Kehadiran teknologi terbarukan sebagai projek penanaman benih kepada rahim perempuan, juga menjadi salah satu bagian yang menarik dari Mimi.Â
Sang sutradara cukup piawai membenturkan kehadiran teknologi dengan pemikiran sebagian karakter yang masih berpikir tradisional. Mereka masih berpikir jika seorang wanita mengandung/hamil, harus melalui persentuhan fisik sebagaimana hubungan suami istri. Tapi dengan teknologi yang maju lebih pesat, hal itu bisa diatasi.
Mimi sangat konsisten untuk tidak membuat mudah mengatasi pemikiran tradisional mereka. Karena pada faktanya, teknologi nggak bisa mengatasi dan membatasi pemikiran manusia.Â
Akhirnya, untuk membuat mereka yang masih berpikir tradisional percaya, Mimi terpaksa berpura-pura menikah dengan Bhanu, lelaki yang mengenalkannya pada bule John dan Summer.
Intensitas konflik semakin meningkat, tatkala John dan Summer memilih pergi dan tidak peduli lagi akan perjanjiannya dengan Mimi.Â
Dan tentu perlu saya puji akting Kriti Sanon yang melakukan penampilan gemilangnya, terutama ketika ia harus mengelola banyak adegan dramatik. Salah satunya ketika ia mulai jatuh cinta pada 'Raj', anak yang dilahirkannya hasil dari perjanjian dengan John.Â
Di sinilah Mimi harus berjuang dan bertahan merawat anak itu. Berjuang menghadapi stigma masyarakat, dan juga harus mengubur mimpinya dalam-dalam.
Jika dibandingkan dengan salah satu karakter ibu di film Indonesia, karakter Mimi ini agak berseberangan dengan karakter ibunya Ali di film Ali & Ratu- Ratu Queens.Â
Ibunya Ali memilih meninggalkan anak dan suaminya demi menggapai mimpinya di Amerika. Saya cukup kaget dengan karakterisasi ibunya Ali yang dibuat seakan nggak punya hati. Bahkan ketika di Amerika ia gagal meraih mimpinya, ibunya Ali malah memilih menikah dengan bule lokal dan memiliki kehidupan baru.
Mimi tidak demikian. Meskipun pasangan bule tersebut datang kembali ke kediaman Mimi untuk merebut Raj, Mimi tetap bertahan dan berusaha mempertahankan Raj. Meski sepenuhnya ia yakin kalau John adalah bapaknya.Â
Mimi juga tidak berusaha untuk mencari siapa yang salah atas segala permasalahan yang terjadi. Tapi mereka lebih banyak berdialog menyelesaikan apa yang sudah menjadi keputusan di masa lalu.