Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Anak Sekecil Itu Berkelahi dengan Mahfud

23 Januari 2024   10:18 Diperbarui: 23 Januari 2024   12:05 1795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis sentimen debat cawapres/doc. Drone Emprit

"Bagaimana cara mengatasi Greenflation?", tanya Gibran ketika sesi tanya jawab dengan Mahfud MD.

"Sesuai dengan aturan debat, terminologi harus dijelaskan", jawab Mahfud MD.

Kemudian moderator menegur dan meminta Gibran untuk menjelaskan pertanyaannya secara tuntas. Sebelum Gibran melontarkan pertanyaan tersebut, KPU sudah membacakan tata tertib debat yang salah satunya adalah soal singkatan dan terminologi harus dijelaskan.

Lalu Gibran merespons permintaan moderator dengan gaya khasnya seraya berkata, "Baik, tunggu! Ini tadi tidak saya jelaskan, karena kan beliau kan (Mahfud) seorang profesor".

Mahfud kemudian menjawab pertanyaan Gibran. Jawaban Mahfud mendapat tanggapan lagi dari Gibran dengan aksi teaterikal celingak-celinguk. Mirip seperti adegan Sun Go Kong ketika mencari kitab suci ke Barat.

Terlihat timer pun belum bergerak, karena perhitungan waktu hanya akan dimulai ketika Gibran berbicara. Waktu mulai berjalan ketika ia menyelesaikan aksi teaterikalnya dan mulai berbicara.

"Ini kenapa saya begini (celingak-celinguk), nyari-nyari jawaban Prof. Mahfud, di mana ya, kok nggak ketemu".

Aksi yang ditunjukkan Gibran adalah hal yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya bakal terjadi di acara Debat Cawapres Kedua yang diselenggarakan pada Minggu malam, 21 Januari 2024, kemarin.

Saya sendiri cukup kaget Gibran bisa melakukan aksi teaterikal seperti itu. Ditinjau dari aturan debat, aksinya tersebut sudah melanggar satu poin tata tertib debat yakni keluar podium. Dalam tata tertib debat sudah disebutkan bahwa setiap peserta debat tidak boleh keluar podium ketika menjawab ataupun melemparkan pertanyaan.

Poin lain yang saya soroti dari serangkaian adegan ini adalah soal ucapan Gibran yang seakan mengetes kalau seorang profesor harus tahu segalanya. Padahal ini bukan soal tahu atau tidak tahu. Jika fokus pada aturan debat, maka seharusnya pertanyaan Gibran itu tuntas, bukan untuk sekadar menguji lawannya, apalagi soal tebak-tebakan definisi. Jelas sudah ada dua aturan debat yang dilanggar Gibran.

Pada akhirnya, Gibran memang memberikan keterangan mengenai Greenflation, "ya tinggal diartikan saja inflasi hijau, sesederhana itu".

Saya malah makin kaget. Penjelasan terminologi bukan sekadar men-translate dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. Penjelasan itu menyangkut konteks dari istilah tersebut.

Kalau dianalogikan, Gibran ini seperti seorang murid yang kalau ditanya gurunya, apa yang dimaksud dengan cerpen, maka ia akan menjawab 'cerita pendek'. Padahal cara mainnya nggak gitu.   

Sabar banget Pak/ doc. vivanews
Sabar banget Pak/ doc. vivanews

Adegan masih berlanjut. Tingkah celingak-celinguk Gibran dibalas Mahfud dengan hal serupa. Ia sedikit meniru aksi Gibran tapi tanpa keluar podium. Mahfud menambahkan narasi kenapa ia menirukan adegan Gibran, yakni karena jawaban Gibran ngawur dan mengada-ada.

Kemudian ia pun bilang kalau dalam akademis pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang receh. Dan Mahfud menolak untuk menanggapi aksi gimik tersebut, seraya mengembalikan waktu ke moderator.

Saya tidak akan membahas subtansi Greenflation-nya. Silakan googling karena sudah banyak para ahli yang memberikan pandangannya apakah Gibran atau Mahfud yang sesungguhnya memahami substansi topik tersebut, dan siapa yang sebetulnya hanya ngawur belaka.

Pertanyaan saya, apakah aksi yang dilakukan oleh Gibran tersebut adalah hanya strategi atau memang karakter? Karena bagaimanapun juga, saya menganggap debat ini semacam beauty contest. Setiap peserta punya cara sendiri untuk menunjukkan 'keindahannya', like yeah  'I am a beauty one'.

Saya yakin ini adalah strategi yang sudah disiapkan. Gibran tidak lagi fokus untuk menerima dan mencerna jawaban Mahfud, yang ia tunggu adalah waktu memulai aksi teaterikalnya. Ia menjadikan panggung debat sebagai bahan utama konten TikTok, sehingga pembicaraan tentang dirinya tidak pernah habis setidaknya hingga debat terakhir dilaksanakan.

Terbukti hanya selang beberapa jam setelah debat, potongan-potongan aksi Gibran di panggung debat sudah muncul di TikTok dengan narasi seakan-akan dialah MVP alias sang juara debat. Framing-nya adalah sebagai anak muda yang berhasil 'merujak' seorang profesor.

Bahkan kalau teman-teman baca judul artikel ini sambil nyanyi, teman-teman nggak salah. Judul ini saya ambil dari sound yang sedang trending di TikTok pascadebat kemarin hingga saat ini. Lirik aslinya adalah 'anak sekecil itu berkelahi dengan waktu'. Dan kata waktu diganti dengan kata Mahfud. 

Beberapa contoh konten TikTok yang menggunakan sound 'berkelahi dengan Mahfud' yang sudah mencapai lebih dari 6000 konten/ doc. tangkapan layar TikTok
Beberapa contoh konten TikTok yang menggunakan sound 'berkelahi dengan Mahfud' yang sudah mencapai lebih dari 6000 konten/ doc. tangkapan layar TikTok

Strategi ini mungkin bagus untuk melanggengkan pembicaraan di media sosial. Sebagaimana pembicaraan tentang video nangisin Prabowo yang bertahan lama di media sosial sampai berlangsungnya debat keempat, yang akhirnya eksistensinya digantikan dengan potongan video savage Gibran.

Tapi setiap strategi akan selalu membuahkan konsekuensi baik ataupun buruk. Penjelasan di atas adalah hal baiknya. Tapi buruknya, Gibran dicap sebagai anak muda yang tidak punya etika.

Di media sosial X, aksi Gibran tersebut mendapat respons yang sangat negatif dari berbagai kalangan. Alissa Wahid misalnya. Dalam akun X pribadinya, putri presiden Republik Indonesia ke-4 Abdurrahman Wahid ini, menyayangkan sikap Gibran terhadap Mahfud dan peserta debat lainnya, Cak Imin.

Alissa mengungkapkan bahwa sedikit jahil berbeda dengan sikap melecehkan orang lain. Dan yang ditunjukkan Gibran secara berulang-ulang kepada peserta debat lain adalah sikap yang melecehkan.

Respons negatif terhadap aksi Gibran juga ditunjukkan dari analisis Drone Emprit berdasarkan data di X. Dari analisis tersebut, Gibran mendapat sentimen negatif paling tinggi di angka 60%. Sementara Mahfud 12% dan Cak Imin hanya 6% saja.

Analisis ini menunjukkan bahwa memang sebagian besar warganet tidak menyukai orang yang dianggap tidak memiliki etika dan sopan santun. Apalagi Indonesia adalah negara yang sangat menjunjung tinggi budaya sopan santun.

Analisis sentimen debat cawapres/doc. Drone Emprit
Analisis sentimen debat cawapres/doc. Drone Emprit

Pertanyaan selanjutnya, apakah aksi Gibran dengan sentimen negatifnya yang tinggi ini akan berpengaruh terhadap elektoral?

Saya hanya akan memberikan ilustrasi sebuah debat yang pernah terjadi di Amerika Serikat antara Donald Trump dan Joe Biden, yang pada 2020 bertarung sebagai calon presiden di negara tersebut.

Pada debat pertama calon presiden, Trump terus menerus melakukan interupsi dan banyak menyerang masalah personal. Interupsi ini membuat ruang debat untuk mengeksplorasi perbedaan pandangan keduanya atas tema debat menjadi tidak lancar.

Lebih jauhnya, sikap Trump ini dianggap tidak sopan dan mempengaruhi persepsi masyarakat Amerika soal attitude Trump di debat tersebut. Dan terbukti, Trump kalah dari Joe Biden.

Saya hanya ingin mengatakan, bahwa Amerika Serikat yang katanya negara liberal, masih punya rasa dan bisa melihat sikap sopan santun sebagai sesuatu yang urgen dan wajib dimiliki oleh calon pemimpin.

Apalagi negara kita yang memang sangat memegang erat nilai-nilai etika dalam setiap perilakunya. Saya masih percaya, masyarakat Indonesia masih akan lebih menyukai calon pemimpin yang memiliki dan menjunjung tinggi etika dan sopan santun dalam setiap tindak-tanduknya.

Semoga kepercayaan saya ini tidak salah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun