Mohon tunggu...
Raja Lubis
Raja Lubis Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Teks Komersial

Pecinta Musik dan Film Indonesia yang bercita-cita menjadi jurnalis dan entertainer namun malah tersesat di dunia informatika dan kini malah bekerja di perbankan. Ngeblog di rajalubis.com / rajasinema.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Ali & Ratu Ratu Queens (2021): Seperti Inikah Bentuk Emansipasi Wanita?

2 Juli 2022   16:55 Diperbarui: 2 Juli 2022   16:56 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menurut kamu ibunya Ali jahat nggak?/Palari Films

Punya kesamaan dengan film bollywood Mimi tentang sosok ibu dan mimpinya, saya merasa penggambaran ibu yang dibentuk di Ali & Ratu Ratu Queens adalah sosok yang jahat.

Seorang ibu meninggalkan anak kecilnya demi mengejar mimpinya di Amerika. Hingga si anak sudah besar, ia memutuskan untuk mencari ibunya ke Amerika karena sang ibu ternyata tidak pernah pulang ke Indonesia. Kenyataan apa yang sang anak hadapi?

Jujur saja, aku sulit jatuh cinta pada Ali & Ratu Ratu Queens. Film arahan Lucky Kuswandi (Galih & Ratna) ini menurut hemat saya nggak punya pijakan dasar akan fokus ceritanya. Apakah ia ingin berbicara tentang hubungan keluarga, 'american dreams', emansipasi wanita, atau ingin mencampur-adukkan semuanya?

Pada kenyataannya, banyak perempuan lebih memilih untuk mengubur cita-citanya setelah menikah. Apalagi ketika sudah memiliki anak. Prioritas sang ibu berubah. Mereka lebih memilih membersamai anak-anak bersama keluarganya.

Hal berbeda ditunjukkan oleh ibunya Ali (diperankan Marissa Anita). Ia memilih meninggalkan keluarganya demi menggapai mimpinya. Meski ternyata, kita mendapati kalau mimpinya sama sekali tidak kesampaian. Tapi bukannya balik ke Indonesia, ia malah membangun keluarganya sendiri bersama bule lokal di sana hingga memiliki anak.

Ya, nggak ada yang salah memang. Film 'kan bebas berbicara apa saja. Namun penggambaran ini membuat saya bertanya, apakah ini bentuk emansipasi wanita yang hendak ditunjukkan dari film yang ditulis oleh Gina S. Noer ini?

Menurut kamu ibunya Ali jahat nggak?/Palari Films
Menurut kamu ibunya Ali jahat nggak?/Palari Films
Persoalan dalam film ini tak hanya hadir dari fokus cerita saja, tapi juga karakterisasi sang tokoh utama, Ali (Iqbaal Ramadhan).

Film dibuka dengan adegan yang menggambarkan identitas keislaman yang kental. Ali dibesarkan dalam kehidupan keluarga muslim yang taat. Dalam kumpul keluarga, Ali menyampaikan keinginannya untuk mencari ibunya ke Amerika. Keinginannya tentu mendapat pertentangan dari keluarga besar, karena mereka menganggap ibunya Ali adalah sosok yang tidak bertanggungjawab.

Bahkan salah satu karakter di film ini, merespon keinginan Ali dengan 'membandingkan' Amerika dan Mekah. Katanya lebih baik ke Mekah daripada ke Amerika.

Ya kali Bambang! Ibunya 'kan pergi ke Amerika masa iya Ali harus nyari ke Mekah. Kecuali ibunya jadi TKW. Ada-ada saja memang naskahnya ini.

Terus lagi ya, hingga Ali sampai di Amerika, identitas keislaman Ali luntur begitu saja. Ali mendadak lupa, kalau ia adalah anak muda yang santun dan taat beribadah. Saya paham, shock culture itu pasti ada. Apalagi Indonesia dan Amerika jelas punya budaya yang berbeda. Dan Ali yang masih remaja, bisa dengan mudah mengikuti/terpengaruh oleh budaya dan cara hidup di sana.

Tapi setidaknya, Ali & Ratu Ratu Queens bisa dong menunjukkan sekali saja karakter Ali versi Indonesia ketika pertama kali ia tiba di Amerika. Semisal mencari tahu waktu salat, atau sesederhana berdoa sebelum melakukan sesuatu. Masa iya ajaran agama yang diajarkan keluarga besarnya sepanjang hidupnya mudah dilupakan begitu saja?

Dari penggambaran karakter Ali, saya jadi mikir apa mungkin ibunya pergi ke Amerika dan membangun keluarga baru karena punya prinsip hidup yang beda dengan keluarga besarnya? Dengan kata lain, ia tidak bisa hidup dalam suasana Islam yang taat.

Tapi hingga akhir film saya tak mendapat jawaban. 

Ali shock ternyata dia punya adik/Palari Films
Ali shock ternyata dia punya adik/Palari Films
Di tengah alur yang saya tidak paham fokusnya ke mana, film ini cukup beruntung karena performa Marissa Anita yang bisa memainkan range emosi yang luas. Sebagai ibu yang bersalah pada anaknya, sekaligus seorang wanita yang sedang memperjuangkan mimpinya. Penampilan gemilangnya berbuah piala citra pada FFI 2021 sebagai Pemeran Pendukung Perempuan Terbaik.

Oia, suguhan performa dari '4 tante Ali' yang diperankan oleh Nirina Zubir, Asri Welas, Happy Salma, dan Tika Panggabaean juga nggak boleh dilupakan. Setidaknya kekocakan dan kelucuan mereka berempat membuat Ali & Ratu Ratu Queens sedikit tampil menghibur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun