Industri hiburan dunia sedang diramaikan oleh kasus P Diddy terkait (dugaan) kekerasan, pelecehan sek*ual, dan perbuatan asusila lainnya kepada artis-artis Hollywood ternama. Ditengarai, P Diddy adalah sosok yang manipulatif. Menjanjikan ketenaran kepada sang artis, padahal ada maksud lain di baliknya.
Tapi ya begitulah industri hiburan bekerja. Banyak cara dilakukan agar bisa terkenal dan populer. Dan tentu saja bagian tersulitnya adalah mempertahankannya ketika popularitas itu sudah didapatkan.
Apalagi untuk sampai di puncak, nggak semua artis beruntung bisa langsung bertahta di istana popularitas. Sebagian besar harus memulainya dari bawah. Semisal profesi seorang aktor, banyak yang memulainya dari bawah, dan nggak semua juga bisa berhasil.
Melalui tulisan ini, saya akan berbagi soal pengalaman saya berikut suka dukanya menjadi seorang ekstras di indutri film dan televisi.
Saya bahas dulu soal ekstras. Singkatnya, ekstras itu pemeran tambahan di suatu film atau televisi. Perannya sangat kecil. Saking kecilnya, jarang sekali kebagian dialog. Bahkan keberadaannya pun mungkin tidak disadari oleh kru dan pemain utama.Â
Harus melalui manajemen/talent agency
Ketertarikan saya terhadap dunia seni khususnya keaktoran memang sudah muncul sejak usia sekolah. Beberapa kali ikut lomba dan pertunjukan kabaret (teater) mewakili sekolah. Rasanya ada kesenangan tersendiri ketika bisa memerankan satu karakter ke karakter lainnya.
Tapi ya namanya juga hidup di daerah, dan arus informasi belum sederas sekarang, sulit sekali untuk tahu dan masuk ke produksi film. Waktu itu tahun 2007, jalan menuju industri ini mulai terbuka saat saya ikut lomba "Mencari Bintang" di Jakarta dan berhasil mendapatkan penghargaan "Best Ekspresi".
Dari sana saya mulai kenalan dengan beberapa manajemen/talent agency. Dan untuk bisa ikut produksi sebagai ekstras wajib sekali gabung dengan talent agency. Beda dengan aktor utama yang bisa independen, sulit bagi ekstras untuk masuk tanpa agency.
Honor kecil dan bisa beda-beda tiap agency
Mulai lebih aktif jadi ekstras pada 2011. Saya sengaja mencari kerja di Jakarta hanya demi bisa ikut syuting. Jadi saya kerja sebagai programmer ambil shift malam, dan siangnya saya casting ke sana ke mari.
Perjuangan berbuah manis dengan menjadi ekstras di beberapa judul sinetron yang syutingnya di Cibubur. Terima honor Rp50.000 per judul sinetron/hari. Dan itu saya harus standby dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore. Kadang dipakai juga untuk judul lainnya selama masih dalam rumah produksi yang sama.