Beberapa tahun lalu, dunia perfilman kita sempat heboh oleh kasus Livi Zheng. Kehebohan ini terjadi akibat pernyataan sutradara Bali Beats of Paradise tersebut yang mengklaim filmnya bersaing dengan Avengers di ajang Oscar.
Tentunya klaim tersebut mendapat banyak pertentangan dari sineas tanah air. Salah satu yang paling vokal adalah sutradara Joko Anwar. Bahkan keduanya sempat berdebat panas di salah satu acara televisi yang sengaja mempertemukan mereka.
Apakah klaim Livi Zheng salah?
Kita simak dulu faktanya. Film Livi yang didaftarkan ke Oscar memang bukanlah produksi Indonesia tapi diproduksi di Hollywood. Dengan kata lain, sangat mudah bagi Livi untuk 'eligible' mendaftarkan diri ke Oscar.
Namun klaimnya yang seakan-akan mengatakan bahwa 'film Indonesia masuk Oscar' ini yang menurut Joko Anwar berpotensi menimbulkan salah persepsi di mata masyarakat. Sehingga Joko Anwar meminta Livi untuk tidak klaim berlebihan.
Dari kasus ini sebetulnya kita bisa belajar, bahwa masyarakat perlu mencari bahan bandingan tentang suatu informasi. Dan tidak serta merta langsung overproud ketika menyangkut 'luar negeri'.
Tapi rupanya kondisi seperti ini, selalu berulang ketika terjadi peristiwa pengumuman film Indonesia yang menjadi wakil untuk berkompetisi di Oscar.
Best International Feature Film
TentangDi ajang Oscar ada satu kategori yakni "Best International Feature Film" atau sebelumnya juga dikenal dengan Best Foreign Film. Kategori ini diperuntukkan untuk film-film di luar produksi Amerika Serikat. Jadi setiap negara berhak mengirimkan wakilnya untuk kategori ini. Dan akan bersaing bersama-sama dengan negara lainnya.
Indonesia sendiri pertama kali mengirim wakilnya ke ajang Oscar pada penyelenggaraannya yang ke- 60 tahun 1987 lewat film Naga Bonar. Tahun-tahun selanjutnya Indonesia hampir tidak pernah absen mengirim wakilnya.
Beberapa film seperti Tjoet Nja' Dhien, Daun di Atas Bantal, Biola Tak Berdawai, Gie, Berbagi Suami, Soekarno, Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak, dan Kucumbu Tubuh Indahku pernah juga dikirim untuk berkompetisi di kategori Best International Feature Film.
Termasuk yang terbaru adalah film Yuni yang menjadi wakil Indonesia di ajang Oscar 2022.
Pertanyaannya, siapa yang memilih film-film tersebut untuk jadi wakil negara? Apakah panitia Oscar? Tentu tidak!
Di Indonesia sendiri ada yang namanya Komite Oscar Indonesia yang bertugas untuk memilih dan memutuskan film Indonesia mana yang akan menjadi wakil Indonesia untuk kategori Best International Feature Film.
Nah, beberapa hari yang lalu, Komite Oscar Indonesia mengumumkan film Ngeri-Ngeri Sedap sebagai wakil Indonesia untuk ajang Oscar ke-95 tahun 2023.
Berita ini disambut dengan gembira oleh masyarakat apalagi dengan headline media-media yang bombastis dan cenderung menimbulkan 'misleading' di masyarakat.
Dari beberapa respons warganet atas berita ini, saya masih menemukan persepsi yang keliru dari masyarakat. Dua hal yang paling banyak adalah 'film Ngeri-Ngeri Sedap masuk nominasi Oscar' dan 'film Ngeri-Ngeri Sedap dipilih oleh panitia Oscar'.
Kenalan dengan komite Oscar Indonesia
Walaupun namanya Komite Oscar Indonesia, sama sekali nggak ada panitia Oscar di dalamnya. Komite Oscar Indonesia 2022 diketuai oleh sineas senior Deddy Mizwar dengan sekretaris Zairin Zain.
Mereka berdua bersama dengan tujuh anggota lainnya yakni Armantono, Cesa David Luckmansyah, Niniek L. Karim, Ilham Bintang, Slamet Rahardjo, Garin Nugroho, dan Yadi Sugandi bersama-sama punya tanggungjawab memutuskan wakil Indonesia untuk Oscar.
Kecuali dua anggota yang saya sebutkan terakhir yang tidak hadir, Komite Oscar Indonesia sepakat memilih film arahan Bene Dion Rajagukguk ini sebagai wakil Indonesia untuk Best International Feature Film di ajang Oscar 2023.
Jadi jelas, bukan panitia Oscar yang memilih ya!
Bagaimana pencapaian Indonesia sejauh ini?
Setelah negara-negara mengirimkan wakilnya untuk Best International Feature Film, panitia Oscar akan mengumumkan daftar keseluruhan film yang sudah mendaftar. Dari daftar keseluruhan akan dipilih beberapa film sebagai kandidat nominasi atau biasa disebut shortlist. Setelahnya akan dipilih (umumnya) lima judul sebagai nominasi.
Sebagai contoh pada Oscar ke-93 tahun 2021, panitia Oscar berhasil menghimpun 93 film dari 93 negara. Ada 15 film yang berhasil masuk shortlist. Dan Indonesia yang saat itu mengirim Perempuan Tanah Jahanam belum beruntung masuk shortlist.
Dan bukan hanya saat itu saja. Sejak Indonesia mengirimkan wakilnya untuk pertama kali hingga Oscar 2022, film Indonesia belum pernah ada yang masuk shortlist.
Jadi, jangankan nominasi, shortlist pun enggak!
Tentunya, kita patut bangga dan apresiasi karena walaupun belum pernah dilirik Oscar, kita nggak pernah menyerah mengirim wakil kita.
Dan semoga lewat Ngeri-Ngeri Sedap, film Indonesia bisa berhasil tembus shortlist untuk pertama kalinya di Oscar 2023.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H