Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Mantra Surugana dan Isu Kekerasan Seksual yang Membingungkan

30 Juli 2023   19:28 Diperbarui: 31 Juli 2023   20:43 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Mantra Surugana, sedang tayang di bioskop. Sumber: MantraFilm via kompas.com

Membawa narasi budaya Sunda, sejatinya hal tersebut adalah potensi menarik bagi film horor Mantra Surugana. Pasalnya, film horor Indonesia identik atau katakanlah masih didominasi oleh budaya dan mitologi Jawa.

Meskipun bukan yang pertama kali menjadikan Sunda sebagai latar film horor, tapi apa yang dilakukan Mantra Surugana masihlah jarang. Apalagi film juga berani menggunakan bahasa Sunda terlebih ketika mantra dilafalkan.

Dari film, saya bisa mendapat sedikit informasi, kalau mantra surugana adalah rangkaian kata-kata yang bisa memanggil iblis yang disebut dengan iblis Surugana.

Cerita maju lebih dulu ke seorang mahasiswi yang baru pindah ke asrama. Mahasiswi tersebut bernama Tantri (Sitha Marino) yang memiliki masa lalu berdampingan dengan iblis ketika ia masih anak-anak.

Sejak pindah ke asrama, Tantri dihantui oleh penampakan-penampakan aneh. Dan ia berupaya mencari tahu apa yang terjadi sebenarnya di asrama tersebut kepada teman-temannya.

Agak sulit buat saya bisa memahami cerita Mantra Surugana, karena sejak awal film ini sudah mengabaikan logika.

Bagaimana tidak. Saat Tantri bertanya kepada teman-temannya apa yang terjadi, mereka bilang kalau ada dua temannya hilang satu tahun yang lalu. Ingat ya satu tahun yang lalu.

Tapi berkat Tantri, satu temannya berhasil ditemukan jenazahnya di dalam sumur dekat asrama. Bagaimana mungkin polisi dan warga kampus tidak bisa menemukan mayat tersebut. Padahal baunya sangat menyengat, dan juga kedalaman sumur yang tidak begitu dalam.

Cindy Nirmala yang selalu total ketika berperan sebagai iblis/viva.co.id
Cindy Nirmala yang selalu total ketika berperan sebagai iblis/viva.co.id

Kenapa butuh waktu satu tahun hingga kedatangan Tantri. Cobalah film membuatnya lebih susah. Misal si mayat ditemukan di hutan yang jauh dari pemukiman warga. Atau apalah adegan yang lebih make sense, untuk tidak bisa ditemukan dalam kurun waktu satu tahun.

Persoalan lain yang nggak kalah abai logikanya adalah segala sumber teror berhasil diselesaikan oleh penglihatan Tantri. Ia bisa berkelana dan melihat masa lalu.

Atas hal tersebut, Mantra Surugana tidak memberikan bekal latar belakang yang cukup kenapa Tantri bisa melakukan hal tersebut. Film hanya memberikan petunjuk kalau Tantri memakai kalung pemberian ayahnya semata-mata untuk melindungi dirinya dari teror iblis Surugana.

Saya paham Tantri adalah tokoh utama. Tapi saking mendewakan Tantri sebagai protagonis yang bisa menyelesaikan semua persoalan, film jadi tega membuat karakter lain terasa useless. Bahkan satu karakter yang menemani Tantri yang seharusnya bisa menjadi partner dalam menguak misteri, juga berakhir dengan kematian. 

Angkat isu kekerasan seksual yang ala kadarnya

Masih bingung, kenapa dia bisa dihantui juga/capture trailer
Masih bingung, kenapa dia bisa dihantui juga/capture trailer
Pada bagian ini saya agak sulit untuk tidak spoiler tentang alasan kenapa iblis Surugana melakukan teror. Kalau kamu berniat menonton Mantra Surugana dan tidak ingin terpapar spoiler, silakan stop di sini.

Berdasarkan kemampuan lorong waktu Tantri ke masa lalu, kita bisa tahu kalau iblis Surugana adalah seorang wanita yang diperkosa oleh banyak laki-laki. Sebelum wanita tersebut membakar dirinya, ia bersumpah dengan mantra surugana akan mencelakakan dan merenggut nyawa anak, istri, dan keturunannya si pemerkosa tanpa kecuali.

Well, kamu boleh geleng-geleng kepala. Karena pelaku pemerkosaan atau pelecehan seksual bukan hanya dilakukan mereka di masa lalu. Tapi ada juga beberapa karakter lain yang melakukan hal serupa di masa kini.

Saya masih bingung. Karena selain Tantri, film tidak menjelaskan apakah karakter lain yang diteror iblis Surugana itu merupakan keturunan pemerkosa di masa lalu.

Terus kenapa karakter di masa kini juga melakukan pelecehan seksual? Kalaulah kita anggap mereka keturunan si pemerkosa, apakah menjadi pelaku pelecehan seksual itu jadi hal yang diwariskan?

Isu ini ngambang begitu saja. Saya merasa Mantra Surugana hanya memanfaatkan isu kekerasan seksual yang lagi trending akhir-akhir ini. Mungkin agar dianggap peduli pada isu tersebut.

Kalau demikian, bolehlah Mantra Surugana belajar pada Qorin, bagaimana film peduli pada isu tersebut bukan hanya sekadar jadi tempelan.

Padahal visualnya bagus

Apa yang keluar dari mulut Asta?/Peregrine Studios
Apa yang keluar dari mulut Asta?/Peregrine Studios
Saya nggak menampik kalau sutradara Dyan Sunu Prastowo (Vidkill, Pesan di Balik Awan) punya sensitivitas yang bagus terhadap visual.

Gambar-gambar yang dihasilkan Mantra Surugana punya komposisi warna yang menarik. Bisa membangkitkan rasa seram dan merinding. Apalagi ketika adegan melafal mantra.

Saya yang terbiasa dengan bahasa Sunda merasa lebih connect saja ketika mendengar mantra tersebut. Tentunya jika dibandingkan dengan film horor lain yang menggunakan bahasa daerah yang kurang saya mengerti.

Belum lagi, visualisasi iblis Surugana yang dibuat seperti iblis dalam The Invisible Man, termasuk satu kreasi yang jarang saya lihat dalam film horor Indonesia.

Tapi ya balik lagi. Seperti kata sutradara kondang negeri ini kalau naskah adalah tulang punggung sebuah film, maka Mantra Surugana sudah kehilangan tulang punggungnya. Atau lebih kejamnya, tidak memiliki tulang punggung.

Sang sutradara yang menulis naskah ditemani tiga rekannya yakni Budhita Arini, Ervina Isleyen, dan Raditya, seakan hanya saling mengumpulkan ide masing-masing yang ada di kepalanya. Tanpa mereka berkompromi selanjutnya, bagaimana cerita ini bisa dijahit dengan rapi dan punya benang merah atau visi yang hendak disampaikan.

Apalagi kalau kita berharap film bakal menceritakan asal-usul tentang mantra surugana itu sendiri. Dijamin harapan kita takkan terpenuhi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun