Experience seperti ini akan selalu dikenang yang membuat suatu brand tak lekang oleh zaman. Selama masih bisa memberikan pengalaman lebih bukan sekadar makanan, Khong Guan akan selalu jadi jawara. Karena soal experience-nya akan diceritakan dari generasi ke generasi.
Ini merupakan nilai plus bagi Khong Guan yang membuat Khong Guan identik dengan sebutan 'kue kaleng'. Setiap kali lebaran kita mendengar kata kue kaleng, pikiran kita akan melayang pada Khong Guan.
Merek lain sebetulnya menyadari juga akan asosiasi pergeseran makna kue kaleng ini. Mereka pun menirunya. Hanya saja, yang mereka tiru bukanlah experience-nya tapi hanya bentuk dan kemasan luarnya saja.
Tango, Oreo, Astor, dan merek lainnya hanya mengubah kemasannya saja saat lebaran. Mereka yang pada hari biasa berkemasan dus, kotak, atau plastik, saat Ramadan berbondong-bondong membuat versi kalengnya.
Ya, secara harfiah memang mereka juga layak disebut kue kaleng. Tapi sayang, kue kaleng yang mereka buat tidak memberikan experience sebagaimana yang Khong Guan berikan.
Dari soal kemasan yang berubah bentuk, perihal pemasaran juga menjadikan Khong Guan lebih unggul.
Khong Guan hampir jarang dipasarkan di luar Ramadan. Ia hanya bisa ditemui saat Ramadan dan menjelang Idulfitri. Hal ini membuat Khong Guan terasa ekslusif dan dikhususkan untuk lebaran.
Menyantapnya saat lebaran menjadi momen yang langka dan menyenangkan.
Sementara merek lainnya, kita dengan mudah mendapatkannya di supermarket atau minimarket. Bahkan di warung terdekat pun tersedia hingga versi ecerannya.
Sehingga, menyantapnya di saat lebaran atau bukan menjadi tak ada beda.