bakso, dari sirup hinga tersisa air putih.
Alhamdulillah. Waktu terus berjalan, dan kita masih diberikan kesehatan dan kenikmatan yang luar biasa. Lidah masih bisa mencicipi nikmatnya hidangan khas lebaran. Dari rendang hinggaSudah memasuki hari kelima lebaran, biasanya hidangan khas lebaran sudah mulai habis. Dan kita kembali memasak menu seperti hari biasa. Atau sesekali mencoba makan bersama di restoran atau warung makan.
Setiap kali saya bepergian ke suatu tempat, saya selalu berusaha menikmati kuliner yang menjadi kekhasan daerah tersebut. Termasuk ketika saya dinas ke kota Tasikmalaya (Jawa Barat), saya bertanya pada penduduk setempat, makanan apa yang menjadi khas di kota ini.
Mayoritas merekomendasikan saya untuk mencicipi nasi tutug oncom atau biasa juga disingkat nasi t.o.
Sebetulnya saya nggak asing dengan nasi tutug oncom. Karena di Bandung juga ada beberapa warung yang menyediakan nasi t.o. Tapi tetap saja, mencicipi kuliner di daerah asalnya itu memberikan sensasi yang berbeda.
Sejarah singkat nasi tutug oncom
Oncom merupakan bahan makanan yang terbuat dari kedelai. Sekelompoklah sama tahu dan tempe.
Dahulu kala, oncom ini merupakan makanan harian kelas menengah bawah masyarakat Sunda. Tiada lain dan tiada bukan karena harganya yang memang terjangkau.
Agar terlihat padat dan banyak, masyarakat mengakali oncom ini dengan cara mencampurkannya dengan nasi sehingga menjadi nasi oncom.
Dalam perkembangannya, nasi oncom ini bukan lagi menjadi makanan masyarakat menengah ke bawah, karena nggak hanya dijual di warung nasi sederhana. Tapi juga sudah merambah ke restoran-restoran besar.
Untuk harga nanti saya spill di bagian akhir artikel ya
Sementara kata tutug yang terdapat pada nama nasi tutug oncom bermakna tumbuk. Jadi nasi tutug oncom adalah nasi yang dicampur dengan oncom yang ditumbuk.
Pengalaman mencoba nasi tutug oncom khas Tasikmalaya
Sehabis Isya saya berkeliling mencari warung yang menyediakan nasi tutug oncom. Rupanya Kota Tasikmalaya ini hampir mirip dengan kota saya tercinta, Sukabumi. Pada waktu isya kondisi jalanan sudah cukup sepi. Beberapa warung nasi t.o sudah banyak yang tutup.
Dalam keadaan penerangan jalan yang cukup gelap karena kurangnya lampu, pencarian saya berakhir di sebuah resto di kawasan jalan BKR.
Restonya cukup besar dua lantai dengan format lesehan. Saya mengambil tempat di lantai 2 karena relatif lebih sepi dibanding lantai pertama yang sudah penuh sesak dipenuhi pengunjung.
Begitu duduk, saya langsung melihat-lihat menu yang tersedia di meja. Katalognya sangat lengkap dan disertai harga. Jadi nggak akan ada lah istilah getok harga terus bikin kita sambat di medsos. Eh itu kan politikus partai 1,5 upz!
First impression, wow! Harganya memang kayak lagu Peterpan, di atas normal. Tapi karena penasaran, ya sudah saya pesan saja seporsi nasi t.o dengan lauk pauknya.
Nah, pengertian seporsi itu yang memang sudah disajikan dalam bentuk paket. Tapi kalau beli satuan juga boleh kok. Tapi jangan bilang seporsi, karena harganya dihitung satuan.
Untuk lauk utamanya kita bisa memilih aneka ayam, ikan, atau telur. Tapi saat itu yang masih tersedia hanya ayam dan ikan.
Jadi saya memesan nasi tutug oncom ayam bakar saja. Dalam seporsinya itu sudah disajikan dengan tahu goreng, tempe goreng, dan cipe (aci tempe goreng).Â
Khusus cipe, orang-orang masih banyak menyebutnya dengan mendoan. Karena sepintas memang mirip. Tapi di Sunda, namanya cipe ya dulur sadaya.
Singkat cerita yang sebetulnya nggak singkat, karena menunggu lebih dari setengah jam, tibalah menu yang dipesan.
Nasi tutug oncom yang datang disajikan dalam keadaan panas menuju hangat. Dan konon memang paling enak menyantap nasi t.o ini dalam keadaan hangat. Soalnya, oncom kan salah satu olahan fermentasi jadi nggak bisa dikonsumsi lebih dari satu hari.
Gimana rasanya? Sangat menggugah selera. Didominasi dengan perpaduan asin dan gurih di mulut. Hasil dari tutug oncom yang dipadu dengan bawang merah, bawang putih, kencur, gula, dan garam secukupnya.
Apalagi dicocol dengan sambal berbagai varian. Di resto ini tersedia tiga jenis sambal yakni sambal ijo, sambal merah, dan sambal pedas manis. Semua sambalnya saya coba satu per satu dan rasanya dominan gurih juga.
Ketiga sambal ini tidak terlalu pedas. Mungkin disesuaikan dengan lidah masyarakat Sunda yang memang mayoritas tidak menyukai masakan yang terlalu pedas.
Selain itu, terdapat lalapan seperti mentimum, kacang panjang, dan salada sebagai komplemen dalam menikmati nasi tutug oncom.
Soal rasa memang bisa subjektif, tapi soal harga adalah hal mutlak.
Seporsi nasi tutug oncom dengan ayam bakar dan komplemen lain yang sudah disebutkan, dihargai sebesar Rp. 44.500,- . Apakah worth it?
Sementara kalau beli satuan jatuhnya akan lebih mahal. Satu nasi t.o-nya saja dihargai Rp 7.500,-.
Oia, dan ini belum termasuk minum ya. Jadi silakan pesan minum lagi mulai dari 5 ribu rupiah.
Gimana, tertarik jelajah kuliner nusantara nasi tutug oncom ini? Silakan teman-teman berkunjung ke Tasikmalaya dan rasakan sendiri sensasinya.Â
Saya tak perlu menyebut nama restonya, karena warung yang menyediakan nasi t.o ini tersebar di mana-mana di wilayah Tasikmalaya. Siapa tahu, bisa nemu harga yang lebih murah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H