Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Review Film "Pamali", Jangan Gunting Kuku Malam-Malam!

9 Oktober 2022   15:00 Diperbarui: 9 Oktober 2022   20:33 4380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pamali| Dok Youtube Channel Cinema21 via games.grid.id

Karakter Rika dalam Pamali termasuk kelompok yang kedua. Karakternya yang tengah hamil memang selaras dengan mitos utama yang menjadi inti cerita film.

So, agar cerita bergerak maju, Rika melakukan dua hal yang menjadi pamali tanpa pernah ia sadari konsekuensinya di kemudian hari. Fika menggunting kukunya pada malam hari. 

Tapi saya patut puji alasan Rika melakukan hal tersebut. Bukan... bukan... karena ia sombong dan menantang ingin membuktikan kebenaran pamali tersebut sebagaimana film horor kebanyakan yang mengalami petaka karena 'kesompralan' mereka sendiri.

Dalam suatu adegan ketika Rika menutup jendela pada malam hari, jari-jarinya tak sengaja terjepit yang menyebabkan kukunya sedikit terkelupas. Sehingga untuk merapikan kukunya, ia mengguntingnya.

Horor slowburn, nontonnya butuh sabar banget

Masih menjadi misteri, kenapa pemeran tukang listrik dan tukang kunci adalah aktor yang sama/Lyto Pictures
Masih menjadi misteri, kenapa pemeran tukang listrik dan tukang kunci adalah aktor yang sama/Lyto Pictures
Pamali nggak banyak mengandalkan jumpscare atau parade penampakan hantu sebagai pemancing ketakutan bagi penonton. Film arahan Bobby Prasetyo (Bunda Kisah Cinta 2 Kodi) ini lebih peduli terhadap kisah yang dialami oleh kedua karakter utamanya.

Sedari awal Rika yang digambarkan sebagai orang kota, merasa ada yang aneh dengan rumah yang ia datangi. Sesekali ia diganggu oleh hantu berwujud perempuan. Apalagi ketika ia memungut sisa potongan rambutnya di lantai, dari atas malah berjatuhan rambut orang lain.

Treatment-treatment seperti ini yang lebih banyak dijajaki oleh Pamali untuk mengusik bulu kuduk penonton dan menghadirkan atmosfer seram.

Tapi seakan sadar bahwa pola seperti ini akan cenderung repetitif dan membosankan sebagaimana yang saya rasakan di Jailangkung: Sandekala, Pamali mengakalinya dengan pola pengisahan maju mundur yang cukup efektif.

Seenggaknya ada dua kisah yang menjadi inti dalam Pamali. Pertama kisah rumah tangga Jaka dan Rika di masa kini. Yang kedua adalah kisah si hantu di masa lalu. Kedua kisah ini disunting bergantian secara perlahan.

Atas hal ini, saya patut puji kinerja Bobby Prabowo, sang editor yang juga pernah menangani editing DreadOut (2019) dan Ghibah (2021). Meski tanpa pembeda artistik yang mencolok antara kisah masa kini dan masa lalu, cara film ini menyunting kedua kisahnya tidak membuat saya bingung.

Malah secara intens Pamali memperkenalkan dengan baik apa dan bagaimana hubungan antara teror yang dialami Rika dengan kejadian di masa lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun