Sebuah perjalanan 'Going Home' yang membuat Kyung benar-benar tidak bisa pulang ke rumah.
Baik Santa's Visit ataupun Going Home, keduanya ditampilkan dalam mode horor yang serius. Baik dari segi cerita, karakter, maupun aspek sinematografinya. Sebuah pendekatan yang efektif untuk membuat penonton merasakan ketegangan dari kengerian yang dialami karakter.
Setelah dibuat tegang dengan cerita pertama dan kedua, film menurunkan tensi ketegangan di cerita ketiga. Tiada lain dan tiada bukan karena sang karakter utama di cerita ketiga ini dibuat sedikit lebih riang nan lucu ketimbang serius.
Adalah Dong-In (diperankan Kim Jin-young), seorang pemuda pengantar makanan terbaik di perusahaannya. Saking bagus performa pekerjaannya, ia dijuluki 'delivery king'.
Tapi kehidupannya berubah drastis tatkala ia mengantarkan makanan ke seorang pembeli yang sama berulang kali. Pembeli tersebut adalah seorang perempuan yang menyukai Dong-In. Sampai-sampai si perempuan hafal kapan waktunya untuk 'Delivery Call' agar Dong yang menerima pesanannya.
Ketiga cerita dalam Tarot memang punya keunikan masing-masing dan satu kesamaan. Yakni karakter utama mengalami perubahan nasib setelah mereka membalikkan kartu tarot yang mereka temukan secara tak sengaja.
Yang saya sayangkan adalah konektivitas antar ketiga ceritanya. Akan sangat menyebalkan jika yang kita tonton hanyalah sebuah kumpulan film pendek semata tanpa benang merah atau alasan yang kuat mengapa mereka perlu disatukan dalam satu film.
Tarot memang nggak sepenuhnya begitu. Going Home dan Delivery Call masih punya koneksi soal lokasi. Yakni tempat Dong-In menemukan tarot adalah tempat Kyung membuang tarot setelah menjalani aktivitas pembunuhan yang melelahkan.
Tapi dengan Santa's Visit, saya masih tidak bisa menemukan hal yang membuat cerita ini terhubung. Ia seperti cerita sendiri yang terpisah. Atau mungkin Kyung adalah mantan suami dari Ji-Woo? Entahlah saya tidak bisa menemukan petunjuk yang berarti untuk menghubungkannya.
Di samping soal konektivitas, cerita Tarot diperparah oleh soal kutukan tarot yang terasa hanya tempelan. Film hanya menjadikan adegan karakter membalikkan kartu tarot sebagai pembuka cerita semata.