Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Tontonan Lebaran: Doa Mengancam, Series tentang Mengikhlaskan Takdir Tuhan

23 April 2023   13:57 Diperbarui: 23 April 2023   18:31 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doa Mengancam merupakan serial original Vidio yang tayang mulai 12 Oktober 2022(Dok. Vidio via kompas.com)

"Ya Allah, aku sudah bosan Ya Allah. Sesungguhnya aku sudah bosan berdoa kepada-Mu. Karena selama ini doaku tidak pernah Kau kabulkan, Ya Allah. Jadi ..., jika doaku yang ini tidak juga Kau kabulkan, ini akan menjadi doa terakhirku kepada-Mu, Ya Allah. Karena setelah itu aku akan MURTAD...!"

Setelah berdoa seperti itu, Madrim (Kevin Ardilova) disambar petir dan tak sadarkan diri. 

Madrim adalah seorang buruh kuli panggul di pasar yang hidup dalam keadaan miskin. Ia sebetulnya tidak terlalu mempermasalahkan kehidupannya yang miskin.

Tapi doa terakhir yang berisi ancaman kepada Allah tersebut lantaran istri tercintanya, Ima (Tissa Biani), hilang dan sulit ditemukan. Baginya, Ima adalah pelita hidupnya. Kehilangan Ima merupakan hal tergelap dalam hidupnya.

Punya kekuatan baru

Bak Gundala yang punya kekuatan baru setelah disambar petir, Allah menakdirkan Madrim tidak meninggal. Allah malah memberikannya kelebihan yang tidak dimiliki manusia lain, yakni bisa melihat dan mengetahui keberadaan seseorang hanya lewat fotonya.

Terbangun di pesawahan dan ditemukan oleh seorang kepala desa, Madrim dibawa ke rumah kepala desa tersebut. Polisi mengenali Madrim sebagai buronan narkoba dan hendak membawanya ke kantor.

Poster Doa Mengancam/Vidio
Poster Doa Mengancam/Vidio

Tanpa sengaja Kevin melihat foto anak kepala desa tersebut dan spontan meneriakkan namanya.

"Riana..."

Riana adalah anak kepala desa yang hilang sejak setahun yang lalu. Lewat penerawangan Madrim, Riana berhasil ditemukan. Dan inilah awal mula orang-orang tahu kelebihan Madrim.

Tapi kelebihan yang dimiliki Madrim ini sekaligus ujian baginya. Karena ia ternyata tidak bisa menerawang istrinya sendiri.

Lebih banyak kembangkan plot kriminal

Ketika Ima dan Madrim menikah/Dapur Film
Ketika Ima dan Madrim menikah/Dapur Film
Dengan menghilangkan satu kata penghubung dalam judulnya, Doa Mengancam diadaptasi atau lebih tepatnya dibuat ulang dari film tahun 2008 berjudul Doa yang Mengancam karya Hanung Bramantyo.

Meninjau beberapa series Indonesia yang diadaptasi dari film layar lebar, sebagian besar berformat melanjutkan cerita. Seperti Serigala Terakhir, Wedding Agreement the Series, dan Pertaruhan The Series yang meneruskan cerita film tanpa mengganti aktor utamanya.

Tapi Doa Mengancam mengambil bentuk yang berbeda. Secara garis cerita, series ini punya alur yang sama dengan filmnya. Yakni tentang seseorang yang mengancam Tuhan dengan doa-doanya. Karakter utamanya pun dibuat sama hanya beda pemeran. Di versi film, karakter Madrim diperankan oleh Aming.

Lantas timbul pertanyaan, dengan durasi series yang jauh lebih banyak daripada film panjangnya, hal apa yang dikembangkan di karya terbarunya?

Hanung Bramantyo yang kali ini bertindak sebagai produser sekaligus penulis naskah (bersama Jujur Prananto), ternyata lebih senang bermain-main dengan plot kriminal dan politik.

Dalam series yang memiliki 8 episode ini, Doa Mengancam tidak banyak mengeksplorasi pribadi Madrim dan keyakinannya terhadap Tuhan.

Ceritanya begini. Kemampuan Madrim yang bisa menerawang keberadaan seseorang, dimanfaatkan oleh polisi sebagai konsultan pribadi demi menjerat para kriminal khususnya bandar narkoba.

Dengan imbalan, polisi mau membantu Madrim mencarikan Ima, istrinya.

Tentunya satu per satu kriminal yang jadi buronan tertangkap. Termasuk bos besar bandar narkoba (diperankan Hanung Bramantyo) yang terkenal licin, lincah, dan sulit tertangkap, akhirnya tertangkap juga.

Madrim mendapat banyak kemewahan dari kemampuannya tersebut, tapi tetap hidupnya berasa hampa karena polisi belum juga berhasil menemukan Ima.

Dalam kesempatan cerita ini, dan kalau melihat filmografi Hanung sebelum ini, sutradara kondang ini seringkali memanfaatkannya untuk kritik pemerintahan, politik, dan juga fenomena sosial budaya. Dan kesempatan baik ini digunakan Hanung untuk melakukan hal tersebut.

Doa Mengancam menyimpan satu karakter sebagai perwujudan hal tersebut. Penonton akan disuguhkan satu karakter kunci yakni seorang pejabat publik yang terkenal baik dan dermawan, tapi sesungguhnya kebaikan tersebut hanya untuk menutupi kejahatan bisnis-bisnis gelapnya.

Sisi dark comedy Hanung terhadap politik juga ia tunjukkan dengan kemunculan 'Puan Maharani' di satu adegan yang betul-betul bakal bikin penonton punya tafsiran sendiri atas adegan tersebut. Belum lagi nama dua karakter petugas laundry karpet yang ia ambil dari nama menteri yang masih menjabat saat ini. Penasaran?

Memang tak melupakan Madrim sepenuhnya

Sebetulnya Ima menghilang kemana, itu yang harus kamu temukan dalam seriesnya/Dapur Film
Sebetulnya Ima menghilang kemana, itu yang harus kamu temukan dalam seriesnya/Dapur Film
Plot yang penuh intrik politik ini terkadang menempatkan Madrim hanya sebagai jasa penerawang. Posisinya sebagai pemeran utama dalam series ini menjadi terabaikan. Seakan Doa Mengancam berubah haluan menjadi suguhan laga superhero.

Beruntung, Doa Mengancam tidak menghilangkan karakter sahabat Madrim yang kali ini bernama Somad (diperankan Bisma Karisma).

Madrim dan Somad bersahabat sejak kecil dan sama-sama hidup di pesantren. Mereka saling memiliki satu sama lain. Karakter Somad bisa dibilang lebih relijius dibanding Madrim. Karakternya akan menjadi alarm ketika Madrim sudah melenceng dari ajaran agama yang mereka pelajari sewaktu di pesantren.

But, kita semua tahu bahwa Allah hanya akan memberikan hidayah pada siapa yang Ia kehendaki. Meski Somad tidak pernah lelah menjadi pendamping bagi Madrim, kehadirannya tidak terlalu berpengaruh terhadap pemikiran dan keyakinan Madrim akan kuasa dan takdir Tuhan.

Madrim tetap menginginkan Ima.

Mengikhlaskan takdir Tuhan

Kita tak perlu mencintai sesuatu berlebihan, karena boleh jadi itu tak baik untukmu. Begitu juga sebaliknya. Kita tak boleh membenci sesuatu berlebihan, karena boleh jadi itu malah baik untukmu.

Kita tidak pernah tahu, rencana dan maksud Tuhan atas apa yang ditimpakan kepada makhluknya.

Madrim yang sangat terbuka matanya untuk melihat orang lain, nyatanya hatinya tetap tertutup untuk melihat kasih sayang Allah kepadanya.

Senoaji Julius selaku sutradara cukup cerdik untuk menggantungkan akhir kisah Madrim dan memberikan ruang yang luas kepada penonton untuk memberikan tafsirannya.

Yang saya maksud 'menggantungkan' di sini, bukanlah Madrim tidak pernah bertemu dengan Ima, tapi bagaimana Doa Mengancam mempertemukan dan mengakhiri kisah mereka.

Doa Mengancam mungkin tidak secara tegas memberikan pesannya lewat perubahan karakter Madrim. Tapi ia mengakhirinya hanya cukup dengan kutipan surat Al-Insan (76) ayat 30.

"Tidaklah kalian mampu berkehendak, kecuali apabila dikehendaki Allah. Sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun