Tanpa menunggu lama, Om Indro menyambut dari dalam rumah.
Aduh silakan masuk, maaf ya berantakan.
Mungkin maksud kata 'berantakan' merujuk pada halaman depan rumah Om Indro yang dipenuhi oleh motor-motor jadul. Karena saya tidak terlalu mengikuti perkembangan otomotif, jadi saya nggak tahu merk dan tipe yang ada halaman depan rumahnya.
Tapi bisa jadi kata tersebut juga merujuk pada kerendahan hati Om Indro ketika menyambut tamu.
Deg deg seer.. Bingung memulai kata pertama. Sosok yang biasa saya lihat di layar kaca, kini ada di hadapan mata. Beneran speechless!.
Rupanya Om Indro memandang kekakuan saya tersebut. Dengan gaya khasnya, malah Om Indro yang memulai pembicaraan dengan bertanya, "Bagaimana perjalanan kemari?".
Dari sana pembicaraan pun perlahan mencair. Mulai nostalgia bagaimana karirnya bersama Warkop DKI hingga pertanyaan kenapa artis pendamping di film Warkop selalu cantik-cantik. Pernah 'kan kepikiran seperti ini juga?
Om Indro jarang sekali berbicara tentang dirinya sendiri. Ia selalu menyebut Dono dan Kasino dalam pembicaraannya. Baginya Indro tak ada apa-apanya tanpa mereka berdua.
Tanpa disadari mata Om Indro sembab ketika mengenang kedua sahabatnya tersebut. Terlebih saat Om Indro menceritakan saat-saat kedua temannya meninggal dunia yang ia saksikan langsung.
Ketika Dono meninggal dunia pada akhir 2001, beliau meninggalkan anak yang masih kecil. Terlebih sang ibu dari anak-anaknya telah meninggal dunia lebih dulu.
Dengan penuh haru, Om Indro menceritakan kalau almarhum Dono terus-terus merasa khawatir akan nasib anak-anaknya. Sebagaimana layaknya penghiburan untuk sahabat, Om Indro pun janjikan akan merawat semua anak-anak Dono.
"Gue yang akan kasih makan, gua yang akan rawat, dan gue yang akan kuliahin anak-anak lo sampai sukses".