Cerita selanjutnya atau kejadian mengerikan yang dialami karakter setelah membalikkan kartu tarot, tidak benar-benar terasa sebagai kutukan dari kartu tarot. Lebih ke menunjukkan kecocokan antara pembacaan kartu tarot dengan kejadian yang dialami.
Hanya itu! Tanpa tarot, cerita mereka masih bisa berjalan kok.
Performa akting yang menyelamatkan film
Satu poin plus yang membuat film ini masih nikmat untuk ditonton adalah performa akting ketiga karakter utamanya yang memukau.Â
Comeback Cho Yeo-jeong setelah Parasite, masih menyajikan performa yang luar biasa. Aktingnya membuat saya betul-betul merasakan kekhawatiran yang ia rasakan. Dengan skoring yang cukup bombastis, Santa's Visit cukup memberikan efek kejut sebagai pembuka film.
Tapi yang paling saya suka adalah penampilan Ko Kyu-Pil. Hanya dengan sebuah pulpen di kantongnya, ia berhasil membawakan peran (mendadak) seorang pembunuh dengan baik. Bukan karakter yang psikopat, tapi karakter pembunuh yang juga masih memiliki kecemasan akan perilakunya.
Pendekatan kamera yang sering close up ke wajah Ko Kyu-Pil, membuat emosi Going Home lebih bisa saya rasakan.
Selepas menonton, otak saya masih berputar-putar memikirkan kejadian yang dialami Kyung. Bagaimanapun juga membunuh adalah perbuatan melawan hukum. Tapi serangkaian motivasi adegan yang dihadirkan film, bisa saja membuat saya 'membela' Kyung.
Selain Ko Kyu-Pil dan Cho Yeo-jeong, suguhan apik juga diberikan oleh pendatang baru Kim Jin-young. Ia membawakan karakter seorang pengantar makanan yang penuh dengan mimpi dan optimistis. Berkat permainannya, Delivery Call terasa lebih hidup dan ceria meski berakhir lebih sadis dibanding dua cerita sebelumnya.
Dan kesadisan itu juga yang membuat saya kurang menyukai Delivery Call. Saya kurang suka dengan adegan-adegan gore yang dihadirkan semisal menampilkan potongan tubuh yang berdarah-darah. Alih-alih seram malah jijik dan bikin mual.
Selepas Dong-In menemui takdirnya, film benar-benar selesai.Â