Penulis naskah Mark Hammer, membuat karakter Tom dan Darcy punya keunikan tersendiri yang dijadikan materi utama cerita film.
Darcy diceritakan punya trauma akan darah. Jika melihat darah, seketika ia akan pingsan. Sementara Tom takut sekali akan ketinggian. Karakterisasi mereka berdua yang unik dimanfaatkan dengan baik oleh Shotgun Wedding.
Akan ada saatnya ketika Darcy nggak lagi pingsan melihat darah, karena ia harus mengobati luka yang ada di tangan calon suaminya. Begitu juga ketika Tom mau nggak mau harus melakukan aksi flying fox agar bisa terhindar dari kejaran para perompak.
Dan pembangunan karakter mereka berdua hingga ke tahap tersebut tidak serta merta diperlihatkan secara langsung dan menyeluruh.Â
Film membangunnya dengan perlahan, sehingga penonton bisa peduli pada mereka. Sekaligus juga bisa menghantarkan humor yang efektif bagi penontonnya.
Saya sendiri berkali-kali tertawa melihat tingkah polah mereka berdua yang betul-betul tampil effortless. Baik Josh Duhamel atau Jennifer Lopez, keduanya tampil natural dan tidak tampak trying to hard to be funny. Mereka berhasil menghidupkan karakter Tom and Darcy yang dibebankan kepadanya sesuai dengan porsi dan kebutuhannya.
Tapi kuatnya karakter mereka, bumerang bagi karakter lain
Di akhir film, Shotgun Wedding memberikan jawaban siapa sesungguhnya dalang di balik aksi para perompak ini.
Nggak ada yang salah memang, karena setiap masalah atau konflik yang terjadi di dalam film memang sebaiknya diberikan motivasi dan latar belakang. Tapi masalahnya, Shotgun Wedding nggak membuat karakter kunci ini diperkenalkan dengan layak.
Saya sangat paham kenapa karakter Tom dan Darcy dibuat sangat kuat, karena kunci utama film ini memang ada pada karakter mereka. Tapi ketika film menghadirkan karakter lain yang juga punya peran terhadap cerita, mereka juga perlu diperkenalkan kepada penonton.
Dalam film-film yang berakhir dengan pengungkapan pelaku seperti Glass Onion: A Knives Out Mystery, kita bisa melihat kalau masing-masing karakter yang berpotensi menjadi tersangka utama diperkenalkan dengan seimbang.
Sementara dalam Shotgun Wedding, selain Tom dan Darcy saya merasa karakter lainnya hanya sia-sia belaka. Karakter Renata (Snia Braga) misalnya. Ia adalah ibu Darcy yang sangat membenci Tom. Ia punya motivasi yang cukup kuat untuk jadi pelaku utama.