Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Debat Capres Kelima, Debat Terakhir yang Penting Banget Buat Saya

4 Februari 2024   17:25 Diperbarui: 4 Februari 2024   17:55 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anies memang punya kemampuan komunikasi yang sistematis dan terstruktur. Programnya untuk memajukan perfilman Indonesia ia kemas dalam tajuk 'Memajukan Perfilman Indonesia dalam 5 Babak'. Tentunya saya tidak akan bahas semua programnya di sini, saya akan bahas sedikit saja yang menurut saya urgen dan selaras dengan permasalahan yang terjadi.

Program yang akan saya bahas adalah soal mendirikan pusat sinema selain di Jakarta. Anies menyebutkan kota Jogjakarta dan Makassar sebagai contohnya. Dengan penyebutan dua kota ini sebagai contoh, saya menilai Anies memang melakukan riset data yang sangat dalam dan realistik.

Saya merasa dua kota ini memang yang paling siap secara infrastruktur dan sumber daya manusia untuk dijadikan pusat sinema.

Mungkin saya jelaskan dulu kenapa pusat sinema ini penting demi tumbuhnya perfilman Indonesia. Saya ambil gambaran dengan perfilman di negara India.

Banyak dari kita menganggap jikalau Bollywood adalah sebutan lain untuk industri film India. Padahal Bollywood hanyalah salah satu pusat perfilman India yang beraktivitas di Mumbai. Selain Bollywood masih ada Tollywood yang berpusat di kota Nagar, atau yang berbahasa Tamil di Kadombakkan.

Dengan adanya pusat sinema di berbagai kota di sebuah negara, bisa menciptakan lapangan kerja yang merata bagi para pelaku perfilman. Sineas-sineas daerah tidak perlu lagi memandang Jakarta sebagai pusat industri yang berkilauan emas, karena mereka bisa berkarya di daerah masing-masing dengan sarana dan prasarana yang sama.

Lebih jauh dari itu, pengaruhnya terhadap karya yang dibuat akan menjadi lebih beragam. Pusat-pusat sinema bisa menghadirkan cerita dengan kearifan lokal masing-masing dari sudut pandang mereka sendiri. Selama ini, banyak film Indonesia yang bercerita tentang daerah di luar ibukota, tapi sudut pandang yang digunakan masih Jakartasentris. 

Cukup dulu preview program untuk Anies. Mari kita beralih ke Ganjar!

Setiap kali saya melihat video testimoni para siswa yang berhasil menjadi alumni SMKN Jateng, saya selalu saja menitikkan air mata. SMKN Jateng ini adalah sekolah yang didirikan Ganjar selama menjadi Gubernur Jawa Tengah yang dikhususkan untuk warganya yang kurang beruntung secara ekonomi.

Semua biayanya ditanggung oleh pemerintah. Terlebih mereka yang bersekolah di sini disediakan pula asrama gratis. Lulusannya banyak yang bekerja di luar negeri, dan setidaknya sudah bisa meningkatkan ekonomi keluarganya. Sesederhana bisa merenovasi rumah orangtua mereka.

Dari sini saya tertarik program yang ditawarkan Ganjar ke depannya yakni '1 Keluarga 1 Sarjana'. Sasarannya sama. Mereka-mereka yang kurang beruntung dalam hal ekonomi. Program ini bertujuan agar salah satu anggota keluarga mereka yang menjadi sarjana, diharapkan bisa menjadi lokomotif dalam hal perbaikan ekonomi keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun