Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film Trap, Ketika Konser jadi Jebakan Memburu Sang Serial Killer

13 Agustus 2024   13:08 Diperbarui: 13 Agustus 2024   17:35 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nggak bisa dipungkiri, akting Josh Hartnett jadi nyawa utama bagi Trap/doc. Warner Bross

Sembari menikmati lagu demi lagu yang dibawakan Lady Raven, penonton juga dibuat penasaran dengan tingkah Cooper yang berusaha mencari cara untuk bisa keluar dari stadion. 

Selama aksinya, kita tidak perlu bertanya-tanya apakah Cooper adalah 'Si Jagal' yang dimaksud. Karena film tidak menempatkan tebak-tebakan sebagai jalan utama cerita. Sebaliknya, film mengungkap cukup dini kalau Cooper memang Si Jagal yang dicari.

Sampai di titik ini, of course saya percaya bahwa film ini memang disutradarai oleh M. Night Shyamalan yang sekaligus menulis naskahnya.

Menegangkan sepanjang film

Sebagaimana kebanyakan film-film Shyamalan yang memang berpusat di psikologikal thriller, Trap pun punya jejak yang sama. Ini adalah film yang menceritakan tentang seorang serial killer yang sama sekali tidak ada adegan pembunuhannya. Tapi film tetap bisa berjalan dengan seru dan menegangkan.

Trap sangat peduli pada psikologis Cooper sebagai karakter utama. Tentunya untuk menonton karya Shyamalan, kita perlu extra fokus karena ia banyak memberikan petunjuk pada hal-hal kecil yang subtil serta narasi-narasi tokoh yang bisa saja kita melewatkannya.

Tapi dibanding Glass dan Split, saya kira Trap terasa lebih ringan dan sangat ngepop. Alias nggak bikin dahi berkerut saking berpikir terlalu keras memikirkan jalan cerita.

Memang Trap nggak sepenuhnya berjalan mulus. Saya merasakan pengarahan menuju babak duanya agak terlalu dipaksakan. Yakni ketika Cooper berhasil lolos dari stadion dan latar pindah ke rumah tempat ia tinggal bersama istri dan dua orang anaknya.

Dari sini, film membuat karakter Lady Raven lebih dari sekadar penyanyi. Menurut hemat saya, keikutsertaan Lady Raven dalam masalah Cooper agak mencurangi bangunan cerita yang dibangun sejak awal. 

Apalagi ia menjadi sosok yang berhasil menyelamatkan seseorang yang sedang menjadi sandera Si Jagal. Sepintas cerita berbelok menjadikan Lady Raven seperti superhero, dan mengaburkan siapa protagonis utama film.

Padahal sejak awal, perburuan ini menjadi tugas FBI dan polisi setempat. Terlebih film juga tidak benar-benar menunjukkan adanya hubungan antara Lady Raven dengan karakter yang diselamatkannya. 

Ternyata trap-nya bermula dari sini/doc. Warner Bross
Ternyata trap-nya bermula dari sini/doc. Warner Bross

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun