Tapi intinya, sebagai blogger dengan tantangan digital yang kian hari kian sulit, berkomunitas adalah salah satu cara efektif untuk menaklukkan tantangan tersebut. Karena bisa upgrade diri, berbagi pengetahuan, dan tentunya tetap mengasah ketajaman berpikir sebagai modal utama seorang blogger.
16 tahun Kompasiana, memberi dampak untuk semua
Dalam hitungan tahun, kiranya satu tahun setelah Hari Blogger Nasional ditetapkan, Kompasiana lahir pada tahun 2008.Â
Saya sendiri tercatat mendaftar akun di Kompasiana pada tahun 2013. Yang saya ingat, saya selalu penasaran dengan platform blogging sehingga setiap kali ada yang ramai saya coba. Sehingga itu pulalah yang menjadi alasan saya mengapa mendaftar akun Kompasiana.
Di awal-awal pembuatan akun, saya bukan kompasianer (begitulah blogger Kompasiana menyebut diri) aktif yang rajin menulis di platform ini. Apalagi setelah mengalami peristiwa hilangnya draft tulisan secara tiba-tiba. Paling saya menulis hanya untuk meramaikan event KOMiK, itupun tidak semua eventnya bisa saya ikuti.
Balik lagi ke Kompasiana dalam 3-4 tahun terakhir, saya merasa ada banyak perubahan yang terjadi. Okelah soal dashboard kini sudah jauh lebih baik. Nggak ada lagi peristiwa draft yang hilang.Â
Tapi lebih dari itu, iklim Kompasiana ini benar-benar memberikan suasana berbeda yang mungkin tidak didapatkan di platform lain. Bahkan sampai tulisan ini terbit, otak saya masih berjibaku memilih kata-kata yang pas untuk menggambarkan suasana ini.
Mungkin saya akan mulai dari tulisan Kang Pepih Nugraha, founder Kompasiana, yang saya baca hari ini. Yakni soal dua kompasianer kawakan yang namanya 'melebihi' dirinya sendiri sebagai founder.
Dari situ saya kagum karena Kompasiana berhasil memberikan ruang pada kompasianer untuk berbagi dan menuliskan apa saja. Apalagi jika saya amati beberapa kompasianer (terutama yang sering berinteraksi di rating dan komentar), kebanyakan adalah kompasianer murni yang tidak memiliki blog pribadi.
Artinya mereka sangat percaya kepada Kompasiana dan menjadikan Kompasiana sebagai jurnal pribadinya. Entah itu yang punya minat khusus di bidang tertentu ataupun berbagi kisah hidup dan pengalaman sehari-harinya.
Membacanya, saya merasa terkoneksi secara langsung, meskipun saya belum pernah bertemu di dunia nyata. Terasa sekali kedekatan seperti sedang ngobrol langsung lewat sapaan hangat dan berkesan mengalir di kolom komentar.
Apalagi, membaca tulisan-tulisan kompasianer kecil kemungkinan terpapar oleh 'advertorial' yang kini jadi alternatif ladang penghasilan bagi blogger.Â