Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film Smile, Misteri Kelam di Balik Sebuah Senyuman

10 Oktober 2022   13:17 Diperbarui: 10 Oktober 2022   20:40 1268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Who are you?/Paramount Pictures

Mengambil genre horor psikologis, Smile nggak banyak bermain dengan hal-hal mistis (walau ada bagiannya). Misteri di balik senyuman dari orang-orang yang bunuh diri, dicoba dikuak dengan melibatkan polisi.

Bersama polisi, Smile masih mengajak penonton menggunakan akal sehatnya untuk menelusuri penyebab orang-orang bunuh diri yang ternyata saling berkaitan.

Sederhananya begini! 

Laura bunuh diri karena melihat dosennya bunuh diri dan tersenyum kepadanya sebelum melakukannya. Ternyata, sang dosen pun sebelum bunuh diri melihat orang lain bunuh diri dan tersenyum sebelumnya kepada sang dosen. Pun begitu seterusnya hingga mencapai puluhan kasus ke belakang.

Salah satu jumpscare yang munculnya bikin saya kagte banget sumpah/Paramount Pictures
Salah satu jumpscare yang munculnya bikin saya kagte banget sumpah/Paramount Pictures
Banyaknya adegan bunuh diri, adegan-adegan penuh darah, pun disertai dengan footage-footage yang agak mengganggu, Smile memang berhasil membuat suasana menonton menjadi kurang nyaman.

Selain itu, suasana kurang nyaman juga dihasilkan dari jumpscare yang walaupun munculnya jarang-jarang, tapi sekalinya muncul betul-betul mengagetkan. Ditambah dengan skoring musik gubahan Cristobal Tapia de Veer betul-betul bikin saya gelisah.

Penampilan Sosie Bacon yang memukau

Bisa kamu bayangkan, seorang dokter yang biasa menangani pasien yang bermasalah mentalnya, kini ia sendiri yang harus merasakannya.

Rose yang tadinya tampil sebagai dokter yang menyenangkan dan menenangkan, kini ia harus tampil sebagai 'pasien' yang cemas, gelisah, dan begitu depresif.

Keadaannya yang demikian membuat Rose berada dalam fase-fase yang mengkhawatirkan. Ia bisa menjadi bahaya bagi orang lain, terlebih bagi dirinya sendiri. Tapi Rose sadar kalau dirinya tidak gila. Maka ia memutuskan untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi padanya.

Atas hal tersebut, rasanya beruntung sekali Smile punya Sosie Bacon. Perubahan dan pergantian ekspresi yang Sosie Bacon tampilkan betul-betul membuat saya peduli pada kisahnya.

Berbeda sekali dengan Megan Fox yang tampil 'selalu cantik' di Till Death, Sosie Bacon rela terlihat acak-acakan ketika scene memang mengharuskan demikian. Artinya ia mampu menyelaraskan aktingnya dengan suasana yang ingin film hadirkan. Efeknya, kombinasi tersebut mampu mengikat penonton untuk betah mengikuti cerita walau dalam keadaan kurang nyaman.

Rose! Siap-siap pas adegan ini kamu bakal loncat dari kursi bioskop/Paramount Pictures
Rose! Siap-siap pas adegan ini kamu bakal loncat dari kursi bioskop/Paramount Pictures
Ending yang kurang memuaskan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun