"Kompasianer, selama 12 kali Harbolnas, barang terbaik apa yang pernah kamu beli di sepanjang tahun 2023? Ponsel pintar? Skincare? Perkakas rumah? Tiket pesawat? Atau ada yang lain?
Terus, selain pembelian terbaik, ada nggak sih pembelian yang kamu sesali di tahun 2023? Misalnya menyesal gara-gara kalap? "
Pembelian Terbaik 2023'. Rasa-rasanya ini adalah salah satu topik pilihan yang paling mudah ditulis Kompasianer, setidaknya untuk saya. Ya, coba siapa yang hari gini nggak pernah belanja online? Hehe.
Serangkaian kata-kata di atas adalah pembuka yang dilontarkan Kompasiana di topik pilihan '
Saya sendiri terbiasa berbelanja online di marketplace ataupun online shop. Terutama saat ada diskon atau promo yang menggiurkan. Tapi nggak semua barang yang sedang promo saya beli. Saya hanya membeli barang-barang yang memang sedang saya butuhkan saja.
Nah, untuk merekap pembelian terbaik saya selama 2023, saya bagi cerita saya ke dalam tiga chapter. Mereka adalah 'pembelian paling murah', 'pembelian paling overpriced', dan 'pembelian terbaik'.
Pembelian paling murah sejagad raya
Di marketplace yang identik dengan warna hijau, setiap bulannya ada promo 'Spesial untuk Kamu'. Promo yang ditawarkan adalah promo diskon 100% tanpa minimum transaksi. Dengan maksimal potongan diskon bervariasi setiap bulannya. Bisa 15 ribu rupiah, 20 ribu rupiah, bahkan tertinggi saya pernah mendapat promo hingga 30 ribu rupiah.
Nah, promo ini saya gunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari semisal cemilan ringan, peralatan mandi, dan lain-lain. Boleh disimak dulu gambar di bawah ini. Ini adalah rekapan belanja saya selama Juli - Desember 2023 di marketplace hijau tersebut.
Dari gambar terlihat, pada Oktober 2023 saya bisa mendapatkan sebuah sampo 160ml hanya dengan Rp.2.300,- saja. Padahal harga aslinya sekitar 32 ribu rupiah.
Atau pada bulan berikutnya, saya juga bisa mendapatkan sebuah salep luka yang harga aslinya 25 ribu rupiah, hanya dengan merogoh kantong Rp.4.900,- saja. Alasan saya membeli salep luka karena waktu itu tangan saya kecipratan minyak panas saat menggoreng ayam. Jadi ya beli salep sebagai pengobatan pertama kalau hal tersebut terulang kembali di kemudian hari.
Apakah teman-teman semua ada yang pernah memanfaatkan promo ini? Kalau belum pernah coba iseng-iseng cek di aplikasi hijau tersebut setelah tanggal 15 setiap bulannya. Karena berdasarkan data dan pengalaman transaksi selama 7 bulan berturut-turut, promo ini hadir setelah tanggal 15.
Pembelian paling overpriced
Dibilang menyesal, tidak! Tapi saya masih merasa kalau fungsi dan kualitas barang yang saya beli ini masih terasa overpriced.
Ceritanya saya membeli sebuah tas produksi lokal di marketplace oranye. Harga aslinya (termasuk di offline store-nya) itu sejuta kurang seribu. Sementara budget yang saya sediakan untuk tas itu di antara 400 - 600 ribuan saja.
Eh tiba-tiba tas yang sudah lama saya simpan di keranjang ini, masuk dalam program diskon 50%. Wah langsung dong, saya gercep ke official store-nya. Ya walau pembeliannya harus dilakukan sambil nonton live mereka. Nggak apa-apa lah ya.
Dipotong dengan voucher diskon dari marketplace dan koin yang dimiliki, saya bisa mendapatkan tas tersebut seharga Rp.456.005,-. Jadinya kurang lebih potongannya sekitar 55%.
Barang pun tiba dalam beberapa hari. Saya unboxing, dan ternyata di luar ekspektasi. Dari sisi fungsi dan jumlah kompartemen, saya merasa harga barang ini overpriced. Karena kalau saya bandingkan dengan produk lain dari merek B atau K di harga yang sama, saya masih merasa kalau kedua merek tersebut lebih inovatif dan fungsional dari sisi fitur dan kompartemennya.
Tapi ya, untuk menggantikan tas saya yang rusak setelah masa pakai 7 tahun, tas tersebut masih worth untuk dipakai travel/bepergian selama 2-3 hari.
Dan pembelian terbaik 2023 diberikan kepada ....
Dari beragam barang yang dibeli selama 2023, mulai dari makanan, personal care, aksesoris laptop/handphone, sajadah travel, tas, sandal, dan lain sebagainya, saya nobatkan pembelian terbaik jatuh pada buku/novel. Kok jadi buku?
Semenjak hobi nonton, saya sudah jarang banget membeli buku fiksi. Karena kepuasan saya akan karya fiksi, ternyata bisa lebih didapatkan dari film dibanding novel. Ya, mungkin karena pada dasarnya saya lebih menyukai karya audio visual.
Saya masih ingat, ketika SMA dan booming novel Ayat-Ayat Cinta, satu buku punya teman saya itu dijadikan semacam piala bergilir. Setiap orang punya waktu 3 hari untuk menyelesaikan novel tersebut, untuk selanjutnya diserahkan ke teman lainnya sesuai urutan absen.
Mungkin ini rekor juga, saya bisa menyelesaikan satu buah novel dalam waktu 3 hari. Karena setelahnya, membaca satu novel butuh waktu berminggu-minggu atau malah sudah setahun pun belum tamat-tamat. Hehe.
Dan tiga novel yang saya pilih sebagai pembelian terbaik 2023 adalah Gadis Kretek, Katarsis, dan Yuni. Tak perlu saya jelaskan kenapa saya memilih novel-novel tersebut, saya kira teman-teman sudah bisa menebaknya. Eaa...pede!
Gadis Kretek adalah novel karya Ratih Kumala yang terbit pada 2012. Novel ini menceritakan pencarian seorang perempuan bernama Jeng Yah yang berujung pada kisah cinta antara perempuan tersebut dengan seorang pria bernama Soeraja di masa lalu.
Dua poin utama yang membuat novel ini menarik adalah soal industri kretek tahun 1960-an yang menjadi latar dan penceritaan penulis yang cenderung naratif.
Novel ini sudah dibuatkan series sebanyak 5 episode dengan bintang utama Dian Sastrowardoyo sebagai Jeng Yah dan Ario Bayu sebagai Soeraja.
Sementara Katarsis adalah novel thriller karya Anastasia Aemilia. Ceritanya tentang seorang anak perempuan yang ditemukan di dalam kotak perkakas kayu. Seluruh keluarganya tewas dalam pembunuhan sadis, dan hanya ia yang selamat.
Gaya bercerita Aemilia sanggup membuat saya berimajinasi tinggi akan visual yang dihadirkan setiap peristiwanya. Sayangnya, saya membaca novel ini setelah menonton secara utuh serialnya yang diarahkan oleh Randolph Zaini.
Sehingga daya imajinasi saya sedikit banyak terpengaruh oleh gaya dan interpretasi Randolph yang ia tunjukkan dalam serialnya. Tapi itu tidak membuat novel yang terbit pada 2013 ini kehilangan kekuatan daya ungkapnya.
Agak berbeda dengan Gadis Kretek dan Katarsis, Yuni adalah novel yang didasarkan dari skenario film. Dengan kata lain, film Yuni (2021) lebih dulu tayang kemudian novelnya dibuatkan.
Pendekatannya pun pasti berbeda. Ketika para sineas yang memfilmkan novel, mereka harus cermat memilih dan memilah bagian mana yang harus diadaptasi dalam waktu yang terbatas. Sementara membuat novel dari skenario film kebalikannya. Penulis harus mengembangkan banyak hal dari bagian-bagian yang sudah ada dalam skenario.
Itu yang menjadi poin utama novel Yuni. Latar Serang, Banten lengkap dengan kehidupan masyarakat, sosial, dan budayanya, tergambar lebih lengkap dalam novelnya. Pun juga dengan karakterisasi para karakternya (terutama Yuni) mendapat galian lebih dalam, sehingga saya lebih jatuh hati dan peduli pada permasalahan yang dialami oleh Yuni di novel ini.
Saya membeli ketiga novel ini di salah satu online book store terbesar di Indonesia. Menariknya, saya bisa memilih metode self pick-up atau dikirim dari store. Dan pengelolaan stock-nya pun cukup realtime.
Tadinya saya pengin menggunakan metode self pick-up biar gratis ongkos kirim. Tapi karena ketiga novel ini tidak tersedia di store yang sama di Bandung, akhirnya saya membelinya dengan metode pengiriman dari store di Jakarta.
Itulah cerita saya tentang pembelian terbaik di 2023. Alasan utama pembelian buku menjadi jawara adalah: jika barang-barang lainnya memenuhi kebutuhan dan kepuasan fisik, buku adalah asupan jiwa dan pikiran.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI