Belajar dari pemerintah sebelumnya, yang cukup masif membangun gedung-gedung seni atau katakanlah creative center di berbagai kota dan kabupaten di Jabar, tapi dalam setahun setelah pembangunan gedung tersebut kebanyakan mati suri.
Kenapa? Bisa jadi ada keliru cara pandang. Membangun kebudayaan seakan cukup dengan membangun gedung-gedung seni tanpa disertai bagaimana membangun manusia untuk mengisinya.Â
Nah, dari proses background checking yang saya lakukan, tidak ada paslon yang dirasa cukup serius untuk bersinergi dengan masyarakat/komunitas pelaku seni untuk sama-sama membangun kebudayaan Jawa Barat dari berbagai sisi.
Selain soal fokus pada industri kreatif, saya pun mencatat statement para paslon di ruang publik, yang boleh jadi poin penambah atau pengurang untuk saya menentukan pilihan. Semisal pernyataan salah satu calon yang menyamakan beras dengan skincare, itu jadi poin pengurang di mata saya.
Soal rekam jejak di pemerintahan pun jadi pertimbangan saya. Saya selalu berharap setidaknya calon gubernur itu pernah 'sukses' menjadi walikota/bupati di kota/kabupaten provinsi tempat mereka mencalonkan diri.
Alhamdulillah, dari parameter ini, pertimbangan cukup ketat. Ada Ahmad Syaiku yang pernah menjadi Wakil Walikota Bekasi periode 2013-2018, Dedi Mulyadi bupati Purwakarta 2 periode (2008-2018), dan Jeje Wiradinata bupati Pangandaran periode 2016-2021.
Sayangnya, saya tidak tinggal di tiga kabupaten tersebut. Sehingga sulit menilai efektivitas kebijakan yang mereka buat terhadap masyarakatnya. Dalam lingkup pekerjaan saya sebagai Assistant Area Manager Jawa Barat, saya lebih banyak mengunjungi Pangandaran dibanding Bekasi dan Purwakarta.
Sehingga untuk menilainya, saya hanya mengandalkan googling saja dan juga melakukan perbandingan data.
Hal-hal lain yang saya perhatikan juga dari track record para paslon adalah soal apakah mereka pernah korupsi atau tidak, pernah melakukan tindakan kriminal yang dijatuhi vonis atau tidak, juga pernah terlibat dalam hal kekerasan/pelecehan seksual atau tidak.
Buat saya hal tersebut sangat penting dan bahkan bisa jadi poin pengurang yang cukup besar. Semisal jika ada paslon yang menghina atau melecehkan janda (perempuan), sebagus apapun kinerja mereka sebelumnya, saya tidak akan pernah memilihnya.