Sukarno mengakui menerima banyak rasa cinta dan rasa kasih dari Sarinah, serta banyak belajar untuk mencintai “orang kecil”. Sarinah sendiri “orang kecil”, tetapi budinya sangat besar. “Semoga Tuhan membalas kebaikan Sarinah itu!” tulis Bung Karno dalam pengantar Sarinah.
Dalam biografi Soekarno yang ditulis Cindy Adams, Bung Karno menyebutkan, saat masih anak-anak sering tidur seranjang dengan Sarinah. Sebuah pengakuan betapa dekatnya sosok sang Proklamator dengan pembantunya.
Penghargaan terhadap Sarinah tidak hanya sampai di situ. Saat Bung Karno menjabat sebagai presiden pertama Republik Indonesia, beliau sempat berkeliling ke beberapa negara. Dari hasil kunjungan tersebut, Soekarno tertarik dengan ide konsep pasar modern.
Konsep tersebut lalu wujudkannya dengan membangun gedung pusat perbelanjaan modern di Kelurahan Menteng, Jakarta Pusat pada tahun 23 April 1963. Gedung yang diresmikan pada tanggal 15 Agustus 1966 tersebut lalu juga diberi nama Sarinah. Gedung ini masih berdiri hingga sekarang di Jalan Thamrin Jakarta Pusat.
Lalu bagaimana Sarinah sekarang? Di kota asalnya sendiri, Kabupaten Tulungagung sulit untuk mengungkap sejarah Sarinah secara utuh. Warga kelurahan Kepatihan, Kecamatan Kota hanya mengetahui Sarinah dari salah pusara yang ada di dalam pemakaman umum kelurahan setempat.
Di bangunan makam dengan nama Bu Sarinah tersebut tertulis tanggal meninggal, 28 Desember 1959. Warga hanya mengetahui, makam yang berada di antara makam warga tersebut mempunyai hubungan dengan Bung Karno. Juru Kunci Makam Kelurahan Kepatihan, Sabar membenarkan jika makam tersebut adalah Sarinah, pembantu yang begitu dikagumi Soekarno.
Sabar yang merupakan juru kunci ke-4 mengaku, di masa kecilnya nama Raden Hardjodikromo, kakek Soekarno sangat terkenal. Meski tidak begitu menonjol, Sarinah dikenal banyak orang sebagai pembantu Bung Karno.
“Waktu itu orang mengenal Sarinah sebagai pebantu Bung Karno. Tapi namanya saat itu memang tidak menonjol seperti eyang Bung Karno,” ceritanya.