Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Misteri Hilangnya Perempuan Bergaun Merah, Sekadar Seru Saja

7 November 2022   10:17 Diperbarui: 8 November 2022   20:00 2191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kalau polisi nggak bisa nemuin kamu, yuk ke nenek Wong/Frontier Pictures

"Konon katanya, perempuan yang bunuh diri memakai gaun merah akan berubah menjadi setan yang sangat jahat"

Sejak awal penonton sudah diperlihatkan pada seorang perempuan bergaun merah yang tengah menunggu seseorang di balkon apartemennya. Dia adalah Kara (Stella Cornelia). Sesekali ia curhat kepada teman perempuannya soal hubungan asmaranya dengan Putra (Refal Hady), pacar yang sangat dicintainya.

Dari interaksi mereka, kita bisa melihat kalau Kara tampak begitu dekat dengan Dinda (Tatjana Saphira), sahabatnya tersebut. Bahkan, Kara rela menabung sepanjang tahun demi membelikan hadiah ulang tahun untuk Dinda.

Di tengah obrolan, tiba-tiba pintu diketuk. Sahabat Kara datang. Sebutlah Gerry (Ibrahim Risyad) dan Rosa (Faradina Mufti). Tapi rupanya mereka nggak datang berdua. Mereka mengajak dua orang lainnya yakni Marco (Aufa Assagaf) dan Wisnu (Jordy Rizkyanda).

Dinda sudah memeringatkan Kara untuk tidak menerima tamu yang tidak mereka kenal. Terlebih jika hal ini diketahui oleh ibunya Kara, ia pasti marah besar. Tapi dengan gayanya yang sok manja dan sok cantik, Kara bilang kepada Dinda "its okay, asal kamu nggak bilang saja pada ibuku".

'Keramahtamahan' Kara ini justru membawa petaka pada Dinda. Ia hampir diperkosa oleh Wisnu. Tapi Dinda berhasil kabur dari apartemen Kara.

Meski Dinda berhasil kabur, kejadian tersebut menyisakan satu misteri. Kara hilang. Dan sudah satu bulan, polisi belum juga bisa menemukan Kara. Apakah ia masih hidup atau justru sudah mati?

Misteri hilangnya Kara

Kalau polisi nggak bisa nemuin kamu, yuk ke nenek Wong/Frontier Pictures
Kalau polisi nggak bisa nemuin kamu, yuk ke nenek Wong/Frontier Pictures
Meski karakter Kara yang hilang, Perempuan Bergaun Merah berjalan dari sudut pandang Dinda. 

Selepas kejadian tersebut, Dinda seringkali diteror oleh hantu yang bergaun merah. Dengan gampang pasti Dinda menebak kalau hantu yang menyerangnya adalah arwah Kara. Apalagi saat Dinda ke lokasi kejadian, ia melihat ibunya Kara sedang 'sembahyang-in' Kara.

Setelahnya satu per satu orang yang hadir saat lokasi kejadian di teror oleh hantu bergaun merah. Dan mereka mati.

Terkait teror yang dilakukan si hantu, saya masih agak bingung saja sih dengan aturan mainnya.

Memang saya termasuk yang kurang suka pada pendekatan 'hantu membunuh manusia secara langsung'. Saya lebih senang apabila 'manusia itu mati karena rasa bersalah'. Dan teror hantu itu semacam perwujudan dari rasa bersalahnya. 

Contoh kecilnya kita bisa lihat pada film Suzzanna: Bernapas Dalam Kubur (2018) yang betul-betul konsisten pada pendekatan teror hantu sebagai perwujudan rasa bersalah.

Nah, Perempuan Bergaun Merah mencampurkan keduanya. 

Orang pertama yang mati dilakukan dengan pendekatan hantu membunuh manusia. Dia mati dengan kepala terpotong oleh pintu lift. Memang tidak secara langsung si hantu membunuhnya, tapi ia ikut andil dalam mendorong dan menahan orang pertama untuk tetap berada di lift.

Terkadang kau lembut, terkadang kau kasar membuat hati bertanya, Siapa Kau?/Frontier Pictures
Terkadang kau lembut, terkadang kau kasar membuat hati bertanya, Siapa Kau?/Frontier Pictures

Sementara pendekatan yang dilakukan kepada orang kedua yang mati, sama sekali si hantu tidak menyentuh fisik si orang kedua. Pendekatannya si hantu lebih menakut-nakuti orang kedua yang sedang menyetir dengan duduk di sebelahnya.

Setelah si orang kedua menyadari yang duduk di sebelahnya adalah si hantu, ia ketakutan dan keluar dari mobil. Dan derrr, ia tertabrak oleh mobil yang menyalipnya.

Sebetulnya, nggak ada masalah dengan pendekatan teror yang digunakan sang sutradara selama berjalan konsisten. Apalagi si hantu juga menyerang karakter lain yang sama sekali nggak hadir di lokasi kejadian.

Selain pada inkonsistensi pendekatan terornya, masalah Perempuan Bergaun Merah juga hadir dalam hal misteri dan pengungkapannya.

Setelah kita tahu apa yang terjadi pada Kara, saya merasa kok masalah begitu saja nggak bisa terungkap ya oleh polisi. Padahal jelas-jelas petunjuk sudah diberikan sejak awal film. Seperti bercak darah di bathtub kamar mandi, kaca yang pecah, hingga komplainan penghuni lain mengenai air di apartemen.

Jika hal ini diniatkan sebagai daya tarik misteri bagi penonton, ya sebaiknya memang tidak perlu keterlibatan polisi. Biarkan saja fokus pada usaha para karakter dalam mengungkap apa yang sebetulnya terjadi pada Kara. Atau ya lakukan yang lebih yang membuat ketidakberhasilan polisi lebih masuk akal. 

Sekadar seru, aksi brutal yang nanggung

Kenapa kamu sembunyi Dinda?/Frontier Pictures
Kenapa kamu sembunyi Dinda?/Frontier Pictures
Niatan misteri yang jadi hiburan tersendiri bagi film ini memang pada akhirnya membawa kita menebak-nebak, apakah betul yang meneror itu adalah hantu Kara, atau malah ada hantu lain?

Dan akhirnya memang hanya soal itu yang bisa diperbincangkan setelah menonton film ini. Lapisan - lapisan antar karakter sama sekali tidak pernah didalami. Akibatnya kita sulit sekali berempati pada apa yang terjadi kepada mereka.

Memang, untuk urusan teror William Chandra yang bertindak sebagai sutradara sekaligus penulis naskah ini bisa menghadirkan adegan yang cukup brutal. Yang membuat penonton bisa teriak-teriak kengerian dengan apa yang dilihatnya di layar. Semisal adegan si hantu yang menusuk salah satu punggung karakter dengan pisau secara membabi buta.

Tapi terkadang di beberapa bagian aksi brutalnya terasa nanggung. Terutama di bagian akhir film yang membuat Perempuan Bergaun Merah berakhir antiklimaks.

Lihat saja bagaimana lemesnya Dinda yang kerasukan ketika menusuk dalang dari semua teror ini. OMG, sama sekali tusukannya nggak ada tenaganya. 

Semenjak Sweet 20 (2017), saya nggak melihat lagi performa Tatjana Saphira yang powerfull dalam aktingnya. Termasuk di Ghost Writer 2 yang mendapat kesempatan beradu akting dengan Widyawati, ia tampak tampil lemah.

Meski ya, belum masuk pada tahap buruk sih. Hanya kurang bertenaga.

Latar China yang buat film ini jadi menarik

Yang menjadikan Perempuan Bergaun Merah masih menarik untuk disaksikan adalah latarnya. Film ini memasukkan budaya China sebagai latar filmnya.

Dalam film horor Indonesia, mungkin masih jarang menjadikan budaya China menjadi latar. Kita seringkali melihat film horor Indonesia itu kaitan eratnya dengan mitos daerah terutama Jawa. Atau yang bernafaskan Islam seperti dalam film Qodrat. Atau malah mengekor film horor Barat.

Tapi dengan tampil berbeda, nggak serta merta membuat Perempuan Bergaun Merah menjadi horor yang bagus. Budaya China yang digambarkan dengan kegiatan sehari-hari, hanya sebagai selipan saja dalam film ini. Mitologi dan legendanya kurang digali. 

Bahkan satu karakter penting yakni 'paranormal' Nenek Wong (Dewi Pakis), yang menjadi representatif dari keunikan film ini, dihempaskan begitu saja. Padahal ia bisa saja memainkan banyak peranan yang betul-betul menjadikan Perempuan Bergaun Merah menjadi horor lokal dengan kearifan lokal masyarakat China.

Akhir kata, Perempuan Bergaun Merah tak ubahnya seperti kebanyakan film horor-thriller yang menjejali bioskop sepanjang tahun ini, yang hanya peduli pada teriakan penonton. Sekadar seru-seruan saja. Nggak lebih dari itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun