Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Kuliner dalam Film: Bukan Sekadar Makanan, tapi Potret Kehidupan

27 Maret 2024   14:35 Diperbarui: 5 April 2024   14:48 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Still photo Angkringan The Series (kiri), Saiyo Sakato (kanan). (Dokumentasi Mola TV dan Netflix)

Sepintas nggak ada yang istimewa dari perseteruan ini karena terlihat seperti persaingan bisnis semata. Namun, siapa sangka persaingan bisnis ini menjadi istimewa karena ternyata Mar dan Nita adalah sama-sama istri dari Da Zul (Lukman Sardi).

Da Zul sendiri adalah lelaki yang paling pandai mengolah masakan padang. Resepnya pun diturunkan kepada kedua istrinya. Sepeninggal Da Zul, keduanya bertahan hidup dengan mempertahankan rumah makan mereka. Keduanya sama-sama merasa berhak menggunakan merek Saiyo Sakato karena merasa istri sah dari Da Zul.

Terjadilah keributan antar istri pertama dan istri kedua. Pun semua karakter yang berada di kedua pihak. Sampai tukang parkirnya pun ikut bermusuhan.

Yang paling saya suka dari serial produksi Wahana Kreator ini adalah soal ekspresi dan penggambaran tentang kehidupan poligami dengan gaya dan perspektif baru. 

Ketika banyak film mengeksplorasi poligami sebagai dampak dari patriarki dan digambarkan dalam satu rumah tangga, Saiyo Sakato lebih senang menyoroti bagaimana kehidupan dan interaksi para istri yang dipoligami sepeninggal suaminya.

Tidak dengan bercucuran air mata dan kesedihan, Saiyo Sakato menggambarkan setiap kepingan hidup Mar dan Nita secara jenaka dengan simbolisme makanan. Sangat wajar jika saya berkata, baru kali ini saya melihat soal poligami dalam sinema serenyah rendang yang dimasak oleh Mar.

Apalagi di titik akhir, Saiya Sakato menghadirkan sebuah kejutan yang bikin saya melongo. Nggak hanya saya, Mar dan Nita pun ikut terkejut. Ya karakter terkejut, penonton pun terkejut.

Dalam seni (khususnya film), kedua series ini bisa dibilang sebagai genre slice of life. Sebuah genre yang menggambarkan potongan kehidupan yang dialami manusia sehari-hari. Sehingga memungkinkan penonton akan lebih relatable dengan konflik yang disajikan karena bisa saja penonton pun (sedang) mengalami hal yang serupa.

Kamu sudah pernah menonton kedua series ini? Share pengalamanmu di komentar ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun