjal di hati Gabriel.
Pada malam terakhir di kota itu, Gabriel melihat Ibu dan Ayahnya sedang berbicara di teras, dengan pemandangan langit malam yang begitu indah. Ayahnya baru saja bergabung setelah menyelesaikan pekerjaannya.
"Gabriel," kata Pak Pratama dengan senyum, "Kami menunggu kamu menikmati liburan ini, tapi ingatlah, kebersamaan kita adalah hadiah yang tidak bisa dibeli. Apa yang kita miliki, kasih sayang yang kita bagi, itu yang akan tetap ada meski dunia berubah."
Gabriel mendekat, merasakan pelukan hangat dari Ayah dan Ibu. Saat itu, ia mengerti betul makna yang diajarkan oleh orang tuanya. Kekayaan bukanlah tentang materi yang mereka miliki, tetapi tentang ikatan yang tak ternilai dalam keluarga mereka.
Bertahun-tahun berlalu. Gabriel tumbuh menjadi seorang pemuda yang bijak dan sukses, mengikuti jejak ayahnya di dunia bisnis. Ruby, yang kini sudah remaja, juga tumbuh dengan pemahaman yang sama tentang pentingnya keluarga. Meski keduanya sudah mulai sibuk dengan pekerjaan dan kehidupan masing-masing, mereka selalu menyempatkan diri untuk kembali ke rumah orang tua mereka, tempat di mana semua kenangan indah tentang cinta keluarga dimulai.
Pada suatu malam di ruang keluarga yang sama, saat mereka duduk bersama di sekitar meja makan, Pak Pratama dan Bu Liora menatap kedua anak mereka dengan penuh cinta.
"Ayah dan Ibu tidak pernah menginginkan kalian menjadi orang yang paling kaya di dunia, tapi kami ingin kalian menjadi orang yang paling bahagia dengan kepedulian dan cinta yang kekal di dalam keluarga ini," kata Pak Pratama dengan penuh kasih sayang.
Gabriel dan Ruby saling memandang, kemudian tersenyum. Mereka tahu, cinta keluarga ini adalah kekayaan yang tak ternilai harganya, yang akan selalu ada, tak peduli seberapa banyak waktu berlalu. Dan itu, adalah cinta yang kekal.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI