Dari Stasiun Padalarang, saya naik Commuter Line Bandung Raya dengan harga Rp5.000,-. Bisa turun di stasiun mana saja yang terdekat dengan tempat tinggal. Dan saya biasa turun di Stasiun Bandung atau Kiaracondong.
Jadi dengan cara pertama, saya menghabiskan biaya sebesar minimal Rp22.000,-, hemat 56% dibanding menggunakan bus.
Cara kedua, saya masih naik angkot kuning sampai Stasiun Padalarang. Tapi dari Padalarang saya tidak menaiki Commuter Line, melainkan naik Trans Metro Pasundan 2DÂ jurusan Kota Baru Parahyangan-Alun-Alun Bandung.Â
Bus ini berhenti di pemberhentian kereta lokal Stasiun Padalarang. Harga tiketnya sebesar Rp4.900,- yang bisa dibayar menggunakan e-money atau QRIS.Â
Dengan cara kedua, saya menghabiskan biaya sebesar minimal Rp21.900,-, hemat 56,2% dibanding menggunakan bus.
Cara ketiga adalah dengan menaiki bus jurusan Sukabumi-Bandung yang bisa kita tunggu di pinggir jalan raya Cipatat.Â
Dari stasiun Cipatat, saya harus berjalan kaki sekitar 400 meter menuju jalan raya utama. Patokannya adalah minimarket merah. Tunggu saja di situ sampai bus melintas. Tiketnya sebesar Rp12.000,- dengan tujuan akhir di Terminal Leuwipanjang, Kota Bandung.
Dengan cara ketiga, saya menghabiskan biaya sebesar Rp17.000,-, hemat 66% dibanding menggunakan bus.
Tentunya, ketiga cara ini punya risiko soal waktu tempuh. Dengan harga lebih murah, dan naik turun beberapa angkutan, ya akan mengakibatkan waktu tempuh lebih lama.
Harapan untuk Mendidiek
Saya apresiasi Kompasiana menyediakan wadah Topik Pilihan Kolaborasi bersama Didiek Hartantyo, Direktur Utama KAI. Jadinya unek-unek, harapan, ataupun pengalaman berkereta memungkinkan bisa dibaca langsung oleh pemimpin tertinggi. Yang sebelumnya, mungkin biasa saya lakukan lewat 'misuh-misuh' di medsos, hehe.